Para taipan tersebut adalah Andi Syamsuddin Arsyad atau Haji Isam (Jhonlin Group), Sugianto Kusuma atau Aguan (Agung Sedayu Group), Anthony Salim (Salim Group), Garibaldi “Boy“ Thohir (Adaro Group), Anindya Bakrie (Bakrie Group), James Riady (Lippo Group), Energy Hilmi Panigoro (Medco Energy Group), Franky Oesman Widjaja (Sinar Mas Group), Prajogo Pangestu (Barito Pacific Group), Tomy Winata (Artha Graha Group), Bos CT Corp Chairul Tanjung. Ada juga Hashim Djojohadikusumo (Arsari Group).
Tampaknya tidak tabu bagi Presiden Prabowo yang selain berlatar belakang militer juga mempunyai pengalaman sebagai pengusaha, untuk mengundang secara resmi para taipan tersebut. Walaupun banyak kontroversi tafsir mengenai eksistensi mereka, yang pasti perannya dalam perekonomian Indonesia sangat besar. Bahkan mungkin sangat menentukan. Sebagai potensi, tidak seharusnya mereka dijauhi, walaupun mungkin harus dikendalikan, dalam Bahasa lain diberdayakan.
Pengalaman Presiden Soeharto, yang juga berjasa melahirkan dan membesarkan para taipan Indonesia, sangat mengandalkan mereka untuk memacu pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain sering memanggilnya, untuk berpartisipasi dalam membangun kesejahteraan rakyat. Misalnya dengan menyisihkan keuntungannya, sebelum ada ketentuan tentang Corporate Social Responsibility (CSR), untuk membantu program pengentasan kemiskinan.
Bahkan di era Orde Baru, ada istilah Sembilan Naga, biasa diasosiasikan sebagai sebuah individu- individu pengusaha yang malang melintang di dunia bisnis, yang dekat dengan kalangan istana. Saat itu sudah ada Liem Siu Liong (Sudono Salim), Bob Hasan, Eka Tjipta Widjaja, Prayoga Pangestu, Probosutedjo, Sudwikatmono, dan lain lain.
Presiden-Pengusaha
Bahkan kisah kedekatan dengan para pengusaha sudah dimulai sejak Presiden Soekarno. Suatu hari menjelang Hari Raya Idul Fitri pada tahun 1950-an, Presiden Sukarno membutuhkan uang untuk kebutuhan sangat penting. Kemudian meminta salah seorang menterinya, Roeslan Abdulgani untuk melelang peci yang sering dipakai presiden. Para pengusaha kemudian membantu dana yang dibutuhkan Bung Karno.
Presiden Prabowo sudah mulai menampakkan kedekatannya dengan para taipan atau konglomerat berpengaruh tersebut, pada kunjungan ke China, 8-10 November 2024. Mereka yang diboyong presiden dalam kunjungan tersebut antara lain Arsjad Rasjid, Anindya Bakrie, Prajogo Pangestu, Tomy Winata, Garibaldi ‘Boy’ Thohir dan Franky Widjaja.
Bahkan secara khusus Presiden juga sempat memperkenalkan pengusaha Kalimantan Andi Syamsuddin Arsyad atau Haji Isam kepada para pengusaha dan investor Jepang di Istana Negara, Kompleks Istana Kepresidenan, 6 Desember 2024. “Bapak Andi Syamsudin Arsyad, seorang pengusaha terkemuka dari Kalimantan,” kata Prabowo saat memberi sambutan.
Kedekatan pemimpin negara dengan pengusaha besar adalah hal yang jamak. Dalam banyak kasus perdana menteri Jepang atau presiden Amerika Serikat membantu lobi dengan kepala negara lain, jika para pengusahanya membutuhkan bantuan. Selain sebagai bagian dari warga negara yang harus dibantu dna dilindungi, posisi pengusaha besar sangat strategis dalam pembangunan perekonomian, dan penyediaan lapangan kerja.
Sembilan Naga Plus
Setiap era mempunyai tokohnya sendiri,termasuk di bidang bisnis. Misalnya ada beberapa pengusaha yang pernah dekat dengan Presiden Soekarno seperti Hasjim Ning, Dasaad, dan Ande Abdul Latief. Karena kedekatannya Hasjim Ning dan Dasaad pernah diutus untuk membujuk Soekarno agar membubarkan PKI dan menyerahkan mandatnya kepada Soeharto.
Presiden Soeharto memiliki hubungan dekat dengan Liem Sioe Liong, Bob Hasan, Probosutedjo, Sudwikatmono, dan Ibrahim Risjad. Hubungan Soeharto dan Sudono Salim bahkan sudah terjalin sejak 1950-an, dan saat keduanya masih berada di Jawa Tengah.
Presiden BJ Habibie juga pernah menerima para pengusaha besar yang dipimpin oleh William Suryajaya, 22 Juli 1998, membahas usaha untuk mengatasi krisis ekonomi, di Istana Negara.
Konglomerat tekstil, Marimutu Sinivasan yang dikenal dekat dengan Soeharto kemudian juga merapat saat Gus Dur menjadi presiden. Taipan Tommy Winata, namanya banyak disebut dalam buku buku Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Pengusaha lain yang dianggap dekat SBY adalah Hartati Murdaya Poo. Nama konglomerat Chairul Tanjung juga cukup dekat dengan SBY, bahkan sempat menjadi Menteri di pemerintahannya.
Presiden Joko Widodo mengucapkan terima kasih kepada 10 investor Indonesia yang membantu membangun Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Kesepuluh taipan itu adalah konsorsium nusantara pimpinan Agung Sedayu Group Sugianto Kusuma alias Aguan, Anthony Salim, Franky Wijaya, Pui Sudarto, Prajogo Pangestu, Garibaldi Thohir, keluarga Suryahaya, Eka Tjandranegara, Kuncoro Wibowo, dan Djoko Susanto.
Konglomerat, pengusaha besar, atau taipan yang dekat di lingkungan istana, bisa silih berganti. Ada yang tidak muncul lagi karena meninggal atau uzur, ada yang digantikan dan diteruskan oleh anak- anaknya. Juga bisa tumbuh generasi baru.
Istana Negara menjadi saksinya lahirnya “naga- naga” baru di dunia bisnis Indonesia. Makin banyak potensi pengusaha di suatu negara, menurut Jusuf Kalla, akan meningkatan pajak. Dalam pandangan Islam, makin banyak orang yang potensial, untuk mengeluarkan zakat, infak, dan sodaqoh.
Sekarang bukan lagi Sembilan naga. Bisa disebut telah menjadi Sembilan Naga Plus. Nama- nama yang belum banyak muncul pada periode sebelumnya seperti Andi Syamsudin Arsyad (Haji Isam),Jhonlin Group, Anindya Bakrie (Bakrie Group), James Riyadi (Lippo Group), Hashim Djojohadikusumo (Arsari Group) dan Hilmi Panigoro (Medco Group). Kalau seperti semangat Prabowo, naga lama maupun naga baru harus bersatu, berjiwa merah putih, cinta tanah air, mau bekerja untuk kepentingan rakyat.