(Tempo.co)

Darmawan Prasodjo – Kembangkan Energi Hijau, Wujudkan Swasembada

Share

Dirut PT PLN (Persero), Darmawan Prasodjo mengatakan swasembada melalui transisi energi menjadi prasyarat untuk membangun bangsa yang maju, tak terkecuali untuk Indonesia.

Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025-2034 yang telah disahkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menjadi peta jalan pengembangan ketenagalistrikan hijau dalam 10 tahun ke depan.

Dokumen ini berperan penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional melalui peningkatan investasi, penyerapan tenaga kerja, dan penguatan ekonomi mikro. PT PLN (Persero), yang bertanggung jawab atas ketersediaan energi listrik nasional, telah menyiapkan berbagai langkah strategis untuk menyukseskan rencana tersebut.

Menurut Darmawan, di bawah arahan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), PT PLN (Persero) siap melaksanakan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto, khususnya dalam mencapai swasembada energi melalui transisi energi berkelanjutan.

Transisi energi ini tidak hanya menurunkan emisi gas rumah kaca, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Sebagai penyedia kelistrikan utama di Indonesia, PLN berkomitmen menghadirkan tenaga listrik yang cukup, andal, terjangkau, dan ramah lingkungan.

Ke depan, RUPTL 2025-2034 akan beralih dari pengembangan energi fosil menjadi energi terbarukan dengan memanfaatkan potensi energi dalam negeri.

“Dalam RUPTL ini, akan ada tambahan kapasitas pembangkit sebesar 69,5 gigawatt (GW), di mana 76% berasal dari energi baru terbarukan (EBT), nuklir, dan Battery Energy Storage System (BESS),” katanya

Transmisi Hijau
Hingga tahun 2034, direncanakan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) sebesar 17,1 GW, Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) 11,7 GW, Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) 7,2 GW, Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) 5,2 GW, Pembangkit Listrik Tenaga Bioenergi 0,9 GW,

Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) 0,5 GW, PLTA Pumped Storage 4,3 GW, BESS 6 GW, Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) 10,3 GW, dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 6,3 GW.

Darmawan menjelaskan bahwa untuk mengatasi tantangan ketidaksesuaian lokasi pusat EBT, PLN siap membangun jaringan transmisi hijau skala luas atau Green Super Grid.

Sesuai dengan RUPTL, dalam 10 tahun mendatang akan dibangun transmisi listrik sepanjang total 47.758 kilometer sirkuit (kms), gardu induk dengan kapasitas total 107.950 megavolt ampere (MVA), serta ratusan ribu kilometer jaringan distribusi lintas Nusantara.

Infrastruktur strategis ini dirancang sebagai tulang punggung penyaluran listrik dari sumber EBT, yang umumnya berada di daerah terpencil, menuju pusat-pusat kebutuhan listrik tinggi seperti kawasan industri, kota besar, dan wilayah padat penduduk di seluruh Indonesia.

Dengan adanya Green Super Grid, sistem kelistrikan antarpulau di Indonesia yang sebelumnya terfragmentasi akan terintegrasi. menjadi terhubung satu sama lain.

”Kami juga merancang end to end smart grid untuk mengatasi intermitensi akibat cuaca, sekaligus memastikan ketersediaan listrik yang clean and affordable di
Indonesia.

Tanpa smart grid, kapasitas PLTS dan PLTB hanya bisa masuk sekitar 5 GW. Dengan smart grid, kapasitasnya bisa naik lima kali lipat menjadi 25 GW,” jelasnya.

Dorong Pertumbuhan
Darmawan menyebutkan bahwa RUPTL terbaru dapat membuka peluang besar bagi investasi swasta di sektor ketenagalistrikan. Dokumen strategis ini berpotensi menarik investasi hingga Rp2.967,4 triliun.

Secara terperinci, investasi tersebut meliputi sektor pembangkit sebesar Rp2.133,7 triliun, sektor penyaluran sebesar Rp565,3 triliun, dan sektor distribusi, listrik desa, serta lainnya sebesar Rp268,4 triliun.

Sebagai contoh, di sektor pembangkit hingga tahun 2034, total kapasitas mencapai 69,5 GW, di mana 73% dari nilai infrastruktur pembangkitan atau sekitar 50,7 GW akan disumbangkan oleh Independent Power Producer (IPP) dengan nilai investasi Rp1.566,1 triliun.

Pengembangan ini akan menggunakan skema pelaksanaan EPC (Engineering, Procurement, dan Construction) di bawah kendali PLN. Darmawan juga menekankan bahwa kolaborasi antara PLN dan pihak swasta menjadi kunci dalam mencapai target energi berkelanjutan yang tertuang dalam RUPTL.

Proses ini mencakup penciptaan lapangan kerja, penurunan tingkat kemiskinan, pengurangan kelaparan, serta pembukaan kawasan industri dan ekonomi baru, yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di seluruh Indonesia.

“Ini adalah bentuk kolaborasi bersama yang tidak hanya menciptakan kedaulatan energi nasional, tetapi juga mendukung pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.

91 Persen Green Jobs
RUPTL 2025-2034 bukan hanya menjadi katalisator untuk penggunaan EBT secara besar-besaran, tetapi juga menjadi penggerak utama terciptanya lapangan kerja dalam jumlah besar.

Pemerintah memproyeksikan RUPTL terbaru ini dapat menciptakan 1,7 juta lapangan kerja, dengan rincian 836 ribu tenaga kerja di sektor pembangkitan dan 881 ribu tenaga kerja di sektor transmisi, gardu induk, serta distribusi.

Dari total tenaga kerja di sektor pembangkitan, 760 ribu atau 91% termasuk kategori green jobs yang tersebar di berbagai pembangkit listrik berbasis energi bersih.

Menurut Darmawan, green jobs tidak hanya membuka peluang kerja baru, tetapi juga menciptakan pekerjaan yang berkelanjutan dan sesuai dengan masa depan dunia kerja.

Tenaga kerja di sektor ini akan mendapatkan keterampilan baru yang relevan dengan teknologi rendah emisi, efisiensi energi, dan pengelolaan sumber daya terbarukan.

“Hal ini memperkuat daya saing tenaga kerja Indonesia, terutama generasi muda, dalam menghadapi transisi global menuju ekonomi hijau,” jelasnya.

Dukung Ekonomi Mikro
Listrik Desa (Lisdes) adalah program Pemerintah melalui penugasan kepada PLN untuk menyediakan listrik di seluruh wilayah, termasuk daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T). Hingga akhir 2024, sebanyak 83.693 desa dan kelurahan telah menikmati listrik.

Ke depan, dalam RUPTL 2025-2034, Pemerintah menargetkan elektrifikasi untuk 10.068 desa dan dusun yang belum mendapatkan listrik dengan membangun pembangkit berkapasitas 394 megawatt (MW),

dan menyambungkan listrik ke sekitar 780 ribu rumah tangga. Program ini bertujuan memastikan seluruh masyarakat di seantero Indonesia dapat menikmati layanan listrik 24 jam penuh.

Darmawan optimis bahwa hadirnya listrik desa membuka peluang besar bagi perkembangan ekonomi mikro masyarakat di wilayah 3T. Dengan tersedianya listrik yang andal,

pelaku usaha kecil seperti pengrajin, petani, dan nelayan dapat meningkatkan produktivitas melalui penggunaan alat-alat produksi berbasis listrik, serta memperpanjang jam operasional mereka.

Selain itu, listrik desa juga mendorong pertumbuhan sektor jasa dan usaha rumahan seperti pedagang, warung kelontong, penjahit, dan usaha mikro lainnya yang sebelumnya sulit berkembang tanpa akses energi.

Langkah ini diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi lokal sekaligus menjadi wujud nyata keadilan energi bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Menurut Darmawan, listrik adalah kebutuhan primer bagi seluruh masyarakat Indonesia. Sebagai perpanjangan tangan Pemerintah, PLN berkomitmen menyediakan listrik bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali.

“Ini merupakan bentuk pengejawantahan sila ke-5 Pancasila dan wujud kehadiran negara dalam memastikan pemerataan energi bagi seluruh rakyat Indonesia,” jelasnya.

Dengan fondasi kokoh melalui RUPTL hijau, kolaborasi multipihak, serta komitmen kuat untuk melayani hingga pelosok negeri, PLN terus menyalakan harapan bagi Indonesia yang lebih mandiri, berkelanjutan, dan berkeadilan.

Langkah besar menuju swasembada energi kini bukan lagi sekadar cita-cita, tetapi tengah diwujudkan menjadi realitas yang akan menerangi masa depan bangsa.

“PLN siap menjalankan amanah ini sebaik-baiknya. Kami bangga menjadi bagian dari perjalanan besar menuju Indonesia mandiri energi, hijau, dan berkeadilan,” pungkasnya.

Artikel Terkait

Scroll to Top