Kariernya di Universitas Halmahera (Uniera) dimulai pada tahun 2009, hanya setahun setelah universitas itu resmi berdiri. Enam bulan pertama mengajar, ia langsung diminta melanjutkan studi magister ke Universitas Diponegoro, Semarang.
Kembali ke Halmahera pada 2011, ia dipercaya menjabat ketua program studi. Pada 2015, ia terpilih sebagai dekan fakultas, dan dua tahun kemudian, pada 2017, ia diangkat menjadi Wakil Rektor II. Pada 2018, ia terpilih sebagai Rektor Universitas Halmahera, amanah besar yang terus diembannya hingga kini, memasuki periode kedua.
“Selama menjadi dosen, saya memang banyak menghabiskan waktu di struktural. Kurang lebih 15 tahun perjalanan karier saya selalu terkait dengan pengelolaan kelembagaan,” ujarnya.
Universitas Halmahera (Uniera) resmi berdiri pada 22 September 2008, hasil pengembangan Sekolah Tinggi Teologi yang dipimpin Pdt. Prof. Dr. Julianus
Mojau, M.Th. Sejak awal, kampus ini mendapat dukungan penuh dari Gereja Masehi Injili di Halmahera (GMIH) sebagai langkah strategis memajukan pendidikan di kawasan.
Partisipasi jemaat menjadi fondasi utama pendirian. Dalam catatan tim pendiri, sumbangan warga Rp10.000 dikumpulkan sebagai modal operasional awal.
Buku berjudul Harga Nasi Kucing untuk Membangun Universitas Halmahera mengabadikan semangat itu. “Karena kampus ini milik gereja, jemaat betul-betul mendukung proses pendirian, bukan hanya secara moral tetapi juga finansial,” ujarnya.
Keterbatasan SDM menjadi tantangan utama. Syarat dosen bergelar S2 sulit dipenuhi di Halmahera saat itu. Setelah perdebatan panjang dengan Dirjen Dikti, Pdt. Prof. Dr. Julianus Mojau, M.Th akhirnya meyakinkan bahwa optimisme, ditopang dukungan gereja, mampu mengatasi hambatan tersebut.
Perkembangan Prodi
Pada awal berdirinya, Uniera membuka 11 program studi di empat fakultas. Setahun kemudian, ditambahkan dua program studi baru, yaitu Ilmu Pemerintahan dan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), untuk memenuhi kebutuhan lokal di bidang pendidikan dan pemerintahan.
Program pascasarjana juga mulai dikembangkan, khususnya di bidang keagamaan, dengan hadirnya Program S2 Pendidikan Agama Kristen (PAK) dan Teologi sebagai langkah awal memperkuat kapasitas akademik.
Tahun 2022, Fakultas Hukum resmi berdiri, dan pada 2023, dua program studi baru diluncurkan, yaitu Bahasa Inggris dan Sistem Teknologi Informasi. Kini, Uniera memiliki 17 program studi di lima fakultas.
Sejak awal, PGSD menjadi program studi paling diminati karena pola pikir masyarakat Halmahera yang sangat terkait dengan cita-cita menjadi ASN. Dalam beberapa tahun terakhir,
Teologi justru berkembang menjadi program studi favorit karena menawarkan peluang kerja sekaligus panggilan pelayanan. Program studi baru seperti Sistem Teknologi Informasi juga mulai menarik minat generasi muda.
Saat ini, Uniera memiliki 142 dosen dan tenaga kependidikan, sebagian besar bergelar S2, dengan sekitar 30% di antaranya telah meraih gelar doktor. Sebanyak 41% dosen berstatus Asisten Ahli dan 44% sebagai Lektor.
Selain itu, Uniera memiliki satu profesor, sementara tujuh dosen lainnya sedang dalam proses kenaikan jabatan dari Lektor ke Lektor Kepala. “Mudah-mudahan dua atau tiga tahun ke depan sudah ada banyak profesor di kampus kami,” harapnya.
Jumlah mahasiswa saat ini mencapai 2.200 orang, dengan rata-rata penerimaan sekitar 500 mahasiswa baru setiap tahun. Angka ini menunjukkan adanya pertumbuhan, tetapi juga menjadi tantangan karena pendanaan kampus masih sangat bergantung pada jumlah mahasiswa.
Untuk mengurangi ketergantungan tersebut, Uniera menyiapkan strategi ke depan melalui peningkatan kualitas SDM, diversifikasi pendanaan, serta penguatan riset dan kerja sama dengan berbagai pihak. Langkah ini diharapkan dapat mengarah pada kemandirian finansial yang lebih berkelanjutan
Keunggulan Uniera
Sejak awal berdirinya, Uniera bersikap terbuka terhadap semua kalangan. Meski berada di bawah naungan gereja, kampus ini tidak membatasi latar belakang agama dalam kepemimpinan.
Beberapa jabatan penting, seperti direktur akademik, Lembaga Penelitian Pengabdian dan Publikasi, serta ketua program studi, bahkan diisi oleh mereka yang berasal dari luar komunitas Kristen.
Uniera juga dikenal dengan istilah kampus SANTUN, yang merupakan akronim dari Sederhana, Asri, Nurani, Terpercaya, dan Unggul Nalar, menjadi nilai-nilai dasar Universitas Halmahera yang tertanam dalam setiap langkah strategis dan pengembangan lembaga.
Keunggulan lain terletak pada sumber daya manusia yang relatif muda. Rata-rata dosen dan tenaga pengajar berasal dari generasi 1980-an, sehingga masih berada di usia 30-an.
Kondisi ini menciptakan komunikasi yang cair, koordinasi yang efektif, serta solidaritas tinggi di lingkungan kampus. Semangat kolektif ini dinilai sebagai modal penting dalam pengembangan institusi di tengah keterbatasan.
Posisi strategis Uniera juga tercermin di level regional. Dalam rapat koordinasi LLDikti Wilayah XII, universitas ini meraih juara umum dua tahun berturut-turut atas prestasinya di beberapa kategori, seperti PTS Terbaik I dalam pelaporan kinerja,
Kerjasama terbaik, PTS Terbaik I dalam partisipasi kegiatan kemahasiswaan, PTS Terbaik I dalam ketepatan pelaporan PDDIKTI dengan capaian 100%, PTS terbaik dalam pembentukan Satgas PPKT, hingga kategori jumlah dana penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terbesar ketiga di wilayah LLDIKTI 12.
Selain itu, Uniera juga menjadi PTS dengan jumlah penerima PKM mahasiswa terbanyak, bahkan berhasil lolos ke Pimnas tahun 2024.
Tidak hanya di wilayah LLDIKTI 12, pada Desember 2024, Uniera juga meraih penghargaan nasional dari Kemendikbudristek sebagai pengelola Program Kompetisi Kampus Merdeka *(PKKM) Liga 3 Terbaik Wilayah regional.
Dukungan Beasiswa
Sebagai universitas swasta di Maluku Utara, Uniera terus berupaya mencari sumber beasiswa demi menjaga pendidikan tetap terjangkau. Salah satu program andalan adalah Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah.
Sejak Dr. Herson menjabat rektor, jumlah penerima KIP meningkat pesat. “Syukur, rata-rata ada 100 mahasiswa baru setiap tahun yang merasakannya,” ungkapnya.
Selain KIP, Uniera juga memanfaatkan subsidi Uang Kuliah Tunggal (UKT) dari pemerintah pusat, yang membantu meringankan beban mahasiswa sekaligus menjaga stabilitas jumlah pendaftar di tengah keterbatasan ekonomi.
Dukungan pemerintah pusat ini sangat penting untuk kampus di daerah seperti Halmahera, di mana kondisi ekonomi mahasiswa sangat beragam.
Pemerintah Provinsi Maluku Utara juga turut berperan. Dalam beberapa tahun terakhir, Pemprov memberikan beasiswa untuk mahasiswa S1 serta bantuan studi bagi dosen yang melanjutkan S2 dan S3.
Pemerintah kabupaten pun berkontribusi, seperti Pemkab Pulau Morotai yang pernah membantu mahasiswa asal daerah tersebut. Pada 2025, Pemda Halmahera Tengah akan kembali memberikan beasiswa serupa, sementara Pemda Halmahera Utara mengalokasikan anggaran untuk pengembangan kampus.
Strategi Bertahan
Kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) menjadi salah satu faktor utama dalam menarik minat mahasiswa lokal. Melalui kerja sama dengan perguruan tinggi di Jawa, Sumatera, dan Sulawesi, Uniera mampu memberikan pengalaman belajar yang lebih luas tanpa harus meninggalkan Maluku Utara.
Skema ini tidak hanya menghemat biaya hidup yang biasanya meningkat jika kuliah di luar daerah, tetapi juga memberikan kesempatan untuk merasakan atmosfer akademik perguruan tinggi ternama di Pulau Jawa.
Pendekatan ini membuat orang tua dan calon mahasiswa semakin percaya pada Uniera. Banyak keluarga merasa lebih tenang karena anak-anak mereka dapat memperoleh pengalaman akademik setara dengan kuliah di luar daerah tanpa beban finansial yang berat.
Prestasi akademik yang diraih Uniera dalam beberapa tahun terakhir, ditambah dengan kualitas dosen yang terus meningkat, turut memperkuat daya tarik kampus ini. Hal ini menunjukkan keseriusan Uniera dalam menghadirkan pendidikan tinggi berkualitas di Halmahera.
Kampus Berdampak
Uniera juga menyiapkan strategi untuk menjaga eksistensinya melalui pendekatan langsung kepada masyarakat. Sejak 2018, setiap program studi diwajibkan memiliki satu desa binaan.
Kebijakan ini sejalan dengan kampanye pemerintah tentang perguruan tinggi yang berdampak nyata bagi lingkungan sosial. “Riset dan program tidak boleh berhenti di perpustakaan. Harus benar-benar memberi manfaat,” tegasnya.
Desa binaan menjadi ruang bagi dosen dan mahasiswa untuk berinteraksi langsung dengan masyarakat sekaligus menerapkan ilmu pengetahuan. Model ini menjadikan Uniera bukan hanya sebagai lembaga pendidikan, tetapi juga agen perubahan sosial di Halmahera.
Program ini juga memiliki nilai strategis dalam promosi kampus. Setiap kegiatan pengabdian masyarakat (PKM) yang melibatkan seluruh civitas akademik Universitas Halmahera, seperti dosen dan mahasiswa, menjadi sarana sosialisasi yang lebih efektif dibandingkan hanya membagikan brosur.
Salah satu contoh kegiatan adalah menangani kesulitan akses air bersih. Mahasiswa dan dosen dari Fakultas Ilmu Alam dan Teknologi Rekayasa turun langsung membantu dengan meneliti kualitas air bersih serta menyiapkan infrastruktur pengolahan air yang efisien.
Melalui hibah penelitian dan PKM, dirancanglah peralatan sederhana dan efisien untuk memberikan solusi praktis bagi kebutuhan dasar warga. Ada juga program pengembangan desa wisata berbasis kearifan lokal yang mendapat perhatian nasional,
sehingga memperoleh hibah matching fund melalui kolaborasi antara dosen kehutanan Universitas Halmahera, Pemerintah Daerah, dan Kementerian Riset dan Teknologi melalui Kedaireka.
Universitas Halmahera juga pernah bekerja sama dengan Burung Indonesia untuk menjaga habitat burung endemik Halmahera, yaitu burung Gosong Maluku atau burung Mamoa, yang dilindungi di Desa Simao Galela.
Selain itu, ada kolaborasi dengan PLN dalam program pelestarian dan perlindungan burung Mamoa di Desa Mamuya. Ini adalah bentuk-bentuk pengabdian kepada masyarakat yang memberikan dampak positif langsung bagi masyarakat dan lingkungan.
“Masyarakat betul-betul terbantu, begitu juga dengan pelestarian dan perlindungan lingkungannya,” ujarnya.
Pengalaman ini menjadi pembelajaran berharga bagi mahasiswa juga. Selain.melatih kemampuan teknis sesuai bidang keilmuan, mereka belajar memahami kebutuhan masyarakat dan bekerja sama menemukan solusi tepat guna.
Memaksimalkan Progam RPL Membantu Banyak Pekerja Profesional
Uniera telah melahirkan banyak alumni yang kini tersebar di berbagai sektor. Sebagian besar bekerja di instansi pemerintahan daerah, namun jumlah terbanyak justru berada di jajaran kepolisian.
Fenomena ini tak terlepas dari program Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) yang dijalankan Uniera sejak 2022. Melalui program ini, pegawai yang telah bekerja mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan tinggi dengan mengakui pengalaman kerja sebagai kredit akademik.
Program ini banyak dimanfaatkan anggota kepolisian, bahkan beberapa Polres mengirimkan anggotanya melalui jalur RPL hingga berhasil meraih gelar sarjana dari Uniera. Ada pula alumni yang kini menjadi anggota dewan, juga lahir dari program ini.
Keberhasilan Uniera mengelola RPL menjadikannya rujukan bagi perguruan tinggi di Maluku dan Maluku Utara. Selain meningkatkan kualitas pendidikan, Uniera juga menghadapi tantangan khas wilayahnya, yaitu dominasi industri pertambangan.
Hampir di setiap kabupaten di Pulau Halmahera terdapat perusahaan tambang besar, membuat banyak lulusan SMA lebih memilih langsung bekerja daripada melanjutkan kuliah.
Untuk mengatasi situasi ini, Uniera berupaya menjalin kerja sama dengan perusahaan tambang agar dapat menyalurkan beasiswa melalui program tanggung jawab sosial (CSR).
“Kami sedang merancang program agar perusahaan dapat mengalokasikan beasiswa atau mengirimkan karyawan mereka untuk melanjutkan pendidikan melalui program RPL agar meningkatkan kualitasnya untuk menjadi tenaga kerja profesional,”
ujarnya.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, Uniera menyusun pola kuliah yang fleksibel. Pasca pandemi, pembelajaran hybrid menjadi solusi dengan kombinasi kuliah daring melalui Zoom dan tatap muka.
Bahkan, jika regulasi memungkinkan, dosen dapat langsung mengunjungi lokasi tambang agar perkuliahan tetap berjalan.
Program dan Target
Uniera juga menyiapkan berbagai program strategis untuk memperkuat eksistensi dan daya saing. Salah satu upayanya adalah menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi ternama di Indonesia, seperti Universitas Surabaya (Ubaya), Universitas Gunadarma, dan Universitas Gadjah Mada (UGM) selama tiga tahun terakhir.
Kerja sama ini mencakup bidang akademik, penelitian, pengembangan program strategis, hingga program KKN Kolaborasi Bersama.
Uniera menargetkan pengembangan program studi baru, termasuk impian besar mendirikan Fakultas Kedokteran. Hingga kini, Pulau Halmahera belum memiliki fakultas kedokteran, sementara di Maluku Utara hanya ada satu fakultas di perguruan tinggi negeri.
Kehadiran fakultas kedokteran di Uniera dianggap penting karena didukung oleh gereja dengan rumah sakitnya serta sejumlah kepala daerah yang berkomitmen membantu.
Kampus ini juga menargetkan 1.000 mahasiswa baru per tahun dalam dua hingga tiga tahun ke depan, target yang dianggap realistis dengan dukungan yayasan baru.
Sejauh ini, yayasan telah berperan sebagai regulator sekaligus pengawas operasional kampus. Namun, kontribusi yayasan dalam membuka sumber pendanaan alternatif dinilai masih perlu dimaksimalkan.
Beberapa langkah sudah mulai dijalankan, seperti penjajakan usaha baru dan pencarian hibah eksternal. Meski begitu, upaya ini masih perlu ditata lebih terstruktur dan agresif agar benar-benar memberi dampak signifikan.
Kualitas Akademik
Uniera berkomitmen menjaga mutu akademiknya melalui partisipasi aktif dalam berbagai program kompetitif pemerintah. Pada 2021, seluruh program studi di kampus ini mendapatkan hibah Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) untuk memperbarui kurikulum sesuai kebutuhan pengguna dan tuntutan zaman.
Ketekunan ini terus berlanjut dengan keikutsertaan Uniera dalam Program Kompetisi Kampus Merdeka (PKKM) selama tiga tahun berturut-turut, serta penerimaan hibah PP-PTS yang mendukung peningkatan kualitas pendidikan. Dari berbagai program tersebut, kampus semakin terlatih menyusun strategi akademik adaptif yang sesuai dengan arah kebijakan nasional.
Uniera menargetkan reakreditasi institusi dengan ambisi meraih peringkat unggul. Untuk mencapai tujuan ini, berbagai kerja sama strategis telah dijalin,
seperti dengan Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW) yang membantu merancang sistem akademik terintegrasi, dan Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) yang menyumbangkan tenaga dosen untuk persiapan pembukaan program S2, serta kerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam bidang riset dan inovasi.
Langkah internasional juga mulai terbuka. Dengan dukungan Badan Kerjasama Perguruan Tinggi Kristen Indonesia (BKPTKI), Uniera ikut dalam program Dies Partnership oleh Deutscher Akademischer Austauschdienst (DAAD) Jerman.
Peluang ini membuka jalan kolaborasi global, termasuk kegiatan akademik ke Filipina pada 2022 dan rencana pengembangan ke Australia pada 2025 hingga 2027.
“Semua langkah ini ditujukan untuk meningkatkan kualitas akademik, memperluas jejaring internasional, dan memastikan lulusan Uniera mampu bersaing di tingkat nasional maupun global,” jelasnya.