Dr. Hengky Herson - Hetharia, M.Th Rektor UKIM

Rektor UKIM – Universitas Multidisiplin Tumbuh Dari Akar Teologi

Share

Perjalanan Dr. Hengky Herson Hetharia, M.Th., dari seorang pendeta menjadi Rektor Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM) merupakan kisah tentang panggilan iman yang bertransformasi menjadi panggilan akademik. Saat ini memimpin, sebuah kampus yang menjadi kebanggaan masyarakat Maluku.

UKIM telah melalui perjalanan panjang dengan visi menjadi mercusuar pendidikan di kawasan timur Indonesia, mengintegrasikan iman, ilmu, dan kasih. Kampus ini tidak hanya mencetak sarjana tetapi juga membentuk pemimpin bangsa yang berakar pada budaya Maluku, berpikiran global, dan berjiwa pengabdian.

“Kampus ini adalah simbol harapan bahwa dari tanah Maluku akan lahir generasi yang dapat menghadapi tantangan Indonesia dan dunia,” ungkapnya.

Dikenal sebagai ‘Kampus Orang Basodara’, UKIM meskipun merupakan universitas Kristen, menjalankan misi mencerdaskan bangsa sesuai amanat UUD 1945. Kampus ini menerima mahasiswa dari berbagai latar belakang agama tanpa diskriminasi.

“Keberagaman etnis dan agama, baik di kalangan dosen maupun mahasiswa, menjadikan UKIM lingkungan akademik yang harmonis,” kata Hengky.

Dr. Hengky menambahkan bahwa UKIM memiliki sejarah panjang. Bermula dari sekolah Teologi yang didirikan Belanda pada 1885 untuk mencetak pendeta pribumi Maluku,

lembaga ini berkembang menjadi Sekolah Tinggi Teologi pada 1975 dan akhirnya resmi bertransformasi menjadi Universitas Kristen Indonesia Maluku pada 1985 dengan empat fakultas awal: Teologi, Ekonomi, Teknik, serta Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Kini, UKIM terus maju sebagai universitas multi-disiplin. Saat ini terdapat Fakultas Teologi, Fakultas Teknik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Ekonomi, Fakultas Kesehatan, Fakultas Ilmu Komputer, Fakultas Hukum, serta Program Pascasarjana. Jumlah program studi pun bertambah pesat hingga mencapai 18, mencakup jenjang D3, S1, profesi, S2, hingga S3.

“Satu-satunya perguruan tinggi swasta di Maluku dan Maluku Utara yang memiliki program doktoral adalah UKIM,” ujarnya.

Meski telah berkembang menjadi universitas dengan berbagai disiplin ilmu, UKIM tetap dikenal dengan ciri khas teologi yang tak bisa dilepaskan. Justru dari akar tersebut visi akademik dikembangkan, memperluas cakupan tanpa meninggalkan dasar rohani yang telah membesarkannya.

Guru Besar TerbanyakSejak dipimpin oleh Dr. Hengky pada 2021, berbagai pencapaian strategis telah diraih oleh UKIM. Tiga program studi baru dibuka, dan kekuatan akademik semakin ditingkatkan dengan 185 dosen, termasuk lima guru besar, jumlah terbanyak di antara perguruan tinggi swasta di Maluku dan Maluku Utara.

Menurutnya, tantangan ke depan tidaklah mudah. UKIM harus mampu bersaing dengan universitas lain, baik di Maluku maupun di tingkat nasional. Oleh karena itu, peningkatan kualitas pendidikan, penguatan akreditasi, dan perluasan kerja sama internasional menjadi fokus utama.

“Kami ingin UKIM hadir sebagai universitas yang memberi warna, membentuk karakter, dan menjawab kebutuhan masyarakat Maluku serta bangsa,” tegasnya. UKIM telah meraih akreditasi institusi B, dengan semua 18 program studi terakreditasi dengan status Baik atau Baik Sekali.

Namun, perubahan sistem akreditasi dari BAN-PT ke LAM (Lembaga Akreditasi Mandiri) menghadirkan tantangan baru, terutama dengan biaya yang jauh lebih tinggi.

Situasi ini menjadi beban berat bagi banyak perguruan tinggi swasta, termasuk UKIM. Langkah antisipatif dilakukan melalui skema pendanaan awal yang diajukan untuk kompensasi. Prinsipnya, keterbatasan finansial tidak boleh menghambat mutu pendidikan atau status akreditasi.

Targetkan Unggul
Di wilayah LLDikti XII (Maluku dan Maluku Utara) yang menaungi 46 perguruan tinggi, belum ada institusi maupun program studi yang meraih akreditasi Unggul hingga saat ini. Hal ini mendorong UKIM menetapkan target besar untuk menjadi yang pertama di kawasan tersebut.

“Target ke depan adalah mencapai status Unggul, baik pada level program studi maupun institusi,” katanya. Sebagai langkah awal, UKIM tengah mempersiapkan dua program studi, yaitu Teologi dan Ekonomi Pembangunan, menuju akreditasi Unggul.

Khusus untuk Teologi, modal akademiknya sangat kuat dengan tiga guru besar dan lebih dari 50 persen dosen bergelar doktor (S3). Jika target ini tercapai, dampaknya bukan hanya mengangkat reputasi fakultas,

tetapi juga mendorong peningkatan akreditasi institusi UKIM ke level tertinggi, memperkuat posisinya sebagai perguruan tinggi yang mampu bersaing secara nasional maupun regional.

Selain fokus pada akreditasi, UKIM juga berencana membuka fakultas baru. Dr. Hengky menjelaskan bahwa pada 2023 Direktur Kelembagaan Kemdikbudristek mendorong UKIM untuk membuka Fakultas Kedokteran.

Dorongan ini muncul karena di Maluku saat ini hanya ada satu fakultas kedokteran, yaitu di Universitas Pattimura (Unpatti). UKIM dianggap layak karena sudah memiliki Fakultas Kesehatan yang cukup besar dan didukung oleh Rumah Sakit Gereja sebagai syarat utama pendirian fakultas kedokteran. “UKIM juga sedang memproses pendirian Fakultas Pendidikan,” tambahnya.

UKIM berhasil bertransformasi dari Kampus Merdeka menjadi Kampus Berdampak. Pada era Kampus Merdeka, mahasiswa aktif mengikuti pertukaran, magang, dan KKN,

sedangkan dosen mengembangkan riset dan pengabdian dengan dukungan dana dari kementerian. Memasuki era Kampus Berdampak, kontribusi mahasiswa, dosen, dan institusi UKIM semakin nyata dan langsung dirasakan oleh masyarakat.

UKIM bahkan tercatat sebagai perguruan tinggi swasta dengan jumlah hibah penelitian terbanyak di wilayah LLDikti XII dari DRTPM Kemdikbudristek. Dalam tiga hingga empat tahun terakhir, UKIM juga konsisten mendapatkan hibah pengabdian “Kosa Bangsa.”

“Pencapaian ini menjadi bukti nyata kontribusi UKIM dalam mewujudkan visi Kampus Berdampak melalui riset dan pengabdian yang benar-benar menyentuh persoalan masyarakat,” ujarnya.

Buka Program Doktor Agama dan Kebangsaan

Dr. Hengky menegaskan, salah satu ciri khas UKIM yang kini menjadi perhatian nasional adalah Program Studi S3 Doktor Agama dan Kebangsaan. Program ini bukan hanya satu-satunya di perguruan tinggi swasta di Maluku dan Maluku Utara, tetapi juga unik di tingkat nasional karena memadukan kajian agama dengan kebangsaan.

Program ini lahir dari refleksi konflik Maluku di masa lalu. Tujuan utamanya adalah menjadikan agama bukan sebagai sumber perpecahan, melainkan sebagai pilar perdamaian dan pemersatu bangsa.

Kerja sama dengan Universitas Pattimura dan UIN Ambon memperkaya program ini, menjadikannya platform akademik lintas iman dan lembaga.

Minat terhadap program ini datang dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Jakarta, Kalimantan, dan Sulawesi, sehingga pengaruh UKIM kini meluas secara nasional.

Hingga saat ini, sembilan doktor telah lulus, terdiri dari empat pendeta dan lima muslim, termasuk dosen UIN Ambon serta anggota dewan Fraksi PKS.

“UKIM bukanlah kampus eksklusif. bagi umat Kristen, tetapi terbuka bagi semua, bahkan bagi mereka yang belum beragama sekalipun,” ujarnya.

Kiprah Alumni
Menurut Dr. Hengky, alumni bukan hanya sekadar lulusan, tetapi juga “napas panjang” UKIM. Mereka telah berkarya di berbagai bidang seperti pemerintahan, dunia usaha, pendidikan, hingga sektor pertahanan dan keamanan.

Bahkan, jejak alumni UKIM sudah melampaui batas nasional, dengan pendeta-pendeta lulusan UKIM kini mengabdi di Belanda dan Amerika.

“Kita bersyukur, alumni UKIM telah tersebar dan berkontribusi di berbagai bidang. Itu adalah kontribusi nyata, bukan hanya untuk masyarakat Maluku, tetapi juga untuk bangsa dan negara,” jelasnya.

Kontribusi alumni tidak hanya berupa materi, tetapi juga jejaring dan akses informasi yang mereka berikan kepada mahasiswa. Alumni membantu membuka peluang kerja dan menyediakan akses ke berbagai institusi yang sudah lebih dulu mereka tempati. Dukungan ini sangat berarti bagi lulusan baru yang sedang merintis karier.

Selain itu, alumni juga menjadi kekuatan sosial strategis UKIM. Mereka berperan sebagai perpanjangan tangan universitas di tengah masyarakat, sekaligus motor penggerak yang menjaga relevansi UKIM dengan perkembangan zaman.

“Alumni adalah jejaring kita, sumber informasi, sekaligus teladan bagi mahasiswa yang sedang belajar,” tambahnya.

Jejak Karir
Hengky Herson Hetharia lahir dan besar di lingkungan Gereja Protestan Maluku, menempuh pendidikan di Fakultas Teologi UKIM, kampus yang kini ia pimpin.

Setelah lulus, ia tidak langsung kembali ke dunia akademik, melainkan diutus sebagai pendeta ke wilayah perbatasan Indonesia-Australia, tepatnya di Kepulauan Aru.

Selama sembilan tahun (1995–2004), ia mengabdikan diri di garis depan pelayanan, menghadapi kerasnya kehidupan jemaat yang jauh dari pusat kota.

“Tugas sembilan tahun di Aru bukan hanya pengalaman rohani, tetapi juga pelajaran kepemimpinan, empati, dan daya juang,” katanya.

Pengalaman itu menjadi bekal berharga saat ia kembali ke dunia akademik pada 2004. Ia melanjutkan studi S2 di Sekolah Tinggi Teologi Jakarta (2005–2007)

dan menyelesaikan program doktor di Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada pada 2014 dengan beasiswa LPDP, sebuah pencapaian membanggakan bagi putra Maluku.

Sekembalinya ke Ambon, ia dipercaya memimpin Program Studi Teologi (2007–2010). Kariernya semakin cemerlang ketika terpilih sebagai Dekan Fakultas Teologi UKIM selama dua periode (2015–2019 dan 2019–2023). Namun, pada 2021, tanggung jawab lebih besar datang saat ia dipilih menjadi Rektor UKIM.

“Sebetulnya saya masih menjabat Dekan, tetapi saat pemilihan rektor, Tuhan berkehendak lain. Saya harus meninggalkan posisi itu untuk mengemban amanah yang lebih besar,” ujarnya.

Tonton Video Selengkapnya

Artikel Terkait