Universitas Siliwangi – Menjadi Monumen Hidup Wujud Semangat Siliwangi

Share

Sebelum lulus kuliah, ia sempat bekerja di Telkom menggunakan ijazah SMA. Hanya saja, setelah menyelesaikan studi S1, ia tidak tertarik meneruskan pekerjaannya itu atau mencari pekerjaan di kota besar. Ia memutuskan pulang, untuk mengabdi di kampung halaman.

Nundang Busaeri melamar sebagai dosen di Universitas Siliwangi yang terletak di kota kelahirannya, Tasikmalaya. Pada saat itu, Unsil masih berstatus sebagai perguruan tinggi swasta. Ia diterima dan mulai mengajar di Program Studi Teknik Elektro.

Keberuntungan tampaknya berpihak padanya. Setelah dua tahun mengabdi sebagai dosen yayasan, ia diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan ditugaskan sebagai dosen DPK (Di-Pekerjakan Kopertis).

Pada tahun 2014, Unsil resmi berubah menjadi perguruan tinggi negeri. Nundang menjadi salah satu dosen yang aktif dalam proses tersebut dan dikenal sebagai bagian dari “Trio Penegerian.” Saat itu, ia menjabat sebagai sekretaris panitia penegerian, bekerja bersama ketua dan bendahara panitia.

Setelah Unsil berubah status, ia diangkat sebagai Wakil Rektor II dan menjabat selama dua periode berturut-turut. Sebelum masa jabatannya sebagai wakil rektor berakhir,

ia diusulkan oleh senat universitas untuk mengikuti proses pemilihan rektor. Akhirnya, ia dipercaya menjadi Rektor Universitas Siliwangi untuk periode 2022–2026.

“Saya bisa mencapai karir jabatan fungsional jadi guru besar. Selain dosen dengan tugas tambahan sebagai rektor,” katanya.

Filosofi Siliwangi
Sejarah Universitas Siliwangi (Unsil) dimulai pada tahun 1977 dengan berdirinya lembaga pendidikan nonuniversitas Pendidikan Ahli Administrasi dan Supervisi, di bawah naungan Yayasan Pendidikan Angkatan 45.

Setahun kemudian, pada 1978, statusnya berubah menjadi Akademi Administrasi dan Supervisi Pendidikan Siliwangi. Seiring waktu, institusi ini berkembang dan membuka berbagai program studi hingga akhirnya berganti nama menjadi Universitas Siliwangi.

Momentum penting terjadi pada 20 Mei 2014, saat Unsil resmi menjadi perguruan tinggi negeri, yang kini diperingati sebagai Dies Natalis Unsil. Hingga tahun 2025, Unsil telah berusia 47 tahun sebagai lembaga pendidikan tinggi swasta dan 11 tahun sebagai perguruan tinggi negeri.

Nundang Busaeri menyebutkan bahwa transformasi Unsil dari Perguruan Tinggi Swasta (PTS) menjadi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) tidak lepas dari sikap terbuka dan jiwa besar para pendirinya.

Kunci utama keberhasilan ini adalah kesediaan yayasan menyerahkan kewenangan penuh, termasuk aset dan sumber daya manusia, kepada negara.

Letjen (Purn.) Mashudi, pendiri Yayasan Pamasudi, menjadi tokoh sentral dalam proses tersebut. Selain dikenal sebagai patriot, mantan prajurit TNI, mantan gubernur,

dan mantan Ketua Kwartir Nasional, Mashudi dengan tulus menyerahkan Unsil kepada pemerintah meski kampus telah berkembang pesat dengan jumlah mahasiswa yang besar. Nama “Siliwangi” pada Universitas Siliwangi memiliki makna mendalam, mencerminkan sejarah dan nilai luhur masyarakat Jawa Barat.

Menurut Mashudi, nama tersebut diambil untuk mengabadikan semangat kepemimpinan Prabu Siliwangi, simbol kekuatan dan kebijaksanaan rakyat Sunda. Tasikmalaya sendiri merupakan salah satu cikal bakal pedang Siliwangi.

Simbol kebesaran dan kekuatan rakyat Sunda, Unsil diharapkan menjadi wadah pengembangan pendidikan yang memberikan dampak positif bagi masyarakat Jawa Barat, khususnya dalam membangun masa depan generasi muda.

Filosofi Siliwangi tercermin dalam nilai-nilai kampus seperti “Silih Asah, Silih Asih, dan Silih Asuh,” yang mengajarkan saling belajar, mengasihi, dan mendukung.

Selain itu, konsep “Silih Wangikeun” menekankan pentingnya saling memuliakan sesama manusia. Tulisan “Wangsit Siliwangi” di kampus Unsil menjadi pengingat akan nilai keberanian, kejujuran, dan kepedulian terhadap sesama.

Dampak Status PTN
Perubahan status Unsil menjadi PTN memberikan dampak positif di bidang pendidikan dan ekonomi. Kawasan kampus mengalami pertumbuhan ekonomi, termasuk peningkatan harga tanah.

Sebagai syarat alih status, Unsil menyediakan lahan pengembangan 30 hektare di Tamansari, kecamatan dengan ekonomi relatif tertinggal di Kota Tasikmalaya. Kehadiran perguruan tinggi negeri ini memicu multiplier effect, meningkatkan angka partisipasi kasar (APK) pendidikan tinggi, dan menggerakkan roda ekonomi setempat.

Contohnya, harga tanah yang pada 2013 berkisar Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta per bata (14 m²), melonjak hingga lebih dari Rp 20 juta dalam waktu kurang dari satu dekade.

Dari sisi pendidikan, status PTN memberikan kepercayaan lebih dari pemerintah. Saat ini Unsil memiliki 12 guru besar dan berpeluang membuka prodi S1, D3, D4, S2, serta S3.

Unsil kini menawarkan 38 program studi, di mana delapan program studi S1 telah meraih akreditasi unggul, dan beberapa lainnya memperoleh akreditasi internasional dari AQAS Jerman. Pada tahun 2023, Unsil berhasil mendapatkan akreditasi unggul dari BAN-PT.

Unsil memiliki tujuh fakultas dan satu program pascasarjana. Di jenjang pascasarjana, terdapat tujuh program magister dan tiga program doktor. Saat ini, program doktor masih dikelola oleh program pascasarjana, tetapi ke depan akan dialihkan ke fakultas masing-masing jika program S1 dan S2 yang relevan tersedia.

Jumlah mahasiswa terus meningkat setiap tahun, dengan lebih dari 16.000 mahasiswa aktif yang dibimbing oleh 447 dosen. Pada tahun akademik 2024, Unsil menerima 5.200 mahasiswa baru, sebagian besar melalui jalur seleksi nasional dan mandiri, didukung oleh pembukaan program studi baru.

“Kami menjaga agar jumlah prodi tidak terlalu banyak dalam satu waktu, sehingga tetap fokus dan akreditasinya terjaga,” ujarnya.

Akreditasi Unggul
Pencapaian akreditasi unggul Unsil memberikan sejumlah manfaat strategis, termasuk peluang mendirikan fakultas baru seperti Fakultas Kedokteran dan program profesi insinyur.

Kedua program ini mensyaratkan institusi dengan akreditasi unggul, terutama di Pulau Jawa. Ini merupakan langkah besar setelah 11 tahun menjadi PTN.

Proses menuju akreditasi unggul melibatkan banyak pihak. Perguruan tinggi harus berupaya keras meningkatkan fasilitas, tata kelola, dan infrastruktur kampus.

Salah satu langkah pentingnya adalah pembentukan Lembaga Penjaminan Mutu (LPM) pada tahun 2023, yang sesuai dengan Organisasi Tata Kerja (OTK) baru Unsil.

“Kami berkomitmen untuk terus bekerja keras, menginisiasi berbagai program baru, termasuk Fakultas Kedokteran yang diharapkan segera terealisasi,” ujar Nundang Busaeri.

Selain mendukung pengembangan akademik, Unsil juga fokus memberikan kontribusi langsung kepada masyarakat. Perguruan tinggi ini menyoroti tingginya kebutuhan kesehatan di daerah Priangan Timur, termasuk meningkatnya kasus penyakit seperti kolesterol dan tekanan darah tinggi.

“Dengan Fakultas Kedokteran, perguruan tinggi dapat mengedukasi sekaligus melayani masyarakat,” tambahnya.

Menuju PTNBH
Saat ini Unsil berstatus Badan Layanan Umum (BLU), sebuah transisi dari Satuan Kerja (Satker). Dengan status BLU, Unsil memiliki fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan, memberikan pondasi kuat menuju Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH).

Menurut Nundang Busaeri, proses menuju PTN-BH bukan pilihan, melainkan keharusan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Proses ini tidak hanya menyangkut perubahan status, tetapi juga memperkuat tata kelola, meningkatkan akreditasi, dan mendorong inovasi pendidikan.

Langkah strategis ini memungkinkan Unsil membuka lebih banyak program studi dan memperluas kemitraan dengan berbagai pihak. “Ini adalah keniscayaan, suatu saat nanti akan diwajibkan,” ujar Nundang Busaeri.

Kiprah Alumni
Alumni Universitas Siliwangi tersebar di berbagai bidang, mencerminkan beragam keahlian lulusan Unsil. Di bidang pendidikan, lulusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) banyak berkontribusi sebagai guru di berbagai jenjang sekolah.

Lulusan Fakultas Ekonomi dan FISIP juga mendominasi sektor pemerintahan dan swasta, bahkan menjadi wirausaha sukses. Hal ini sejalan dengan visi Unsil untuk menjadi perguruan tinggi unggul yang berwawasan kebangsaan dan berkarakter wirausaha.

Beberapa alumni telah meraih jabatan tinggi, seperti Uu Ruzhanul Ulum yang menjabat sebagai Wakil Gubernur Jawa Barat periode 2018-2025. Kiprah mereka mencerminkan jatidiri Unsil melalui visi institusinya yang unggul, berwawasan kebangsaan, dan berkarakter wirausaha.

Visi tersebut diwujudkan dalam setiap proses pembelajaran dan pembinaan mahasiswa, termasuk program pembekalan bela negara untuk mahasiswa baru di semester pertama dan kedua.

Menurut Nundang, karakter wirausaha menjadi fokus penting dalam pembelajaran di Unsil. Mahasiswa didorong untuk menjadi individu yang kreatif, inovatif, dan adaptif, sesuai dengan tantangan zaman. Hal ini juga mencerminkan karakter masyarakat Tasikmalaya yang dikenal sebagai pelaku usaha ulung.

Internasionalisasi
Setelah meraih akreditasi unggul dari BAN-PT pada tahun 2023, Unsil kini berfokus pada akreditasi internasional sebagai bagian dari strategi memenuhi indikator kinerja utama perguruan tinggi, khususnya internasionalisasi.

Unsil terus berkomitmen meningkatkan reputasinya di tingkat internasional dengan mengembangkan program-program internasional. Pada tahun 2024,

Unsil meluncurkan kelas internasional bekerja sama dengan beberapa perguruan tinggi di Thailand dan Mesir. Program itu memungkinkan mehasiswa asing belajar di Unsil, khususnya dalam prodi Bahasa Inggris di FKIP.

Tidak hanya program Bahasa Inggris, Unsil juga berencana mengembangkan kelas internasional untuk program studi Bahasa Indonesia. Permintaan ini didorong oleh antusiasme dari negara-negara seperti Thailand, terutama karena Bahasa Indonesia mulai diakui sebagai salah satu bahasa internasional.

“Semoga pada tahun akademik baru nanti, kami bisa meluncurkan lebih banyak program internasional, termasuk kelas Bahasa Indonesia,” ujarnya.

Jangka Panjang
Dalam masa kepemimpinannya, Nundang Busaeri juga menyiapkan langkah strategis jangka panjang untuk memperluas kampus dan meningkatkan daya saing wilayah.

Bersama Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya, Unsil merencanakan pembangunan Kampus 3 yang berlokasi di wilayah selatan Kabupaten Tasikmalaya. Wilayah ini dianggap potensial karena memiliki kekuatan di sektor perikanan, peternakan, dan pertanian.

Oleh karena itu, program studi yang dikembangkan di kampus baru akan berfokus pada klaster agrikultur dan teknik kelautan. Kehadiran Kampus 3 diharapkan membawa dampak sosial sebagaimana Kampus 2 yang telah mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan Tamansari.

Selain pengembangan program studi, Unsil juga merencanakan pembangunan rumah sakit pendidikan di wilayah selatan untuk mendukung pendirian Fakultas Kedokteran.

Meskipun Unsil memiliki lahan seluas 30 hektare, menurut masterplan pengembangan kampus, luas tersebut belum mencukupi. Hal ini berdasarkan pengalaman kampus PTN di luar Jawa seperti di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi yang memiliki lahan hingga 200 hektare.

Kebutuhan lahan ini penting karena laboratorium untuk program studi seperti peternakan, pertanian, dan perikanan membutuhkan ruang yang memadai. Pengembangan Kampus 3 bukan hanya soal pembangunan fisik, tetapi juga investasi jangka panjang untuk masa depan Unsil dan masyarakat sekitarnya.

“Kami ingin kampus ini tidak hanya memperluas akses pendidikan, tetapi juga menjadi pusat pengembangan ekonomi lokal,” tambahnya.

Tonton Video Selengkapnya

Artikel Terkait