UMGO didirikan pada 11 Juni 2008. Dalam sepuluh tahun pertama, kampus ini mengalami pergantian empat rektor dengan dinamika yang tinggi, bahkan sempat menghadapi masalah manajemen.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah meminta Abdul Kadim untuk meninggalkan jabatannya sebagai Ketua Pengurus Wilayah Muhammadiyah (PWM) Gorontalo demi menjadi rektor dan menata ulang kampus.
“Menjadi rektor adalah amanah. Saya harus meninggalkan jabatan Ketua PWM Gorontalo agar bisa fokus. Ini bagian dari pengabdian saya,” jelasnya.
Saat pertama kali menjabat, kondisi UMGO belum ideal. Struktur organisasi terlalu besar dengan banyak biro dan Unit Pelaksana Teknis (UPT), tetapi efektivitasnya rendah.
Langkah strategis diambil dengan merampingkan fakultas dari delapan menjadi empat, menggabungkan biro, dan menyederhanakan UPT.
“Reorganisasi harus dilakukan, tujuannya efisiensi agar kampus lebih lincah dan fokus. Setelah stabil, barulah fakultas dikembangkan kembali,” ujarnya.
Restrukturisasi Kampus
Sejak awal kepemimpinannya di UMGO, Abdul Kadim melakukan restrukturisasi yang terbukti memberi arah baru bagi perkembangan kampus. Dari delapan fakultas yang dinilai tidak efektif, ia merampingkannya menjadi empat fakultas, kemudian menambahkan kembali fakultas yang dianggap prospektif.
Pada saat itu, Fakultas Pertanian dan Fakultas Ilmu Budaya memiliki jumlah mahasiswa yang sangat sedikit, bahkan kurang dari 100. Fakultas Hukum juga menghadapi kondisi serupa.
Maka, Fakultas Pertanian digabung ke Fakultas Sains dan Ilmu Komputer, Fakultas Ilmu Budaya ke Fakultas Ilmu Sosial, dan Fakultas Hukum dijadikan program studi.
Langkah efisiensi ini bukan untuk menyusutkan peluang, melainkan merapikan fondasi agar kampus dapat tumbuh
lebih sehat.
Setelah struktur kembali kuat, Fakultas Psikologi ditambahkan, yang awalnya bergabung dengan Fakultas Kesehatan, serta Fakultas Agama Islam yang berdiri sendiri sesuai regulasi. Puncaknya, Fakultas Kedokteran resmi berdiri pada 2023.
Saat ini, UMGO memiliki tujuh fakultas: Fakultas Agama Islam, Fakultas Ilmu Kesehatan, Fakultas Ilmu Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Sains dan Ilmu Komputer, Fakultas Psikologi, serta yang terbaru, Fakultas Kedokteran. Selain itu, UMGO juga menyelenggarakan program pascasarjana.
“Fakultas Kedokteran menjadi salah satu terobosan penting untuk melahirkan tenaga medis di Gorontalo,” ujarnya.
Di bawah kepemimpinan Abdul Kadim, UMGO mengalami transformasi signifikan. Ia merintis Pesantren At-Tanwir di Kota Gorontalo, mendirikan pabrik air kemasan QMAS-M, serta membangun Masjid Darul Arqam yang kini menjadi masjid terbesar di Gorontalo.
Visi kepemimpinannya terangkum dalam konsep CITRA, yang berarti Cerdas, Integritas dan Inovatif, Transparan, Religius, Amanah, dan Akuntabel. Konsep ini diwujudkan tidak hanya dalam tata kelola, tetapi juga dalam desain fisik kampus.
Ia merancang master plan baru dengan memindahkan gerbang utama ke jalur protokol poros Kota Limboto, sebagai simbol UMGO yang terbuka dan hadir di tengah masyarakat.
Restrukturisasi fakultas yang dilakukannya berdampak langsung pada jumlah mahasiswa. Saat ini, UMGO memiliki sekitar 4.900 mahasiswa, dengan 3.500–3.600 mahasiswa aktif.
Menurutnya, asumsi ideal perguruan tinggi Muhammadiyah adalah memiliki minimal 5.000 mahasiswa. Namun, angka tersebut berlaku untuk kota-kota besar di Jawa.
Untuk daerah seperti Gorontalo, jumlah sekitar 4.000 mahasiswa sudah dianggap stabil. Abdul Kadim menyebut bahwa mencapai angka 5.000 mahasiswa akan menjadi titik ideal bagi UMGO,
meskipun kondisi saat ini sudah menunjukkan tren yang sehat. Target di daerah seperti Gorontalo tidak harus memaksakan diri menyamai kota besar, yang terpenting adalah stabilitas dan kemampuan menjaga kualitas.
“UMGO juga terus bergerak menjaga keseimbangan antara efisiensi manajemen dan ekspansi fakultas baru,” jelasnya.
Faktor Ilahiah
Pendirian Fakultas Kedokteran merupakan perjalanan panjang penuh tantangan. Salah satu tantangan utamanya adalah menyiapkan 26 dosen, termasuk 10 dosen di bidang biomedik, yang sangat langka karena banyak dokter lebih memilih jalur spesialis daripada biomedik.
Persaingan untuk sumber daya ini terjadi di hampir semua perguruan tinggi di Indonesia. Namun, melalui pendekatan silaturahim dan dukungan dari Perguruan Tinggi Muhammadiyah se-Indonesia, jalan pun terbuka.
Abdul Kadim menjelaskan bahwa rintisan Fakultas Kedokteran sebenarnya sudah ada sebelum dirinya menjadi rektor, tetapi terhambat oleh akreditasi institusi yang masih “C” dan regulasi moratorium pendirian fakultas kedokteran.
Momentum baru muncul ketika moratorium dibuka kembali pada November 2022. Meski UMGO merupakan kampus kecil dengan jumlah mahasiswa sekitar 3.000-an, peluang terbuka karena persyaratan di luar Jawa hanya mensyaratkan akreditasi “Baik Sekali”. “Itulah faktor ilahiah.
Tanpa pertolongan Allah, sulit sekali,” ujarnya. Keberhasilan ini juga didukung oleh faktor insaniah, yaitu kerja keras dalam membangun jejaring dan silaturahim.
Dukungan datang dari Universitas Muhammadiyah Surabaya, PP Muhammadiyah, hingga Pemerintah Daerah Gorontalo. Setelah perjuangan selama 11 bulan, pada tahun 2023 izin pendirian Fakultas Kedokteran UMGO resmi keluar.
Kini, Fakultas Kedokteran UMGO telah memiliki gedung enam lantai yang representatif dan menjadi perguruan tinggi swasta kedua di wilayah LLDikti XVI (Sulawesi, Gorontalo, Maluku, dan Papua) yang memiliki Fakultas Kedokteran, selain Universitas Alkhairaat Palu.
Tonggak Baru
Keberadaan Fakultas Kedokteran menjadi tonggak baru bagi UMGO. Sejak resmi dibuka pada 2023, fakultas ini langsung menarik perhatian karena tingginya peminat meski kuota masih terbatas.
Abdul Kadim menyampaikan bahwa awalnya Fakultas Kesehatan menjadi penopang finansial utama. Namun, dengan hadirnya Fakultas Kedokteran, UMGO tidak hanya memperluas daya tarik calon mahasiswa tetapi juga memperkuat posisi ekonomi institusi.
Fakultas ini kini memasuki angkatan ketiga, tetapi perjuangan masih panjang. Tantangan berikutnya adalah menjaga mutu, memperkuat sumber daya manusia, dan memastikan Fakultas Kedokteran benar-benar memberikan kontribusi nyata bagi kesehatan masyarakat Gorontalo dan kawasan timur Indonesia.
Saat ini, Fakultas Kedokteran menerima 50 mahasiswa per tahun. Angkatan pertama hanya berjumlah 15 orang karena SK keluar terlambat, sementara angkatan kedua dan ketiga masing-masing diisi 50 mahasiswa.
Peminatnya tetap tinggi. Dengan tambahan fakultas ini, UMGO kini sejajar dengan kampus-kampus besar di kawasan timur.
“Di Gorontalo, UMGO kini menjadi perguruan tinggi terbaik kedua setelah Universitas Negeri Gorontalo dan dinyatakan sebagai kampus swasta terbaik di LLDikti XVI pada 2024,” tambahnya.
Program Mahasiswa Berasrama Semakin Mendapat Dukungan
Dalam upaya membangun ciri khas UMGO dan membedakan diri dari standar perguruan tinggi umum, Abdul Kadim fokus pada dua hal, yaitu budaya mutu dan identitas kampus. Karena UMGO adalah institusi Islam Muhammadiyah, program berasrama dirancang sebagai salah satu ciri khasnya.
Program ini berlaku untuk seluruh mahasiswa. Mahasiswa Fakultas Kedokteran diwajibkan mengikuti selama satu tahun penuh, sedangkan mahasiswa program lain sekitar 4–5 bulan.
Kegiatan mencakup penguatan soft skill, hard skill, kepemimpinan, serta aspek keagamaan. Sebelum mengikuti, mahasiswa baru menjalani tes kemampuan membaca Alquran.
“Maka salah satu syarat lulus dari UMGO adalah memiliki sertifikat lancar mengaji,” ujarnya. Program ini sempat menuai kritik, terutama dari orang tua mahasiswa kedokteran yang khawatir mengganggu studi. Abdul Kadim menghadapi hal tersebut dengan pendekatan ilmiah.
Penelitian di Fakultas Kedokteran menunjukkan mahasiswa yang aktif mengikuti asrama justru memiliki prestasi akademik lebih baik.
Jadwal kegiatan dirancang ketat untuk membentuk disiplin. Aktivitas berlangsung dari pukul 17.00 hingga 05.00, meliputi ibadah berjamaah, pengajian, diskusi kelompok, dan evaluasi belajar.
Kegiatan akademik berlangsung dari pukul 05.00 hingga 17.00 di kampus. Mahasiswa tetap diberi kesempatan keluar dengan izin tertentu, di siang hari melalui kaprodi, dan malam hari melalui pimpinan asrama.
Pembatasan waktu ini bukan untuk membatasi kebebasan, tetapi membiasakan mahasiswa mengatur waktu secara disiplin, menyeimbangkan belajar, ibadah, aktivitas sosial, dan istirahat.
Tujuannya adalah membentuk mahasiswa yang terstruktur, siap menghadapi kehidupan setelah lulus. Menariknya, mahasiswa yang awalnya menolak program justru enggan meninggalkan asrama setelah setahun penuh.
“Kami ingin membangun kampus yang tidak hanya melahirkan sarjana, tetapi juga pemimpin yang cerdas, religius, dan berintegritas,” tuturnya.
Target Akademis
Abdul Kadim menyampaikan bahwa capaian akreditasi unggul menjadi target semua perguruan tinggi, termasuk UMGO. Saat ini, UMGO berada pada peringkat “Baik Sekali” hingga 2027, tetapi kampus telah menyiapkan peta jalan jangka panjang untuk mencapai peringkat lebih tinggi.
Akreditasi unggul memang penting, tetapi biayanya cukup besar. Negara hanya menanggung akreditasi standar, sehingga kampus yang ingin mencapai unggul harus menanggung biaya tersebut sendiri.
Oleh karena itu, fokus UMGO saat ini adalah meningkatkan kualitas internal. Tahun 2026 ditetapkan sebagai fase Excellent University, dan target tahun 2045 adalah menjadi Global University.
Strategi peningkatan mutu sudah terlihat dari bertambahnya jumlah dosen bergelar lektor dan lektor kepala. Target melahirkan guru besar pada 2027 dan minimal sepuluh profesor pada 2028 sudah masuk dalam rencana induk pengembangan kampus.
Ke depan, UMGO juga berencana membangun rumah sakit sendiri untuk mendukung layanan pendidikan kedokteran dan kesehatan. Fasilitas laboratorium modern seperti anatomi digital, yang hanya dimiliki Universitas Hasanuddin dan UMGO di Indonesia Timur, menjadi modal penting untuk mencapai status kampus unggul.
Selain itu, pembangunan masjid berkapasitas 1.000 orang sedang berlangsung sebagai pusat pembinaan spiritual dan karakter mahasiswa berasrama, tambahnya.
Pendanaan Kampus
Salah satu tantangan utama perguruan tinggi swasta (PTS) adalah menjaga stabilitas finansial tanpa sepenuhnya bergantung pada SPP mahasiswa.
itu, UMGO telah mengembangkan berbagai unit usaha sebagai sumber pendapatan sekaligus meringankan beban mahasiswa. UMGO kini memiliki asrama, UMGO Mart, dan pabrik air kemasan.
UMGO Mart menarik perhatian karena setiap dosen hingga petugas kebersihan mendapatkan reward Rp15.000 per hari dalam bentuk voucher yang wajib dibelanjakan, sehingga perputaran ekonomi tetap berada di lingkungan kampus.
Selain itu, Fakultas Kedokteran menjadi penopang finansial utama, di mana kontribusi satu mahasiswa kedokteran setara dengan seratus mahasiswa program studi lain.
Dengan adanya fakultas ini, UMGO tidak hanya meningkatkan daya tarik nasional, tetapi juga secara signifikan menambah pendapatan. “Hal ini membuat kami berani menambah lima program studi baru, tiga di antaranya di bidang kesehatan,” tambahnya.
Tantangan lain untuk PTS datang dari persepsi masyarakat yang menganggap perguruan tinggi negeri lebih unggul, sehingga PTS sering dianggap sebagai pilihan kedua.
Padahal, banyak PTS yang kualitasnya berkembang pesat. Dengan pertumbuhan jumlah mahasiswa baru di PTN yang kadang mencapai ribuan, PTS terdorong untuk terus bersaing.
“Kalau PTN menerima 10.000 mahasiswa, otomatis peluang PTS berkurang. Maka kita harus berjuang dengan keunggulan sendiri,” jelasnya.