Pernah menjabat dua periode sebagai pimpinan Universitas Terbuka (UT) Kendari, ia memiliki pengalaman luar biasa dalam manajemen pendidikan dan digitalisasi,
termasuk meraih sertifikasi ISO 9001:2015 Provision of Nationally Distance Learning for Higher Education and Study Programs (Bidang MPJJ) di UT.
Jaringan profesionalnya mencakup Ketua Perhimpunan Agronomi Indonesia Cabang Sultra, Ketua Perhimpunan Meteorologi Pertanian Indonesia Cabang Sultra,
anggota pengurus pusat Perhimpunan Agronomi Indonesia, anggota the International Society for Southeast Asian Agricultural Sciences (ISSAAS), serta mantan Ketua Dewan Riset Daerah Sultra yang kini menjadi BRIDA. Kini, ia dipercaya sebagai anggota Dewan Pertimbang Kelitbangan Sultra.
Unsultra, salah satu perguruan tinggi swasta tertua di Sulawesi Tenggara, telah melalui perjalanan panjang dan transformasi. Awalnya didirikan untuk memperkuat sumber daya manusia lokal agar tidak terkikis oleh migrasi lulusan ke luar daerah,
Unsultra hadir sebagai solusi untuk kebutuhan pendidikan tinggi berkualitas di tengah keterbatasan infrastruktur. Namun, universitas ini sempat mengalami stagnasi dan hampir kolaps karena persaingan dan manajemen yang kurang optimal.
Dalam situasi kritis tersebut, Andi Bahrun yang saat itu berkarier sebagai dosen di Universitas Halu Oleo diundang untuk memimpin Unsultra pada Desember 2013, dan kini memasuki periode ketiganya.
Berbekal visi dan tuujuan yang jelas, ambisi besar, dan pendekatan kepemimpinan yang visioner dan transparan, Ia segera mengambil berbagai langkah strategis dengan fokus pada pemulihan mutu, revitalisasi atmosfer akademik, dan transformasi kurikulum yang sesuai dengan perkembangan zaman.
Unsultra berhasil menyelesaikan akreditasi institusi pada 2014, sebuah pencapaian besar mengingat banyak perguruan tinggi swasta di Sulawesi belum terakreditasi saat itu.
Dari 10 program studi yang ada, hanya lima yang bertahan, namun secara bertahap semuanya kembali diperkuat hingga kini seluruh program studi telah terakreditasi, menjadikan Unsultra mitra strategis bagi pemerintah daerah.
Transformasi
Transformasi dimulai dari fondasi penting, yaitu peningkatan akreditasi dan mutu akademik melalui BAN-PT. Awalnya, hanya lima dari 10 program studi yang bertahan, tetapi kini seluruh program studi telah terakreditasi, bahkan beberapa mencapai kategori baik hingga sangat baik.
Reformasi kurikulum yang lebih relevan dengan kebutuhan lokal turut mendukung, terutama dalam bidang ilmu hukum, ilmu pemerintahan, teknik sipil, teknik pertambangan, teknik geologi, teknik mesin, perencanaan wilayah dan perkotaan, pertanian, dan kependidikan yang menjadi andalan kampus dalam membangun kemandirian daerah.
Keterbatasan infrastruktur dan sumber daya manusia sempat menjadi tantangan. Kampus yang dulunya terlihat kumuh dengan banyak dosen yang masih menggunakan sistem tradisional menghadapi kesulitan teknis selama pandemi, khususnya dalam beradaptasi dengan teknologi.
“Namun, dari keterbatasan tersebutlah justru muncul semangat untuk berinovasi, ” tegasnya.
Melalui berbagai workshop intensif, pelatihan digitalisasi pembelajaran, dan coaching berkelanjutan, dosen dan mahasiswa berhasil menguasai teknologi pembelajaran daring. Semangat untuk memajukan program internasionalisasi dan digitalisasi Unsultra terus dikembangkan secara konsisten.
Kerja sama internasional, kolaborasi dengan DUDI, Pemda, dan LSM juga semakin diperluas. Hasilnya, Unsultra mencetak sejarah baru sebagai PTS dengan peringkat terbaik di bidang pembelajaran daring, kerja sama terbaik,
dan peringkat tiga besar perguruan tinggi swasta dalam kategori media sosial wilayah LLDIKTI 9. Selain itu, Unsultra empat tahun berturut-turut dinilai memiliki IKU Perguruan Tinggi terbaik.
AI Development Center
Kesuksesan ini didukung oleh berdirinya AI Development Center, pusat pengembangan kecerdasan buatan pertama yang dirintis oleh kampus swasta di daerah.
AI Development Center ini menjadi laboratorium inovasi, tempat mahasiswa dan dosen menciptakan solusi digital berbasis AI untuk memecahkan masalah nyata di masyarakat, seperti pemantauan kesuburan tanah, kondisi cuaca, manajemen sumber daya air, hingga penyediaan materi dan pembelajaran berbasis AI.
Kemitraan menjadi kunci utama keberhasilan ini. Kolaborasi strategis tidak hanya dilakukan dengan dunia usaha, industri, dan Pemda di Sulawesi Tenggara, tetapi juga dengan Pemda di luar Sultra, seperti Bontang (Kalimantan Selatan) dan Banggai (Sulawesi Tengah).
Riset unggulan mahasiswa dan dosen Unsultra pun dimanfaatkan langsung dalam perencanaan pembangunan daerah. Bahkan, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi mengakui hasil riset tersebut saat kunjungan ke Unsultra.
dan bahkan menyatakan akan melibatkan Unsultra dalam program nasional khususnya pengembangan sekolah garuda.
Prestasi lainnya mencakup masuk tiga besar penghargaan kerja sama terbaik dengan dunia usaha dan industri, kerja sama internasional, serta kerja sama dengan Pemda dan LSM oleh LLDIKTI Wilayah 9 selama dua tahun berturut-turut.
Unsultra juga telah meresmikan International Hub sebagai titik awal kolaborasi global, meliputi pertukaran mahasiswa dan dosen, serta pertemuan kebijakan lintas negara. Hub ini mengubah Unsultra dari kampus lokal menjadi “jembatan” antara daerah dan dunia internasional.
Kampus Berdampak
Semangat transformasi Unsultra tidak hanya berfokus pada aspek institusional, tetapi juga spiritual. Filosofinya adalah “mari kita harmonis, mari kita sinergi agar hidup penuh berkah.
Dengan kerja keras dan atas seizin Allah, sesuatu yang impossible menjadi possible.” Semangat ini menjadi jiwa perubahan, di mana dosen yang dulunya “jalan santai” kini bergerak cepat demi inovasi, dan mahasiswa tampil percaya diri di ajang ilmiah nasional maupun internasional.
Unsultra kini menjadi pusat transformasi sosial, ekonomi, dan lingkungan di Sulawesi Tenggara. Dengan semangat “kampus berdampak,” Unsultra menegaskan komitmen untuk menjadi solusi nyata bagi masalah masyarakat hingga ke level desa.
Program ini merupakan wujud nyata kolaborasi strategis dengan berbagai pihak, mulai dari Pemerintah Daerah, Kadin (Kamar Dagang dan Industri), dunia usaha, hingga media massa.
Baru-baru ini, kerja sama dengan Kadin Sultra yang disaksikan langsung oleh Ketua Kadin Indonesia menjadi bukti bahwa kampus ini telah bertransformasi menjadi pusat inovasi dan pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Salah satu agenda utama Unsultra Berdampak 2025 adalah Expo Unsultra 2025 dan Kadin Goes To Campus.
Solusi Kongkret
Di bidang riset, Unsultra telah berhasil menghadirkan solusi konkret dari potensi sumber daya alam yang ada, seperti kajian teknik sipil untuk menangani banjir di Bontang, Kalimantan Selatan,
teknologi pemecah ombak hasil riset abrasi pantai di Kabupaten Banggai yang diterapkan di wilayah pesisir, serta pengembangan standar teknis pertambangan yang sedang diperbaiki melalui pengajuan pembangunan laboratorium pertambangan yang representatif.
Diharapkan pihak swasta dapat mendukung terwujudnya Laboratorium Pengembangan Sumber Daya Mineral yang representatif.
Kurikulum berbasis OBE (Outcome-Based Education) terus disempurnakan dengan pendekatan problem-based learning dan project-based learning, memastikan setiap lulusan tidak hanya menguasai teori, tetapi juga mampu menciptakan nilai tambah dari sumber daya alam yang ada.
Bahkan, mahasiswa Unsultra kini telah mengikuti magang di luar negeri, termasuk Jepang dan Taiwan. Sebagai kampus dengan sumber daya terbatas, Unsultra mengandalkan kreativitas, kemitraan, dan visi penuh semangat, menjadikan keterbatasan sebagai peluang untuk berinovasi.
“Dengan segala keterbatasan, kami tetap menjadi salah satu perguruan tinggi terbaik berdasarkan Indeks Kinerja Utama (IKU) Perguruan Tinggi di bidang Kerja Sama dan pengelolaan kehumasan di LLDikti 9 selama tiga tahun berturut-turut,” jelasnya.
Dengan Dukungan Alumni Terus Kejar Ketertinggalan
Unsultra menjadi simbol transformasi pendidikan tinggi di wilayah Sulawesi Tenggara dan gerbang perubahan sosial, ekonomi, dan kemanusiaan yang diwujudkan melalui kontribusi nyata dari para alumninya.
Kelebihan Unsultra terletak pada awal pendiriannya yang diinisiasi oleh pemerintah daerah. Kedekatan ini telah menghasilkan jaringan alumni yang tersebar di tingkat regional, nasional, bahkan internasional. Kontribusi alumni di berbagai bidang berhasil meningkatkan reputasi Unsultra.
Tanpa hanya bergantung pada dana dari mahasiswa atau masyarakat, Unsultra mengoptimalkan sumber daya yang ada dan memanfaatkan koneksi alumni untuk mengakses sumber daya yang sebelumnya sulit dijangkau.
Contohnya, asrama tiga lantai senilai Rp. 20 miliar merupakan bantuan pemerintah yang didapat berkat komunikasi alumni, begitu pula dana untuk pembangunan masjid, beasiswa, magang, riset, dan lain-lain.
Kejar Ketertinggalan
Di tengah tantangan yang dihadapi perguruan tinggi swasta (PTS) di Sulawesi Tenggara, keterbukaan dan kolaborasi menjadi kunci dalam membangun masa depan pendidikan yang lebih adil dan kompetitif.
Sebagai Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) di Sulawesi Tenggara, Andi Bahrun menyampaikan bahwa banyak PTS masih berjuang untuk meningkatkan daya saing secara nasional. Banyak yang harus menyeimbangkan kualitas pendidikan dengan keterbatasan finansial.
“Seperti daya beli masyarakat yang rendah, persaingan ketat mendapatkan mahasiswa baru, dan keterbatasan sumber daya manusia,” tambahnya
Andi Bahrun menegaskan bahwa tidak bisa lagi hidup dengan stigma bahwa PTS adalah kelas dua. Melawan stigma ini dilakukan melalui inovasi dan berbagai terobosan yang berkontribusi dalam persoalan sosial, ekonomi, hukum, dan lingkungan.
Unsultra telah membuka penerimaan mahasiswa baru lebih awal, mulai bulan Februari, menyamai jadwal perguruan tinggi negeri, menunjukkan bahwa kesempatan pendidikan tidak boleh dibatasi oleh status kampus.
“Uang sumbangan pendidikan masih ada yang sekitar Rp. 2 juta per semester,” katanya.
Potensi sumber daya yang dimiliki, bantuan dari pemerintah pusat, daerah, dan jaringan kemitraan, termasuk beasiswa dari kabupaten-kabupaten di Sulawesi Tenggara, menjadi peluang besar.
Bahkan, kunjungan Wakil Menteri, Prof. Stella, ke Unsultra menandai pengakuan bahwa perguruan tinggi swasta dapat menghasilkan riset unggulan yang berdampak langsung bagi masyarakat.
“Kami sungguh-sungguh berusaha secara bertahap dengan semangat percaya diri, fokus, dan bekerja secara luar biasa untuk mensejajarkan diri dengan perguruan tinggi maju lainnya. Yang pasti, kami memiliki mimpi besar, Dream To Become A Future University,” ujarnya.