Prof. Dr. Sugiyarto, M. Si - Rektor Universitas Tidar Magelang (foto: radarjogja.jawapos.com)

Rektor Universitas Tidar Magelang – Satu-satunya PTS di Jateng yang Bisa Menjadi PTN

Share

Karir Prof. Dr. Sugiyarto, M. Si berkembang secara alami, mengikuti arus dan kesempatan yang datang. Sejak lulus S1, telah berdedikasi untuk menjadi seorang guru hingga akhirnya diterima sebagai dosen di Universitas Sebelas Maret (UNS).

Awalnya mengajar di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), kemudian berpindah ke Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) sesuai dengan bidangnya, Biologi.

Kesadaran bahwa seorang dosen harus meraih gelar doktor mendorongnya untuk segera menyelesaikan pendidikan hingga tingkat tertinggi. Dedikasi dan kerja kerasnya membuahkan hasil hingga akhirnya ia mendapatkan tawaran bergabung dengan Untidar sebagai Wakil Rektor III. Ia menerima tugas tersebut dan menjalankannya dengan baik hingga akhirnya dipercaya menjadi Rektor.

Saat itu, Untidar mengalami kekosongan jabatan, Rektor terpilih masih membutuhkan tim kepemimpinan. Jabatan Wakil Rektor I hingga III belum memiliki kandidat internal yang siap, sehingga pencarian dilakukan hingga ke luar Untidar. Ia ditugaskan Rektor UNS, untuk membantu dalam bidang kemahasiswaan dan alumni.

Jadi PTN

Prof. Sugiyarto turut mengawal perkembangan Untidar, yang sebelumnya merupakan perguruan tinggi swasta (PTS) betransformasi menjadi perguruan tinggi negeri (PTN). Untidar bermula pada tahun 1979 bersama dengan beberapa perguruan tinggi swasta lainnya di Jawa Tengah (Jateng), seperti Universitas Muria Kudus (UMK), Universitas Slamet Riyadi (Unisri), Universitas Pancasakti (UPS), dan Universitas Wijayakusuma (Unwiku).

Saat itu, Untidar masih bernama Universitas Tidar Magelang (UTM). Namun, berbeda dengan perguruan tinggi lainnya, Untidar menjadi satu-satunya dari kelompok tersebut yang berhasil mendapatkan status negeri. Pada tahun 2014, setelah melalui proses panjang, Untidar resmi menjadi PTN, suatu pencapaian besar yang tidak semua perguruan tinggi swasta mampu raih.

Perkembangan Untidar terus berlanjut dengan pesat. Dalam kurun waktu hanya 10 tahun setelah berstatus negeri, universitas ini telah berubah dari Satuan Kerja (Satker) menjadi Badan Layanan Umum (BLU). Perubahan ini memberikan fleksibilitas lebih dalam pengelolaan keuangan dan sumber daya, sehingga berdampak positif bagi peningkatan kualitas pendidikan dan layanan akademik.

Untidar terus berupaya meningkatkan kualitasnya di tengah persaingan dengan perguruan tinggi swasta yang sudah mapan di Magelang dan sekitarnya. Rektor Untidar menegaskan bahwa keberadaan perguruan tinggi swasta unggul seperti Universitas Muhammadiyah Magelang (Unima) menjadi pemacu bagi Untidar untuk berkembang lebih cepat.

Menurutn Sugiyarto, Unima akreditasinya sudah unggul karena sejak awal SDMnya sudah tertata dengan baik. Sedangkan Untidar baru bertransformasi dari swasta ke negeri, masih menghadapi beberapa kendala, terutama dalam hal sumber daya manusia. Banyak yang masih berstatus P3K atau tenaga pengajar baru dengan jabatan akademik lektor, sehingga proses akreditasi masih mengalami keterlambatan.

“Ksmi tidak berjalan sendiri dalam pengembangan institusi. Berkolaborasi dengan perguruan tinggi lain di Kedu Raya agar tidak hanya pesat, tetapi juga berjalan selaras dengan ekosistem pendidikan tinggi di kawasan tersebut,” katanya.

Daya Tarik

Salah satu daya tarik utama Untidar adalah visinya untuk unggul dalam kewirausahaan. Sugiyarto menyebut bahwa visi ini menjadi nilai jual utama dalam menarik minat calon mahasiswa.

“Kami berani mengusung visi untuk unggul dalam kewirausahaan. Ini spesifik dan relevan dengan kebutuhan saat ini,,” ujarnya.

Selain faktor internal, posisi geografis Magelang juga menjadi daya tarik tersendiri bagi Untidar. Menurut Prof. Sugiyarto, kota ini menawarkan lingkungan yang kondusif, aman, dan nyaman bagi dunia pendidikan. Selain itu, Magelang memiliki kapital budaya dan geografi yang mendukung perkembangan akademik.

Dalam hal pertumbuhan jumlah mahasiswa, Untidar menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Ketika masih berstatus perguruan tinggi swasta pada 2014, jumlah mahasiswa hanya sekitar 2.000. Namun, saat ini angka tersebut melonjak drastis hingga mencapai 13.000 mahasiswa. Dengan tambahan mahasiswa baru pada pertengahan tahun ini, total jumlah mahasiswa diperkirakan akan meningkat menjadi sekitar 17.000 orang.

Pertumbuhan pesat ini juga diiringi dengan penambahan program studi. Ketika ia pertama kali menjabat sebagai Rektor, Untidar menambah sembilan program studi baru. Saat ini, universitas tersebut mengelola 29 program studi yang tersebar dalam lima fakultas, mencakup program vokasi, sarjana, dan pascasarjana.

Program Pascasarjana

Sugiyarto mengaakan Untidar telah memiliki program pascasarjana untuk jenjang magister. Dua program magister yang sudah berjalan adalah Magister Pendidikan Bahasa Inggris dan Magister Pendidikan Bahasa Indonesia.

“Kami masih pada tahap program magister. Ini menjadi langkah awal yang baik untuk pengembangan program pascasarjana lebih lanjut di masa depan,” ungkapnya.

Bertambahnya jumlah mahasiswa dan program studi, membawa tantangan tersendiri, terutama dalam pemenuhan sumber daya manusia (SDM) dosen. Untuk kebutuhan perkuliahan, masih tercukupi. Namun, akibatnya dosen lebih banyak fokus pada pembelajaran sehingga penelitian dan pengabdian menjadi terbatas.

Tantangannya mengubah pola agar dosen tidak hanya mengajar tetapi juga aktif melakukan penelitian dan publikasi. Secara bertahap mengurangi beban mengajar agar lebih fokus pada penelitian. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga pengajar, Untidar juga merekrut dosen dari luar, terutama untuk mata kuliah umum seperti agama dan Pancasila.

Setiap tahun, Untidar menerima sekitar 4.000 mahasiswa baru. Beberapa program studi dengan pendaftar terbanyak berasal dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yaitu Manajemen. Selain itu, Ilmu Komunikasi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik juga menjadi favorit. Di Fakultas Teknik, peminatnya merata di semua program studi. Begitu pula dengan FKIP dan Fakultas Pertanian.

Peran Alumni

Meskipun baru berstatus perguruan tinggi negeri sejak 2014, Untidar telah memiliki alumni dari angkatan-angkatan sebelumnya. Para alumni ini tergabung dalam organisasi Ganidar (Keluarga Alumni Universitas Tidar), yang telah berbadan hukum dan bahkan mendirikan yayasan sejak dua tahun lalu.

“Kami memiliki dua jalur tracer study untuk alumni. Pertama, untuk memenuhi Indikator Kinerja Utama (IKU) yang berfokus pada alumni terbaru. Kedua, untuk alumni lama dari masa Untidar berstatus swasta, yang juga terus masih kami lacak. Dari pemantauan kami, banyak alumni Untidar yang telah menempati posisi strategis, baik di bidang akademik, pemerintahan, maupun dunia usaha,” ungkapnya.

Beberapa alumni telah mencapai jenjang profesor, sementara di sektor pemerintahan terdapat lulusan yang menjabat sebagai wali kota dan wakil wali kota. Selain itu, beberapa alumni sukses sebagai pengusaha, seperti pendiri PT Arlindo dan PT Perusahaan Anggrek Nambangan. Hal ini menunjukkan bahwa bahkan sejak masih berstatus swasta, Untidar telah melahirkan alumni-alumni yang kompeten di bidangnya.

Peningkatan jumlah mahasiswa Untidar menghadirkan tantangan tersendiri, terutama dalam pemenuhan sumber daya manusia (SDM). Sebagian besar dosen masih berada pada level lektor, dan ada pula yang masih berstatus Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

“Kami berupaya menggeser paradigma bahwa dosen tidak hanya mengajar, tetapi juga harus aktif dalam penelitian dan publikasi. Kami memberikan dukungan berupa pengurangan beban mengajar serta penyediaan beasiswa studi lanjut bagi dosen,” katanya.

Untuk mendukung mahasiswa yang mengalami kendala finansial, Untidar mengandalkan berbagai skema bantuan, mulai dari Kartu Indonesia Pintar (KIP), dana bantuan dari UPZ Baznas, hingga dukungan dari para alumni. Selain itu, kebijakan penurunan Uang Kuliah Tunggal (UKT), pembebasan biaya, serta opsi cicilan pembayaran juga diterapkan untuk meringankan beban mahasiswa.

Langkah Strategis

Ke depan, Untidar berupaya meningkatkan jumlah program studi yang meraih akreditasi unggul. Saat ini baru empat program studi yang berakreditasi unggul. Ini menjadi tantangan. karena itu, terus mendorong dosen untuk meningkatkan kualitas akademiknya, salah satunya melalui studi lanjut dan penelitian.

Dalam pengembangan akademiknya, Untidar juga mulai membangun identitas dan karakter khas sebagai institusi pendidikan. Salah satu langkah konkret adalah pendirian Pusat Unggulan Iptek (PUI) Borobudur, yang akan mengkaji Borobudur secara komprehensif dari segi teknik, budaya, hingga ekonomi.

Ingin membangkitkan kembali nilai-nilai budaya dari zaman Mataram Kuno dan menjadikannya bagian dari pengembangan akademik Untidar. Juga menjalin kolaborasi erat dengan Akademi Militer (Akmil) Magelang.

“Kami ingin menciptakan tren baru, di mana orang tidak hanya mengenal Magelang sebagai kota Akmil, tetapi juga sebagai kota pendidikan tinggi dengan Untidar sebagai bagian dari ekosistem akademiknya,” pungkasnya.

Tonton Video Selengkapnya

Artikel Terkait