Prof. Dr. Dra. Winarti, M.Si. - Rektor Universitas Pembangunan Surakarta

Rektor Universitas Pembangunan Surakarta – Dengan Branding UTP Juara Siap Unggul dan Mendunia

Share

Rektor Universitas Pembangunan Surakarta (UTP), Prof. Dr. Dra. Winarti, M.Si., menegaskan berusaha menembus akreditasi unggul, memperkuat riset, mencetak alumni berkelas dunia, sekaligus membangun kemandirian ekonomi kampus. Tidak hanya ingin dikenal sebagai Kampus Juara, tapi kampus Unggul yang betul-betul berkontribusi nyata bagi Indonesia dan siap bersaing global.

Jalan menjadi Rektor Universitas Tunas Pembangunan (UTP) Surakarta bukan berasal dari jalur organik kampus. Yayasan UTP mengundangnya menjadi pengawas hingga akhirnya ditunjuk sebagai Rektor periode 2022–2026.

“Saya ini orang luar. Tapi di sini, kompetisi tidak membuat sakit hati. Itulah budaya hebat UTP, kompetitif tapi tetap guyub,” jelasnya.

Prof. Winarti langsung menekankan pentingnya identitas kampus. Bagaimana orang mau kuliah jika mereka tidak tahu? Karena itu, branding menjadi keharusan. UTP harus dikenal.

Ia menciptakan slogan “UTP Juara” sebagai gerakan budaya kampus. Bukti nyata terlihat di berbagai bidang. UTP menjadi pionir kampus olahraga, dengan sejarah sebagai PTS pertama yang memiliki Fakultas Keguruan Ilmu Keolahragaan.

“Mahasiswa kami juara internasional, nasional, regional,” katanya.

Fakultas Teknik juga mencatat prestasi gemilang. Program Studi Teknik Sipil tiga tahun berturut-turut juara nasional. Bidang pertanian organik yang dibina UTP melalui desa-desa mitra menjadi contoh hilirisasi ilmu yang langsung menyentuh masyarakat. “Kami membina petani organik, bukan hanya teori,” ujarnya.

Kampus Kecil Ambisi Besar
Prof. Winarti menyadari bahwa memimpin UTP berarti memikul tanggung jawab strategis, tidak hanya untuk Solo atau Jawa Tengah. Sebagai universitas swasta dengan empat fakultas, FKIP, Teknik, Pertanian, dan Ekonomi, UTP tidak berfokus pada kuantitas berlebih.

Dengan total 12 program studi, jumlah Jumlah mahasiswa UTP saat ini stabil di kisaran 4.000–5.000 orang. “Kalau dibandingkan universitas lain di Solo, kami ini kecil, baik dari jumlah fakultas maupun mahasiswanya.

Justru dalam skala kecil ini, kami bisa lebih fokus dan unggul di bidang-bidang tertentu,” tegasnya. UTP menerima rata-rata 800 mahasiswa baru setiap tahun, angka yang stagnan bahkan sejak masa pandemi Covid-19. Sejak 2022, UTP berhasil menjaga angka penerimaan mahasiswa tetap stabil.

Pemeliharaan Pesawat
Menurut Prof. Winarti, salah satu visi jangka panjang UTP adalah mengembangkan program studi yang tidak hanya mengikuti pasar, tetapi juga membuka peluang baru. Contohnya adalah program Smart Information System atau Sistem Informasi Kota Cerdas (SIKC) dan Teknologi Pemeliharaan Pesawat (TPP).

Kedua program ini sudah terakreditasi dan meluluskan mahasiswa. Bahkan, lulusan TPP sudah ada yang bekerja di Garuda Indonesia dan Lanud Adi Sumarmo, sementara lulusan SIKC diterima di pemerintah kota karena sistem informasi kota cerdas masih sangat jarang.

“Program SIKC saat ini memang tergolong langka, hanya ada tiga di Indonesia. Namun, karena belum banyak dikenal, peminatnya pun belum banyak,” katanya.

UTP lahir dari idealisme dan nasionalisme generasi pejuang, yakni para tokoh Tentara Pelajar yang pasca-kemerdekaan Indonesia ingin mengalirkan semangat perjuangan ke bidang pembangunan manusia.

Mereka tidak hanya ingin membangun kampus, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kepeloporan dan kemandirian sebagai prinsip hidup. Kepeloporan bertujuan untuk mendorong mahasiswa berani memimpin dan memulai sesuatu yang bermanfaat,

sementara kemandirian mengajarkan mereka untuk tidak hanya bergantung pada sistem, tetapi kreatif mencari jalan keluar. Dan satu lagi nilai  yang terus dirawat dalam kultur akademik kampus yang menunjukkan bahwa nilai-nilai ini sudah sangat membaur dalam keseharian sivitas akadmika.

Kampus Unggul
UTP yang telah berusia 45 tahun memiliki ribuan alumni yang tersebar luas. Sejarah panjangnya dulu didukung oleh kekuatan Fakultas Pertanian, dan kini alumni Pertanian UTP bahkan telah mencetak prestasi internasional.

Dari tingkat lokal hingga nasional, jejak alumni UTP terlihat nyata, mulai dari anggota DPRD Jawa Tengah hingga mantan anggota BPIP. Alumni olahraga juga mendominasi KONI pusat, KONI Jawa Tengah, hingga menjadi guru olahraga di berbagai sekolah.

 

UTP tidak hanya berhenti pada nostalgia sejarah atau membanggakan reputasi alumni. Kampus ini sedang diarahkan pada target besar, yaitu meraih akreditasi unggul, meningkatkan kualitas SDM, dan mencetak mahasiswa berdaya saing global.

“Kami semua civitas akademika sepakat, UTP harus mencapai unggul,” jelasnya. Untuk meraih status tersebut, UTP fokus pada pilar fundamental seperti kurikulum, dosen, penelitian, dan pengabdian.

Semua dosen wajib menjalankan Tri Dharma yang difasilitasi langsung oleh kampus, termasuk mengundang reviewer nasional untuk membantu proposal hibah riset, PKM, dan MBKM.

Tantang Finansial
Namun, UTP masih menghadapi tantangan finansial dengan 90% pendapatan bergantung pada mahasiswa. Dalam era kompetisi ketat dan fluktuasi pasca-Covid, UTP berusaha mengembangkan unit usaha kampus.

GOR UTP sering disewa untuk event olahraga hingga tingkat internasional, sementara air mineral produksi UTP dan kawasan “UTP Food” menjadi sumber pemasukan sekaligus sarana branding.

Ke depan, prospek UTP semakin cerah dengan peluang besar untuk meraih akreditasi unggul dalam 2 – 3 tahun kedepan, karena sudah menyiapkan SDM, riset, dan jejaring alumni yang kuat.

Namun tantangan utamanya adalahmendisiplinkan kualitas Tri Dharma secara konsisten dan menjaga intake mahasiswa stabil dalam persaingan ketat

Tonton Video Selengkapnya

Artikel Terkait