Ditunjuk menjadi Rektor Universitas Muhammadiyah Lamongan (UMLA) periode 2022-2026 menggantikan rektor sebelumnya yang meninggal dunia saat masih berada di tengah masa jabatan. Juga pernah aktif di Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT, 2010), dan juga di lembaga akreditasi Mandiri, LAMPTKes itu, sehingga sebagai asesor.
Universitas Muhammadiyah Lamongan merupakan penggabungan dari Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan dan Sekolah Tinggi Ekonomi, yang berdiri pada 12 Oktober 2018. Saat Abdul Aziz bergabung, kampus ini baru memiliki 14 program studi yang belum semua terakreditasi. Fasilitas yang ada belum pula sesuai Standar Nasional Perguruan Tinggi.
Bergerak Cepat
Melihat kondisi yang dipimpinnya, Aziz langsung bergerak cepat. Program pertamanya adalah akselerasi agar semua program studi segera terakreditasi. Hasilnya, dalam kurun waktu 2 tahun 14 program studi telah terakreditasi, bahkan ada yang langsung terakreditasi B, dan beberapa program baru lahir pula. UMLA pun mendapatkan penghargaan Anugerah Kampus Unggul dari LLDikti.
“Beberapa prodi baru itu Keselamatan Kesehatan Kerja, Teknik Industri, Informatika Medis, upgrade Kebidanan dan profesi bidan. Dan sebentar lagi akan ada tiga prodi
dan terakhir bisnis digital.”
Untuk mencapai semua itu, Abdul Aziz melakukan gebrakan yang cukup ekstrem. Selain menata ulang sarana prasarana, ia juga merevitalisasi gedung untuk menjadi pusat bisnis, membangun gedung 10 lantai, dan juga membangun Gedung serbaguna (Dome).
Juga melakukan percepatan program Doktor, 50 dosen dikirim untuk bersekolah di beberapa perguruan tinggi di dalam maupun luar negeri untuk mengambil program S3. Targetnya, tahun 2026 minimal separuh dosen sudah menyelesaikan program S3.
Guru besar bidang keperawatan itu mengoptimalkan ilmu manajemen keperawatan yang dimilikinya. Tak hanya untuk membenahi sektor akademis, tetapi juga dalam merevitalisasi pengembangan unit bisnis.
“Kami mendirikan PT Umla Sejahtera Utama, bagian dari diversifikasi untuk pendapatan sumber daya manusia ataupun dana keuangan,” tambahnya.
Optimalisasi Bisnis
UMLA juga mengakuisisi apotek, membuat Medical Center sebagai pusat bisnis, menata food court, dan pengembangan sistem bisnis yang lain. Aziz bahkan menargetkan nantinya akan memiliki 8 apotek di seluruh Kabupaten Lamongan.
Hanya dalam 3 tahun, mengalami perkembangan yang signifikan. Dari pendaftar 600-an di tahun 2021, saat ini sudah mencapai 1300-an orang. Ini menarik, karena di beberapa kampus lain, jumlah pendaftar justru mengalami penurunan. Untuk student body, dengan 20-an Prodi, memiliki mahasiswa 3.700-an, serta 200-an dosen dan karyawan.
Tren mahasiswa yang terus meningkat dan laporan keuangan yang positif, berimbas pada tumbuhnya kepercayaan pihak Perbankan. Hal itu yang mempermudah pembangunan sarana dan prasarana.
“Termasuk pembuatan Dome sekarang ini bukan unit konsumtif, tetapi menjadi pusat bisnis industri kreatif,” katanya.
Bisnis dan Pendidikan
Selain disewakan, Dome bisa digunakan untuk ajang kegiatanyang bisa menimbulkan dampak ekonomi, seperti pameran, ekspo, dan lain-lain. Apalagi saat ini di Lamongan belum ada gedung yang cukup memadai.
Selain progresif di bidang akademis, Aziz juga serius dalam mengembangkan bisnis. Selain mendirikan Perseroan Terbatas (PT), apotek juga diakuisisinya. Namun ia menyebut, (manajemen) PT terpisah dengan universitas.
“Kita inject, investasi dari universitas, sehingga mengakuisisi apotek itu ada dua nilai, satu bisnis, yang kedua sebagai apotek pendidikan, karena tahun ini mendirikan Profi Profesi Apoteker,” katanya.
Mendirikan apotek baru yang belum tentu mendapatkan keuntungan, pihaknya memilih membeli yang sudah jadi. Strategi ini sukses, hanya dalam waktu dua bulan, dan bisa membayar pinjaman yang dipakai sebagai.
“Ini sama saja membeli tanpa uang,” katanya.
Prodi Unggulan
Selain apotik, Medical Center nantinya akan menjadi bidang usaha UMLA yang berkonsep bisnis dan pendidikan. Nantinya akan ada layanan fisioterapi klinik, estetik klinik, dan klinik perawatan yang sampai saat ini masih proses perizinan. Nantinya akan menjadi keunggulan Prodi kebidanan.
Abdul Aziz menyebut, semua fakultas memiliki prodi unggulan, yang setiap tahunnya bisa berubah. Sekarang ini Teknik Industri, di mana tren mahasiswanya naik terus. Juga Fakultas Ekonomi yang memiliki 4 prodi, yakni Ekonomi Syariah, Kewirausahaan, Akuntansi, dan Manajemen.
Tahun ini Ekonomi Syariah UMLA membuka kelas internasional, saat pendaftaran ditutup pada akhir Januari lalu ada 58 pendaftar yang beberapa negara di antaranya berasal dari Timur Tengah.
Magang Luar Negeri
Meskipun universitas ini berada di kota kabupaten, namun animo pendaftar UMLA terlihat positif. Ini mematahkan stigma bahwa kampus di daerah tak akan laku. Abdul Aziz bahkan bertekad menjadikan kampus di Lamongan ini sebagai kampus yang disegani.
UMLA membranding diri dengan dua keunggulan. Pertama, adanya kebijakan yang mengharuskan para alumni mempunya minimal dua sertifikasi terstandarisasi BNSP.
Kedua, adanya program kelas kerja luar negeri yang memungkinkan para perawat di akhir semester mengikuti training untuk magang di luar negeri. Dari program ini minimal 20 orang per tahun dikirim ke Arab Saudi, Jepang, Taiwan sesuai permintaan yang ada.
Selain itu, UMLA juga membekali para alumninya dengan Socialpreneur Global University dengan program wirausaha muda di mana setiap mahasiswa dibekali pelatihan untuk menjadi seorang wirausahawan mandiri tanpa tergantung dari usaha lain. Saat ini hasil dari program ini mulai nampak, meski belum maksimal.
“Kami juga bekerja dengan mitra melalui program magang. Harapan kami sebelum lulus sudah kerja semua,” katanya.
Manfaat bagi Sekitar
Progres peningkatan mahasiswa baru yang tinggi berdampak pada masyarakat sekitar. Pertama, perputaran ekonomi di lingkungan sekitar kampus. Kedua, kampus juga mengembangkan unit bisnis termasuk di Kecamatan Paciran dan sekitarnya yang bisa meningkatkan ekonomi dan lapangan kerja.
Khusus program pengabdian masyarakat, setiap tahun ada program pendampingan yang dijalankan oleh para dosen salah satunya dengan melakukan hilirisasi produk yang sudah dikembangkan di masyarakat.
Aziz nenegaskan upaya-upaya pendampingan yang dilakukan kampusnya itu nantinya tidak hanya berupa pelatihan saja, tapi sampai akses pemasaraan produk. Untuk mendukung ini UMLA memiliki jejaring mitra UMKM di Kabupaten Lamongan.
Target Pendapatan Kampus 80 Persen dari Non Mahasiswa
Salah satu kendala kuliah di kampus swasta, adalah biaya pendidikan yang tak murah. Seperti perguruan tinggi lain, UMLA menyiapkan berbagai solusi untuk memecahkan masalah ini.
Antara lain ada beasiswa dari program Kartu Indonesia Pintar (KIP), beasiswa dari Lazismu, juga beasiswa khusus bagi warga Lamongan, berupa voucher senilai Rp 8 juta, dari Basnaz, dan lain-lain. Prinsipnya, jangan sampai ada mahasiswa yang sudah masuk kemudian tidak mampu bayar, kemudian keluar.
“Kami berikan program, istilahnya magang. Dipekerjakan, part time untuk membiayai hidupnya,” katanya.
Ada beberapa unit bisnis UMLA yang terbuka untuk dijadikan tempat magang mahasiswa, termasuk laboratorium. Pihaknya mengeluarkan anggaran antara Rp. 1 sampai 1,5 milyar untuk beasiswa para mahasiswa agar bisa menyelesaikan kuliah.
Reputasi Internasional
Reputasi UMLA sudah diakui secara internasional, karena setiap tahun pasti ada permintaan untuk tenaga kerja. Sayangnya saat ini peluang kerja yang ada masih terbatas untuk perawat atau bidan. Aziz mencoba mengirim tenaga ahli yang lain, selain bidang kesehatan.
“Lulusan kami sudah diakui masyarakat di dunia, karena kami mampu meluluskan alumni yang berkualitas,” katanya.
Untuk program kerja di luar negeri, pelatihan tetap di lakukan di kampus dengan mengondisikan rumah sakit persis dengan rumah sakit penerima. Konsep ini lebih efektif bila dibandingkan sebelumnya, ketika kampus menyerahkan pada mitra.
UMLA menuju Global university. Langkah awal untuk mewujudkan mimpi tersebut, adalah dengan membangun Pondok Pesantren Internasional berlatar Muhammadiyah, yang dilengkapi fasilitas boarding. Harapannya, mahasiswa yang berasal dari daerah yang jauh tidak mengalami kesulitan. Kebetulan dalam waktu dekat pihaknya akan mendapatkan bantuan rusunawa.
Dana Non Mahasiswa
UMLA berharap bisa mewujudkan hilirisasi kampus, di mana inovasi dan riset akan menjadi tujuan akhir. Hasil dan karya-karya kampus ini, kata Aziz, semuanya dihilirisasi, sampai bisa dipasarkan. Sehingga menghasilkan pendapatan dari non mahasiswa hingga 80% dan baru 20% berasal dari mahasiswa. Dengan konsep ini kampus akan mandiri.
Bila melihat ekosistem yang ada, Aziz optimis konsepnya bisa terealisasikan. Apalagi bila melihat perkembangan bisnis saat ini yang didominasi digital, sehingga untuk membangunnya tidak harus bermodal besar. Mahasiswa bisa menjadi marketer, dan kampus bisa memasarkan produk yang lain.
Harus selalu punya pikiran kreatif, membangun desain thinking yang problem solving. Prinsip itu seperti yang ada dalam Al-quran “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib kaum jika kaum itu yang merubah”.