Prof. Dr. Ir. Herman Fithra, M.T., IPM., ASEAN.Eng - Rektor Universitas Malikussaleh (Unimal)

Rektor Universitas Malikussaleh (Unimal) – Pusat Studi Migas dan Qanun Kelas Dunia Berbudaya Lokal

Share

Herman Fithra mengawali karirnya sebagai dosen di Jurusan Teknik Sipil Universitas Malikussaleh pada 9 September 2002. “Saat itu, Aceh masih dilanda konflik besar yang menyebabkan sebagian masyarakatnya mengungsi ke berbagai daerah,” kenangnya.

Pada tahun 2008-2010, Herman Fithra dipercaya menjadi Sekretaris Jurusan Teknik Sipil. Setelah masa jabatan tersebut berakhir pada tahun 2010, ia diamanahkan menjadi Kepala Laboratorium Teknik Sipil hingga tahun 2012.

Pada tahun 2012, ia dipercaya oleh Dekan Ir. Hafli, M.T., untuk menjabat sebagai Pembantu Dekan I Fakultas Teknik hingga tahun 2016. Pada tahun 2016, ia terpilih menjadi Dekan Fakultas Teknik.

Herman Fithra menyelesaikan pendidikan Magisternya di Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada pada tahun 2005. Gelar Doktor diperolehnya pada tahun 2018 setelah menyelesaikan studi di Program Studi Perencanaan Wilayah di Universitas Sumatera Utara.

Saat pemilihan Rektor Universitas Malikussaleh pada tahun 2018, Herman Fithra mencalonkan diri untuk periode 2018-2022. Akhirnya, dalam rapat tertutup Senat Universitas Malikussaleh,

Herman Fithra unggul dengan meraih 46 suara, jauh di atas dua calon lainnya yang masing-masing hanya memperoleh dua suara dan tanpa suara.

Herman Fithra resmi dilantik sebagai Rektor Universitas Malikussaleh pada 20 Desember 2018, berdasarkan SK Menristekdikti Nomor 829/M/KPT.KP/2018 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Rektor Universitas Malikussaleh Periode 2018-2022 yang diterbitkan pada tanggal 19 Desember 2018.

Transformasi Unimal
Herman Fithra menjelaskan bahwa Universitas Malikussaleh (Unimal) didirikan oleh Bupati Aceh Utara saat itu, Drs. Tgk. Abdul Wahab Dahlawi, pada 12 Juni 1969.

Kampus ini berada di bawah yayasan yang dibentuk oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Utara. Nama “Malikussaleh” diambil dari raja yang pernah memimpin Kerajaan Samudera Pasai, kerajaan Islam pertama di Asia Tenggara.

Awalnya, Unimal berdiri sebagai institusi pendidikan tinggi agama sebelum berkembang menjadi perguruan tinggi swasta dengan berbagai disiplin ilmu.

Proses penegerian dimulai pada masa Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), namun Surat Keputusan penegerian ditandatangani Presiden Megawati Soekarnoputri pada 1 Agustus 2001, menjadikan Unimal perguruan tinggi negeri ketiga di Aceh.

Meskipun telah berstatus negeri, Aceh saat itu masih dilanda konflik, sehingga pembangunan kampus berjalan lambat dan jumlah mahasiswa pun masih sangat terbatas.

Setelah konflik berakhir melalui Perjanjian Helsinki pada 15 Agustus 2005, pembangunan kampus mulai membaik. Aktivitas kampus meningkat pada 2010, diikuti pembangunan masif sejak 2015.

Pada 2019, Unimal mendapat kepercayaan pemerintah pusat untuk mengelola dana hibah guna mendukung pengembangan universitas, baik secara fisik maupun sumber daya manusia.

Jumlah mahasiswa Unimal meningkat signifikan sejak 2020 dan terus bertambah hingga kini. Menariknya, mayoritas mahasiswa Unimal saat ini berasal dari luar Aceh, dengan komposisi terbanyak dari Sumatera Utara, diikuti oleh Aceh, dan Sumatera Barat.

“Hampir semua provinsi memiliki perwakilan mahasiswa di Unimal. Karena itu, saya sering menyebutnya sebagai kampus Bhineka Tunggal Ika, kampus yang mempersatukan NKRI,” ujarnya.

Potensi Lokal
Unimal memiliki visi menjadi universitas unggul di tingkat internasional berbasis potensi lokal. Aceh, khususnya Lhokseumawe, memiliki potensi unik yang tidak dimiliki daerah lain.

Letak geografisnya yang strategis, terutama wilayah lautnya, kaya akan sumber daya minyak dan gas. “Bahkan baru-baru ini Presiden Prabowo menyatakan telah ditemukan ladang gas terbesar di Blok Andaman, lepas pantai Aceh,” katanya.

Daratan Aceh juga subur dengan pertanian yang berkembang pesat, memberikan modal dasar bagi Unimal untuk mendorong inovasi dalam pengelolaan sumber daya.

Dalam aspek ilmu sosial, Aceh menjadi contoh daerah dengan penyelesaian konflik yang baik, yang bisa dipelajari oleh wilayah lain. Resolusi konflik dan upaya menjaga perdamaian dapat dipelajari di Unimal melalui para pakar yang fokus pada bidang tersebut.

Saat ini, anak-anak dari negara-negara konflik di Asia Tenggara, seperti Thailand Selatan, datang ke Unimal untuk belajar. Bahkan, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Moro dari Filipina Selatan pernah berkunjung untuk belajar resolusi konflik.

Aceh, satu-satunya wilayah di Indonesia yang menerapkan syariat Islam, hal ini  menjadi keunggulan tersendiri. Unimal bisa menjadi tempat pembelajaran qanun, yaitu peraturan daerah yang disbuat berbasis kearifan lokal dan syariat Islam.

Beberapa perkara diselesaikan bukan melalui pengadilan atau aparat penegak hukum, melainkan oleh pemerintah di tingkat desa.

“Saat ini Unimal memiliki MoU dengan Badan Diklat Kejaksaan Agung RI. Para jaksa melanjutkan pendidikan dengan fokus pada qanun, hukum adat, dan hukum syariah,” ujarnya.

Visi Internasional
Setelah meraih akreditasi unggul, Unimal berkomitmen untuk menjadi perguruan tinggi unggul di tingkat internasional sesuai visinya.
Pada tahun 2029, Unimal merencanakan perluasan cakupan ke wilayah Asia Tenggara.

Untuk mencapainya, mulai tahun 2025 akan ada pengiriman dosen muda untuk melanjutkan studi S3, terutama ke Rusia dan Cina. Universitas ini juga telah menjalin kerja sama dengan beberapa universitas di kedua negara tersebut.

Harapannya, pada 2029 Unimal memiliki sumber daya manusia yang lebih kuat, terutama lulusan muda dari luar negeri. Selain itu, pemerintah Indonesia kini semakin mempererat hubungan dengan Cina dan Rusia karena telah resmi menjadi anggota organisasi blok ekonomi BRICS (Brazil, Russia, India, China, South Africa).

“Unimal ingin menyelaraskan pengembangan sumber daya manusianya dengan kondisi tersebut,” ujarnya.

Secara geografis, Aceh dekat dengan negara-negara Asia Tenggara seperti Malaysia, Singapura, Thailand, dan Kamboja. Unimal mendorong mahasiswa agar mampu bersaing di tingkat Asia Tenggara.

Beberapa mahasiswa telah dikirim belajar satu semester di Malaysia, khususnya di INTI International University, sebagai bagian dari program pertukaran pelajar. Harapannya, mahasiswa dapat merasakan atmosfer internasional sekaligus memperluas jejaring.

Secara berkala, Unimal juga mengirim mahasiswa untuk mengikuti berbagai kegiatan internasional selama satu hingga dua minggu, seperti pertukaran pelajar, pertukaran budaya, Kuliah Kerja Nyata (KKN) internasional, dan sebagainya. Dosen-dosen juga turut dikirim mengikuti program internasional.

Lebih 50 % Mahasiswa Memperoleh Beasiswa

Beberapa tahun terakhir, animo masyarakat untuk kuliah di Unimal terus meningkat. Ada beberapa faktor yang mendorong peningkatan ini. Pertama, Unimal dipercaya oleh Kementerian sebagai pengelola beasiswa Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah terbesar di Indonesia, dengan lebih dari 50% mahasiswanya menerima beasiswa tersebut.

Kedua, penerapan syariat Islam di Aceh memberikan rasa aman bagi orang tua. Saat melepas anak untuk merantau ke Lhokseumawe, tidak ada kekhawatiran tentang pergaulan bebas karena lingkungan dijaga oleh budaya dan adat.

Ketiga, Lhokseumawe dikenal sebagai kota dengan biaya hidup yang sangat murah di Indonesia, bahkan masih ada nasi seharga Rp5.000 dan kue seharga Rp500.

“Ini menjadi kelebihan. Artinya, kuliah di sini memberi peluang besar bagi anak-anak dari keluarga kurang mampu secara ekonomi untuk melanjutkan pendidikan tinggi,” ujarnya.

Selain itu, fasilitas Unimal saat ini termasuk yang terbaik di Aceh, mendukung proses pembelajaran dan aktivitas akademik secara optimal. Akreditasinya juga telah meraih predikat Unggul dari BAN-PT, semakin menegaskan posisinya sebagai perguruan tinggi berkualitas.

Potret Akademik
Unimal saat ini mencakup 7 fakultas, yaitu Fakultas Teknik, FISIP, Fakultas Ekonomi, Fakultas Pertanian, Fakultas Hukum, Fakultas Kedokteran, dan FKIP.

Unimal juga menyelenggarakan program magister sebagai bagian dari pengembangan pendidikan tinggi. Saat ini terdapat 50 program studi dengan lebih dari 20 ribu mahasiswa aktif. Setiap tahun, sekitar 6.000 mahasiswa baru mendaftar di berbagai fakultas dan program studi di Unimal.

Dalam beberapa tahun terakhir, Unimal terus menambah program studi baru dan memperluas ruang kuliah sebagai bagian dari pengembangan kapasitas. Dengan upaya ini, Unimal menargetkan mampu menerima mahasiswa baru sebanyak 8.000 hingga 9.000 setiap tahunnya.

“Kami bercita-cita mengelola hingga 30.000 mahasiswa dalam empat tahun ke depan,” ujarnya.

Pengembangan Kampus
Pada Juli 2025, Unimal telah mendapatkan izin untuk membuka dua program studi baru, yaitu S3 Ilmu Hukum dan S2 Komunikasi.

Saat ini, Unimal juga tengah mempersiapkan 22 program studi baru yang lebih berorientasi pada pasar agar dapat menarik lebih banyak minat calon mahasiswa.

Namun, Herman Fithra merasa sedikit kecewa karena targetnya untuk mendirikan rumah sakit pendidikan di kampus belum tercapai. Awal 2025, pembangunan rumah sakit pendidikan sempat direncanakan untuk dilanjutkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum,

tetapi kebijakan efisiensi menyebabkan proyek tersebut tertunda. Hingga saat ini, rumah sakit pendidikan Unimal masih memanfaatkan fasilitas Rumah Sakit Pemerintah Kabupaten Aceh Utara.

Menurut Herman, Aceh Utara belum memiliki rumah sakit representatif yang memadai, sehingga banyak warga Aceh memilih berobat ke Malaysia. Ia berharap rumah sakit pendidikan tersebut nantinya dapat dikelola oleh para dosen Unimal yang terus mengembangkan keilmuan mereka.

Dengan adanya rumah sakit ini, pelayanan kesehatan masyarakat di wilayah Pesisir Utara Aceh diharapkan dapat terpenuhi dan kebutuhan dasar masyarakat lebih terlayani.

Perjuangan Unggul
Dalam upaya meraih Akreditasi Perguruan Tinggi (APT) Unggul, Herman Fithra telah memulai langkah sejak 17 Agustus 2019, saat upacara Hari Kemerdekaan ke-74 RI.

Pada kesempatan tersebut, ia menyampaikan kepada rekan-rekannya bahwa Unimal harus menjadi universitas yang hebat, dengan salah satu indikatornya adalah akreditasi unggul.

Namun, meraih akreditasi unggul bukanlah hal yang bisa dicapai dengan cepat. Perjalanan ini panjang dan membutuhkan persiapan yang matang.

Awalnya, Unimal direncanakan mengirimkan borang untuk dinilai dan divisitasi pada akhir 2024. Namun, karena beberapa kendala, proses tersebut baru dapat dilaksanakan pada 2025.

“Saya terus memotivasi rekan-rekan agar yakin bahwa kita mampu,” ujarnya.

Proses ini dimulai dengan mendorong program studi untuk menjadi unggul, karena tanpa itu, akreditasi unggul perguruan tinggi sulit dicapai. Infrastruktur pun dibangun, dan riset ditingkatkan agar jumlah publikasi semakin bertambah.

Jumlah profesor meningkat signifikan, dari hanya dua orang pada 2019 menjadi 19 orang saat ini. Begitu juga dengan jumlah penelitian yang tumbuh pesat. Anggaran penelitian yang sebelumnya sekitar 1-2 miliar rupiah, saat ini telah mencapai 19 miliar rupiah.

“Saya selalu mendorong agar keilmuan rekan-rekan terus berkembang secara signifikan,” ujarnya.

UKT Rendah
Herman Fithra menyampaikan bahwa sekitar 70% mahasiswa Unimal berasal dari keluarga berpendapatan menengah ke bawah, dan lebih dari 50% mahasiswanya menerima beasiswa KIP-Kuliah.

Selain itu, ada juga beasiswa lain yang biasanya diberikan kepada mahasiswa yang sedang menempuh studi. Komitmen ini sudah ada sejak awal pendirian, pada masa Presiden Gus Dur, yang menginginkan anak-anak Aceh dapat mengakses pendidikan tinggi.

Jika tidak gratis, setidaknya diberikan bantuan beasiswa. Kampus ini juga memberikan beasiswa bagi mahasiswa yang kesulitan membayar UKT, dengan bantuan yang disalurkan melalui dana zakat.

“Unimal tetap berkomitmen menjadi kampus dengan UKT rendah di Indonesia,” katanya.

Lokasi kampus yang dekat dengan industri minyak dan gas juga memberikan manfaat. Selain beasiswa, ada bantuan pelatihan dan berbagai kegiatan yang diselenggarakan bersama mitra Unimal.

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menunjuk Unimal sebagai mitra edukasi terkait industri migas.

“Hanya Unimal, kampus di Aceh yang memiliki Migas Center yang ditunjuk oleh SKK Migas. Karena itu, kegiatan-kegiatan di bidang migas selalu melibatkan Unimal sebagai mitranya,” ujarnya.

Jejak Alumni
Alumni Unimal telah tersebar di berbagai sektor pekerjaan yang beragam. Mereka bekerja di instansi pemerintah, BUMN, perusahaan swasta, menjadi pendidik dan akademisi, serta berkarier sebagai pengusaha. Banyak alumni juga menduduki posisi strategis di berbagai bidang.

Secara khusus, alumni Fakultas Teknik memberikan kontribusi besar di industri migas. Dengan latar belakang pendidikan yang kuat di bidang teknik dan migas,

banyak dari mereka berkarier di perusahaan internasional dan tersebar di berbagai negara seperti Qatar, Afrika, Kanada, hingga Australia. Di dalam negeri, alumni juga berkontribusi di perusahaan besar seperti Pertamina.

Keberadaan alumni di berbagai wilayah ini membuka peluang kerja dan jaringan yang lebih luas bagi lulusan berikutnya. Unimal juga mendorong alumni di luar negeri untuk tetap aktif terlibat dengan kampus, meskipun melalui pertemuan virtual.

Mereka sering berbagi informasi, pengalaman, dan mendukung pengembangan pendidikan di kampus. Hal ini memotivasi lulusan baru untuk tidak hanya berfokus pada pasar kerja dalam negeri tetapi juga mampu menembus pangsa kerja internasional.

“Dengan dukungan ini, Unimal bertekad mencetak lulusan yang kompeten secara lokal dan siap bersaing di kancah global,” tambahnya.

Tonton Video Selengkapnya

Artikel Terkait