Pernah menjabat sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerja Sama Fakultas Hukum selama dua periode dari 2008 hingga 2016. Setelah itu,
ia melanjutkan tugas sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik meskipun hanya selama satu tahun, karena kemudian terpilih menjadi Dekan Fakultas Hukum hingga tahun 2021.
Selanjutnya, ia menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, Alumni, Kerja Sama, dan Dakwah Islamiah untuk periode 2021-2025. Kemudian, ia mengikuti proses pemilihan rektor dan terpilih sebagai Rektor UIR untuk periode 2025-2029.
Admiral merasa bersyukur atas kepercayaan besar yang diberikan kepadanya, terlebih karena ia berasal dan tumbuh di lingkungan kampus yang telah membentuknya.
Ia memiliki ikatan emosional yang kuat dengan UIR, sehingga amanah ini menjadi panggilan untuk memberikan kontribusi terbaik bagi almamaternya.
“Untuk itu, saya semakin meneguhkan komitmen untuk memberikan yang terbaik bagi kampus yang telah membesarkan saya,” ungkapnya.
International Mobility
Admiral menggantikan rektor sebelumnya yang telah mencapai berbagai prestasi penting, termasuk akreditasi Unggul untuk institusi. Kini, ia melanjutkan kepemimpinan dengan program dan arah baru yang tetap sesuai visi UIR.
Sejak 2021, UIR menetapkan visi menjadi Universitas Islam Berkelas Dunia Berbasis Iman dan Takwa, yang dijabarkan dalam Renstra hingga 2041, terbagi dalam beberapa fase sesuai periode rektor.
Fase kedua, masa kepemimpinan Admiral, berfokus pada penguatan kolaborasi internasional, termasuk pengembangan kelas internasional untuk kuliah dan pertukaran mahasiswa serta dosen berbasis kemitraan global. “Program International Mobility untuk dosen dan mahasiswa menjadi prioritas,” ujarnya.
Saat ini, UIR memiliki kelas internasional di program studi unggulan, diikuti mahasiswa asing dan lokal yang memilih jalur internasional, sebagai upaya memenuhi standar global. Penguatan kerja sama dengan perguruan tinggi ASEAN, Asia, dan Eropa, khususnya Jerman, terus dikembangkan.
Koridor Islam
Admiral menjelaskan, kelas internasional pada beberapa program studi masih dalam tahap persiapan dan direncanakan mulai berjalan pada 2025. Program ini diprioritaskan untuk program studi berstatus Unggul,
seperti Fakultas Hukum (FH) dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), termasuk jenjang magister dan doktor.
Skema mobilitas internasional dirancang secara dua arah, melibatkan dosen dan mahasiswa melalui program pertukaran (exchange). UIR akan mengirimkan ke negara tertentu dan menerima dari negara mitra, dengan tujuan membangun kolaborasi.
Proses pengajaran akan melibatkan dosen dari kedua negara, didukung oleh kegiatan penelitian bersama serta pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan secara kolaboratif.
“Sebenarnya ini sudah dilakukan, sekarang tinggal ditingkatkan kualitas dan kuantitasnya,” ujarnya.
Meskipun berbasis iman dan takwa, menurut Admiral, hal tersebut tidak menjadi penghalang dalam memilih program studi maupun negara tujuan kerja sama. Yang terpenting adalah terjalinnya kemitraan dengan berbagai perguruan tinggi luar negeri, tanpa harus memiliki kesamaan pandangan, selama tetap ada keselarasan persepsi.
UIR senantiasa terbuka untuk berkolaborasi dengan institusi lain yang memiliki komitmen terhadap pembelajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, sekalipun berasal dari latar belakang yang berbeda.
“Sebagai universitas Islam, semua aktivitas tersebut harus dilaksanakan dengan pendekatan berbasis iman dan takwa. Artinya, tidak keluar dari koridor yang
diajarkan dalam Al-Qur’an dan sunah,” katanya.
Kampus Berdampak
UIR dikenal sebagai perguruan tinggi yang berlandaskan nilai-nilai iman dan takwa, yang diterapkan secara konsisten dalam setiap aspek tridharma perguruan tinggi. Nilai-nilai ini menjadi dasar dalam setiap kegiatan akademik.
Admiral menegaskan pentingnya memastikan bahwa seluruh penelitian dan pengabdian masyarakat tetap sesuai dengan prinsip-prinsip Al-Qur’an dan sunah. “Penelitian atau program pengabdian tidak boleh menyimpang dari nilai-nilai keislaman,” tegasnya.
Dalam upaya mendukung program ‘Kampus Berdampak’ yang diinisiasi Kemendikbudristek, UIR fokus pada penelitian berkualitas yang memiliki dampak luas. Penelitian ini tidak hanya ditujukan untuk memenuhi target akademik, tetapi juga didasarkan pada permasalahan nyata yang dihadapi masyarakat.
Dengan begitu, hasil riset dapat memberikan kontribusi nyata dalam menyelesaikan berbagai persoalan lokal maupun nasional, bahkan menawarkan solusi global, semuanya berlandaskan iman dan takwa.
Mahasiswa Asing
Dalam empat tahun terakhir, jumlah mahasiswa asing di UIR meningkat signifikan, dengan hampir 600 pendaftar dari luar negeri. Selain bertambahnya negara asal mahasiswa baru, jumlah dari negara mitra lama juga terus bertambah.
Mahasiswa asing ini berasal dari berbagai kawasan, seperti Asia Tenggara, Afrika (Uganda dan Nigeria), hingga Eropa (Jerman), bahkan ada dari India. Program studi yang mereka pilih tersebar di jenjang sarjana.
(S1), magister (S2), dan doktoral (S3). Sebagian besar mahasiswa asing ini datang melalui program yang difasilitasi oleh pemerintah negara asal mereka, yang secara khusus menempatkan mahasiswa di UIR. Namun, ada pula yang datang dengan biaya mandiri. Untuk beberapa negara tertentu, UIR juga menyediakan skema beasiswa khusus.
Potret Akademik
Saat ini, jumlah mahasiswa UIR sekitar 23.000 orang, menjadikannya perguruan tinggi dengan jumlah mahasiswa terbesar di Riau dan Kepulauan Riau, sekaligus tertua di bawah naungan LLDIKTI Wilayah XVII.
Setiap tahun, UIR menerima 5.000 hingga 6.000 mahasiswa baru yang tersebar di sembilan fakultas dan satu program pascasarjana, yaitu Fakultas Hukum, Agama Islam, Teknik, Pertanian, Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Ekonomi dan Bisnis, Psikologi, serta Ilmu Komunikasi.
Secara keseluruhan, UIR memiliki lebih dari 45 program studi, mulai dari jenjang sarjana (S1), magister (S2), hingga doktoral (S3), dengan program doktor meliputi Ilmu Hukum dan Sains Manajemen.
Di bidang sumber daya manusia, UIR mencatat pencapaian gemilang dengan lebih dari 22 guru besar aktif, 258 dosen bergelar doktor, dan lebih dari 100 dosen sedang menempuh pendidikan doktor di dalam maupun luar negeri.
Semua kegiatan akademik terpusat di kawasan terpadu seluas 42 hektare, dengan gedung-gedung milik sendiri dan fasilitas lengkap seperti ruang kuliah ber-AC dan multimedia modern.
Pada 4 September 2025 genap berusia 63 tahun, UIR bernaung di bawah Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Riau. Yayasan ini telah berdiri sejak tahun 1950 dan menunjukkan komitmen jangka panjang terhadap pengembangan pendidikan dan dakwah Islam.
Admiral menyampaikan bahwa YLPI tidak hanya menaungi UIR sebagai institusi pendidikan tinggi, tetapi juga mengelola berbagai jenjang pendidikan lainnya, mulai dari pendidikan anak usia dini, sekolah dasar, hingga pendidikan menengah pertama dan atas.
Dalam pengelolaan finansial, yayasan membentuk dua badan hukum untuk menopang kekuatan ekonomi institusi. Pertama, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Unisritama yang bergerak di bidang keuangan dan perbankan.
Kedua, PT Uira Usaha Investasa, sebuah entitas bisnis dengan mayoritas saham dimiliki oleh yayasan. “Kedua badan ini memberikan kontribusi signifikan terhadap pemasukan finansial di luar penerimaan dari mahasiswa, memperkuat stabilitas dan keberlanjutan operasional UIR,” ujarnya.
Sinergi Alumni
Admiral menyebutkan bahwa alumni telah tersebar di berbagai bidang profesi. Dari lulusan angkatan pertama hingga yang terbaru, semuanya tetap menjaga hubungan dan sinergi yang baik.
Banyak alumni UIR kini menduduki posisi strategis di berbagai sektor, seperti pemerintahan, perusahaan swasta, lembaga legislatif, yudikatif, hingga kepolisian. Menariknya, banyak juga yang memilih jalur wirausaha dan bahkan turut memberdayakan dengan merekrut adik-adik angkatan.
“Ini merupakan bentuk sinergi positif dari alumni senior kepada para lulusan baru,” ujarnya.
Beberapa alumni juga menonjol di tingkat nasional, seperti Basyrif Arif, mantan Jaksa Agung; S. F. Hariyanto, Wakil Gubernur Riau; dan H. Agung Nugroho, Wali Kota Pekanbaru.