Setelah melalui evaluasi menyeluruh oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), UBH berhasil meraih skor total 364 poin, menempatkannya sebagai salah satu perguruan tinggi swasta terbaik di Indonesia.
Sejak awal kepemimpinannya, Prof. Diana fokus pada peningkatan mutu akademik sebagai strategi utama universitas. Ia memperkuat sistem penjaminan mutu internal dengan melibatkan semua unit kerja agar memiliki target kinerja yang jelas dan berorientasi pada hasil.
Fakultas dan program studi didorong untuk meningkatkan keunggulan akademik berbasis riset, pengabdian masyarakat, dan inovasi pembelajaran digital.
Hingga tahun 2025, UBH memiliki 35 program studi di tujuh fakultas, dengan tujuh program studi berakreditasi Unggul dan satu berakreditasi A. Sebanyak 22 persen program studi kini berada di peringkat tertinggi, baik melalui BAN-PT maupun lembaga akreditasi mandiri.
“Peningkatan akreditasi harus seiring dengan peningkatan kualitas lulusan dan relevansi kurikulum terhadap kebutuhan industri serta masyarakat,” ujar Prof. Diana.
Keberhasilan UBH meraih predikat Unggul mencerminkan kerja sama seluruh sivitas akademika. Capaian ini adalah hasil sinergi antara dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa, dan alumni.
Prof. Diana menekankan bahwa predikat Unggul bukanlah akhir, melainkan pijakan untuk menjadi universitas kelas dunia yang memberi dampak nyata bagi masyarakat.
“Akreditasi Unggul adalah bukti komitmen bahwa proses akademik di UBH berjalan dengan mutu terbaik dan tanggung jawab sosial yang tinggi,” katanya.
Internasionalisasi
Prof. Diana menyatakan bahwa internasionalisasi adalah salah satu fokus utama UBH. Universitas ini tidak hanya berusaha memperkuat reputasi di tingkat nasional, tetapi juga membangun jejaring akademik lintas negara sebagai langkah menuju universitas bertaraf internasional.
Hal ini diwujudkan melalui kerja sama aktif dengan berbagai perguruan tinggi, lembaga riset, perusahaan, dan organisasi internasional di Asia hingga Eropa.
Hingga tahun 2025, UBH telah menjalin 41 kemitraan internasional aktif yang mencakup program pertukaran mahasiswa dan dosen, penelitian bersama, magang internasional, pengembangan kurikulum, dan publikasi ilmiah.
Beberapa mitra strategis UBH meliputi Universiti Teknologi MARA (UiTM) dan Universiti Malaya di Malaysia, The University of Warwick di Inggris, Jungwon University di Korea Selatan, serta The Faculty of Engineering, Gifu University di Jepang.
“Kerja sama ini memperluas kesempatan mahasiswa dan dosen UBH untuk berpartisipasi dalam ekosistem pendidikan global yang dinamis,” katanya.
Selain kolaborasi lintas negara, UBH juga mendorong sertifikasi dan akreditasi internasional bagi program studi.
Saat ini, tiga program studi unggulan, yaitu Teknik Kimia, Teknik Elektro, dan Teknik Industri, telah memperoleh sertifikasi internasional sebagai bukti pengakuan mutu akademik di tingkat global.
Capaian ini memperkuat daya saing lulusan UBH agar dapat berkiprah di dunia industri dan akademik internasional.
Upaya internasionalisasi UBH tidak hanya difokuskan pada kerja sama formal, tetapi juga diarahkan pada pengembangan karakter mahasiswa yang adaptif dan berwawasan global.
Melalui program student mobility, kuliah tamu internasional, dan joint seminar, mahasiswa UBH mendapatkan pengalaman langsung berinteraksi dengan lingkungan akademik luar negeri tanpa melupakan nilai-nilai keindonesiaan yang menjadi identitas Universitas.
“Kerja sama internasional bukan hanya soal pertukaran mahasiswa, tetapi pertukaran gagasan, budaya, dan semangat belajar tanpa batas. Kita ingin mahasiswa UBH menjadi warga dunia yang berakar pada nilai-nilai Bung Hatta,” ujarnya.
Kampus Berdampak
UBH menegaskan komitmennya sebagai kampus yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga memberikan dampak sosial dan ekonomi nyata bagi masyarakat.
Melalui program berbasis riset dan pengabdian, UBH aktif memperkuat ekonomi lokal, terutama dengan pemberdayaan UMKM, startup, serta inkubasi bisnis bagi mahasiswa dan masyarakat. Program unggulan seperti Inkubator Bisnis Proklamator dan kegiatan LPPM menjadi penggerak utama inovasi sosial kampus.
Melalui dua lembaga ini, UBH mendampingi pelaku usaha kecil dalam pengembangan produk, pengemasan, pemasaran digital, serta akses ke teknologi tepat guna hasil riset dosen dan mahasiswa. Pendekatan ini menunjukkan bahwa universitas hadir sebagai mitra pembangunan ekonomi daerah, tidak terpisah dari masyarakat.
Hingga 2025, sebanyak 17 produk inovasi dan riset UBH telah dimanfaatkan oleh industri, pemerintah daerah, dan komunitas masyarakat, mencakup bidang pangan, lingkungan, teknologi terapan, dan sosial ekonomi.
Prof. Diana menegaskan bahwa riset di UBH harus memberi manfaat konkret bagi masyarakat, bukan sekadar menghasilkan publikasi.
Selain fokus pada riset terapan, UBH juga meningkatkan kapasitas sumber daya manusianya, dengan jumlah dosen bergelar doktor dan profesor terbanyak di LLDIKTI Wilayah X (Sumatera Barat dan Jambi).
SDM unggul ini menjadi fondasi untuk melahirkan inovasi dan karya pengabdian yang bermanfaat. Setiap dosen UBH tidak hanya mengajar, tetapi juga menjadi agen perubahan di tengah masyarakat.
“Perguruan tinggi tidak boleh hanya menjadi menara gading. Tugas kita adalah menghadirkan ilmu yang bermanfaat dan membantu masyarakat tumbuh mandiri,” ujar Prof. Diana.
Inklusi Pendidikan
Prof. Diana menyatakan bahwa pendidikan tinggi bukan hanya ruang akademik bagi mereka yang mampu secara ekonomi, tetapi merupakan hak setiap anak bangsa untuk mengembangkan potensinya.
UBH berkomitmen memperluas akses pendidikan bagi masyarakat kurang mampu melalui berbagai program beasiswa dan skema keringanan biaya kuliah.
UBH bekerja sama dengan lembaga pemberi beasiswa nasional seperti Beasiswa Van Deventer–Maas Indonesia (VDMI), Bank Indonesia, Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah, dan Program Afirmasi Pendidikan Tinggi.
Kampus juga menyediakan potongan biaya kuliah bagi mahasiswa berprestasi atau yang menghadapi kendala ekonomi. Hingga tahun 2025, sebanyak 584 mahasiswa atau sekitar 9,3 persen dari total 6.287 mahasiswa UBH menerima bantuan beasiswa dalam berbagai bentuk.
Selain itu, UBH mendukung kesetaraan pendidikan melalui transformasi digital, seperti e-learning, layanan akademik daring, dan bimbingan karier digital, yang memungkinkan mahasiswa dari berbagai daerah di Sumatera maupun luar provinsi belajar tanpa hambatan geografis.
Kebijakan inklusif UBH tidak hanya memberikan kesempatan belajar, tetapi juga menciptakan lingkungan pembelajaran yang suportif dan humanis. Prof. Diana percaya bahwa universitas harus menjadi tempat yang aman dan terbuka bagi semua individu untuk tumbuh dan berkontribusi.
“Akses pendidikan adalah tanggung jawab sosial universitas. Tidak boleh ada batas bagi siapa pun untuk bermimpi dan belajar di perguruan tinggi,” tegasnya.
Dengan Transformasi Digital Perkuat Daya Saing Global
Transformasi digital menjadi bagian penting dalam strategi pengelolaan universitas. Melihat perubahan perilaku belajar dan pola komunikasi generasi muda, UBH secara aktif memperkuat kehadiran digitalnya, baik dalam sistem akademik maupun dalam membangun reputasi publik.
Langkah ini diwujudkan melalui pengembangan portal universitas yang interaktif, sistem akademik terintegrasi, dan pengelolaan media sosial sebagai sarana informasi dan promosi akademik.
Data per September 2025 menunjukkan bahwa situs resmi UBH mencatat lebih dari 20 ribu kunjungan per bulan, menandakan minat publik yang meningkat terhadap aktivitas dan prestasi kampus.
Di sisi lain, kanal media sosial UBH tumbuh pesat dengan Instagram memiliki 27.082 pengikut, TikTok 22.470 pengikut, YouTube 5.095 pengikut, dan Facebook 2.794 pengikut.
Kehadiran aktif ini tidak hanya memperluas jangkauan komunikasi universitas tetapi juga meningkatkan interaksi dengan calon mahasiswa, alumni, dan masyarakat luas.
Secara akademik, UBH menunjukkan kinerja riset dan inovasi yang signifikan. Dalam tiga tahun terakhir, tercatat 297 publikasi internasional terindeks Scopus, 15 publikasi di Web of Science (WoS), 101 Hak Kekayaan Intelektual (HKI), dan 14 paten sederhana yang telah terdaftar.
UBH juga berhasil menembus peringkat Webometrics, menunjukkan peningkatan visibilitas dan dampak digital universitas di dunia maya. Kehadiran di peringkat tersebut bukan hanya simbol prestise, tetapi hasil kerja kolektif dalam membangun reputasi akademik berbasis transparansi dan kredibilitas.
“Reputasi tidak dibangun dari slogan, tetapi dari konsistensi kerja, integritas, dan hasil nyata yang bisa dirasakan oleh masyarakat,” katanya.
Visi ke Depan
Prof. Diana menetapkan visi jangka panjang UBH pada tiga pilar utama: keunggulan akademik, daya saing global, dan kontribusi nyata bagi masyarakat.
Universitas bukan hanya tempat mencetak lulusan, tetapi juga pusat pengetahuan yang harus mampu menjawab tantangan zaman dan menyelesaikan masalah bangsa melalui riset, inovasi, dan kolaborasi.
Dalam kepemimpinannya, ia berkomitmen memperkuat internasionalisasi kampus dengan memperluas jaringan kerja sama lintas negara serta mendorong akreditasi internasional untuk lebih banyak program studi.
Ia juga fokus pada penguatan literasi digital dan teknologi pembelajaran agar UBH dapat beradaptasi dengan perkembangan industri dan sistem pendidikan global yang cepat berubah.
UBH diarahkan untuk menjadi kampus yang berdampak sosial lewat riset aplikatif yang langsung menjawab kebutuhan masyarakat. Universitas harus menjadi ruang kolaborasi antara akademisi, pelaku industri, pemerintah daerah, dan komunitas lokal.
Dengan pendekatan ini, UBH diharapkan berperan strategis dalam pengembangan ekonomi daerah sambil menjaga nilai-nilai kemanusiaan dan integritas akademik.
Keberhasilan perguruan tinggi tidak hanya diukur dari jumlah penghargaan atau peringkat, tetapi juga dari kemampuan universitas melahirkan individu yang jujur, beretika, dan peduli terhadap lingkungan sekitar.
Ia ingin UBH menjadi universitas yang tumbuh dengan karakter, unggul secara akademik, dan kuat dalam kontribusi sosial. “UBH harus menjadi kampus yang unggul dan berdampak. Bukan hanya menghasilkan lulusan pintar, tetapi juga manusia berintegritas yang membawa perubahan bagi masyarakat,” tegasnya.
SDM Unggul
Sejalan dengan kebijakan nasional pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yang fokus pada peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pemerataan akses pendidikan tinggi di Indonesia, UBH berperan aktif memperkuat fondasi pendidikan nasional, khususnya di Sumatera Barat dan sekitarnya.
UBH siap menjadi mitra strategis pemerintah dalam mewujudkan visi “SDM Unggul, Indonesia Maju.” Berbagai program peningkatan kapasitas dosen dan mahasiswa dirancang untuk mencetak lulusan yang tidak hanya unggul secara akademik,
tetapi juga memiliki keterampilan praktis dan karakter kebangsaan yang kuat. Hal ini diwujudkan melalui kurikulum berbasis kompetensi dan kemitraan industri yang membuka peluang kerja nyata bagi lulusan.
UBH juga mendukung pemerataan akses pendidikan, salah satu prioritas Presiden Prabowo, dengan memperluas program beasiswa dan potongan biaya kuliah agar generasi muda di daerah dapat bersaing dengan kota besar.
Transformasi digital kampus juga memungkinkan pembelajaran daring berkualitas bagi mahasiswa dari berbagai wilayah. Kebijakan nasional dan kampus diintegrasikan dengan pendekatan lokal, memastikan dampaknya dirasakan langsung oleh masyarakat.
Dengan sinergi ini, UBH menjadi contoh nyata implementasi kebijakan nasional di tingkat regional. “Kebijakan nasional harus diterjemahkan secara lokal. Di UBH, kami memastikan program pemerintah di bidang pendidikan menyentuh mahasiswa dan masyarakat,” tegasnya.
Nilai-Nilai Bung Hatta Menjadi Karakter Khas
UBH memiliki identitas khas yang memperkuat posisinya di dunia pendidikan tinggi Indonesia. Kampus ini menampilkan wajah perguruan tinggi yang memadukan nilai-nilai intelektual, kemandirian, dan keberpihakan kepada masyarakat.
Prinsip ini terinspirasi langsung dari semangat Bung Hatta sebagai tokoh pendidikan dan pelopor ekonomi kerakyatan.
“UBH adalah kampus yang tumbuh dari nilai-nilai Bung Hatta, yaitu jujur, mandiri, dan berbakti,” ujarnya.
Keunikan UBH terletak pada pendekatan akademik yang menggabungkan pola pikir global dengan kearifan lokal. Di satu sisi, kampus ini aktif menjalin kerja sama internasional, namun tetap berakar kuat pada konteks sosial dan budaya Minangkabau.
Banyak penelitian dosen difokuskan untuk menjawab persoalan lokal, seperti pengembangan UMKM, ekonomi kreatif, hingga pelestarian budaya daerah.
Ciri khas lainnya adalah model pendidikan vokasional dan magang internasional yang terintegrasi dengan program Kampus Merdeka. Mahasiswa memiliki kesempatan belajar langsung di industri, lembaga riset, dan universitas mitra luar negeri.
Dengan pendekatan ini, UBH menghasilkan lulusan yang berwawasan global namun tetap memahami kebutuhan masyarakat daerahnya.
Rektor Perempuan Pertama
Perjalanan karier akademik Prof. Dr. Diana Kartika, M.Pd., dimulai pada tahun 1992 saat bergabung sebagai dosen muda di Universitas Bung Hatta (UBH). Dengan latar belakang pendidikan di bidang bahasa dan pengalaman riset yang kuat, ia cepat menonjol dalam lingkungan akademik.
Pada masa awal kariernya, ia aktif menulis artikel ilmiah, mengembangkan kurikulum bahasa Jepang, dan mengikuti berbagai pelatihan dosen tingkat nasional.
Seiring waktu, kiprahnya di dunia akademik semakin diperhitungkan. Ia dipercaya memimpin berbagai unit strategis di kampus, seperti Kepala Pusat Bahasa dan Budaya Jepang serta Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang.
Dalam posisi ini, ia mendorong internasionalisasi pembelajaran melalui kerja sama dengan universitas di Jepang dan Malaysia, membuka peluang pertukaran akademik bagi mahasiswa dan dosen.
Profesionalismenya membawa ia ke jenjang kepemimpinan yang lebih tinggi. Sebelum menjabat sebagai rektor, ia pernah menjadi Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Bung Hatta.
Di bawah kepemimpinannya, FKIP mengalami perkembangan signifikan, baik dalam akreditasi program studi maupun peningkatan kualitas tenaga pengajar. Rekam jejak ini menjadi alasan utama terpilihnya sebagai Rektor Universitas Bung Hatta periode 2020–2025.
Sebagai rektor perempuan pertama di UBH, Prof. Diana dikenal dengan gaya kepemimpinan kolaboratif dan berorientasi pada kualitas. Ia menekankan pentingnya riset, publikasi ilmiah, dan inovasi pendidikan yang berdampak langsung bagi masyarakat.
Di bawah kepemimpinannya, UBH tidak hanya berkembang dalam reputasi akademik, tetapi juga menjadi simbol kemajuan perguruan tinggi swasta di Sumatera.
“Saya selalu percaya bahwa tangga kepemimpinan harus dibangun dari bawah dengan kerja nyata dan kejujuran. Semua posisi yang saya jalani adalah bentuk tanggung jawab, bukan sekadar jabatan,” ujarnya.














