(Source : Unair)

Rektor Universitas Airlangga (Unair) – Fokus Entrepreneurial University Target Tembus Top 300 QS WUR

Share

Prof. Dr. Muhammad Madyan, S.E., M.Si., M.Fin. memulai perjalanan akademiknya dengan menyelesaikan studi S1 Manajemen Konsentrasi Keuangan pada tahun 1997 dan S2 Ilmu Manajemen Konsentrasi Keuangan pada tahun 2003 di Universitas Airlangga (Unair).

Pada tahun 1998, memulai karier sebagai dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unair. Ia menyelesaikan S2 Master of Finance di University of Wollongong pada 2006, kemudian meraih gelar S3 Ilmu Manajemen pada 2013 di Universitas Brawijaya.

Sekembalinya ke Unair, ia dipercaya menjadi Kepala Subdirektorat Pengembangan Sumber Daya Manusia pada 2014, lalu diangkat sebagai Direktur Keuangan di tahun yang sama.

Dari 2015 hingga 2025, ia menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Sumber Daya untuk dua periode. Selama menjabat, ia fokus mengoptimalkan sumber daya manusia, keuangan, dan infrastruktur Unair guna mendukung tri dharma perguruan tinggi serta visi sebagai World Class University.

Dengan pengalaman luas ini, ia dipercaya menjadi Rektor Unair periode 2025-2030, sebuah tanggung jawab besar yang ia emban dengan komitmen untuk memajukan Unair, berinovasi, dan memberikan dampak positif lebih luas bagi masyarakat, bangsa, dan dunia.

Program Prioritas
Prof. Madyan menargetkan peningkatan skor / posisi dalam Liga Indikator Kerja Utama (IKU) Unair dari 71,83 pada 2022 menjadi 80 pada 2024, Saat ini, Unair Menempati posisi kedua secara nasional dalam capaian total skor IKU 2024.

Pada tingkat global, Unair berkomitmen untuk terus memperkuat keberlanjutan kepemimpinan yang telah membawa institusi ini meraih berbagai prestasi di pemeringkatan internasional seperti QS World University Rankings, THE Impact Rankings, dan UI Green Metric.

“Prioritas kami adalah menjaga dan meningkatkan capaian tersebut secara berkelanjutan melalui perbaikan internal business process yang ada,” ujarnya.

Unair juga akan melanjutkan langkah menjadi Entrepreneurial University untuk menghadapi tantangan seperti pengangguran, rendahnya minat kewirausahaan lulusan, dan kebutuhan kemandirian finansial.

Pengembangan unit usaha pendidikan dan riset akan terus didorong, termasuk pembentukan holding usaha untuk mengelola inisiatif bisnis secara terintegrasi, menciptakan sumber pendapatan yang mandiri dan berkelanjutan.

Peningkatan kesejahteraan dosen dan tenaga kependidikan juga menjadi fokus, melalui pengembangan diri, karier, serta penyediaan fasilitas dan pelatihan profesional.

Peran dosen akan diperluas di luar kampus untuk berkontribusi kepada masyarakat dan aktif dalam pengabdian berbasis Sustainable Development Goals (SDGs), mendukung peningkatan kesejahteraan secara holistik.

Peringkat Tinggi
Unair memiliki sejumlah ciri khas dan kekuatan utama yang membedakannya dari perguruan tinggi lain di Indonesia. Salah satu filosofi yang sangat dijunjung tinggi adalah Excellence with Morality. Ini bukan sekadar slogan, melainkan nilai yang menyatu dalam setiap aspek pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.

Prof. Madyan menyatakan bahwa Unair berkomitmen tidak hanya mencetak lulusan yang cerdas dan kompeten secara akademik, tetapi juga individu yang memiliki integritas, etika, dan kepedulian sosial yang tinggi.

“Hal ini tercermin dalam budaya akademik kami yang kuat dan orientasi pada hasil yang bermanfaat bagi kemanusiaan,” ujarnya.

Unair secara konsisten meraih peringkat tinggi, baik di tingkat nasional maupun internasional, melalui pemeringkatan bergengsi seperti QS World University Rankings dan Times Higher Education.

Pada QS Asian University Rankings 2025, Unair menempati peringkat 2 nasional dan 12 di Asia Tenggara, pencapaian ini menunjukkan pengakuan atas kualitas pengajaran, riset, reputasi lulusan di mata pemberi kerja, serta jaringan riset dan mahasiswa internasional.

Unair terus mendorong kolaborasi global untuk memperluas dampaknya. Universitas ini juga sangat menekankan penelitian dan inovasi yang memiliki dampak langsung bagi masyarakat, berperan aktif dalam memberikan solusi untuk berbagai masalah bangsa, seperti kesehatan, lingkungan, hingga sosial-ekonomi.

“Kami mendorong sivitas akademika untuk tidak hanya berinovasi di laboratorium, tetapi juga memastikan hasil inovasi tersebut dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas,” ujarnya.

Gambaran Akademik
Saat ini, Unair memiliki lebih dari 40.000 mahasiswa aktif yang tersebar di 16 fakultas dan 1 sekolah pascasarjana. Komposisi jenjang pendidikan meliputi Diploma 3 (4,31%), Diploma 4 (10,84%), Sarjana (S1, 61,53%), Magister (S2, 9,02%), Doktor (S3, 4,04%), Profesi (5,69%), Spesialis (4,18%), dan Subspesialis (0,39%).

Mahasiswa Unair berasal dari hampir seluruh wilayah Indonesia dan berbagai negara di Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika, didukung oleh lebih dari 2.000 dosen akademik serta lebih dari 2.000 tenaga kependidikan.

Unair memiliki lebih dari 108.000 alumni yang telah berkontribusi di berbagai sektor profesional. Berdasarkan QS Graduate Employability, reputasi Unair dalam menghasilkan lulusan unggul di dunia kerja menempati peringkat ke-95 dunia.

Tracer study dan survei internal menunjukkan rata-rata lulusan S1 membutuhkan waktu tiga bulan untuk mendapatkan pekerjaan pertama. Alumni Unair tersebar di berbagai posisi strategis, termasuk pemerintahan, perbankan, kementerian, serta perusahaan nasional dan internasional.

Prof. Madyan menambahkan bahwa minat calon mahasiswa terhadap Unair terus menunjukkan tren yang sangat positif setiap tahun, terlihat dari bertambahnya jumlah pendaftar di berbagai jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP),

Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (SNBT), maupun Mandiri. Berdasarkan data penerimaan mahasiswa baru, jumlah mahasiswa yang diterima meningkat dari 9.835 orang pada tahun 2015 menjadi 13.247 orang pada tahun 2024, dengan puncaknya mencapai 14.150 orang pada tahun 2023.

Dari sisi program studi, tingkat keketatan menjadi indikator utama untuk mengukur program yang paling diminati. Beberapa program studi dengan keketatan tertinggi di jalur SNBP Sains dan Teknologi (Saintek) antara lain Kedokteran (4,04 %),

Farmasi (4,46 %), Keperawatan (4,88 %), dan Sistem Informasi (5,10 %). Sementara di jalur SNBP Sosial dan Humaniora (Soshum), program studi paling diminati adalah Ilmu Komunikasi (5,37 %), Psikologi (5,61 %), Akuntansi (5,61 %), dan Manajemen (5,64 %).

Untuk jalur SNBT Saintek, program studi dengan keketatan tertinggi adalah Kedokteran (2,90 %), Sistem Informasi (4,17 %), dan Farmasi (4,27 %). Sedangkan di jalur SNBT Soshum, prodi paling kompetitif adalah Psikologi (3,75 %), Ilmu Komunikasi (4,46 %), dan Akuntansi (4,46 %).

Pada jalur Mandiri, program studi Kedokteran tetap menjadi yang paling kompetitif di kelompok Saintek (4,79 %), diikuti oleh Kedokteran Gigi dan Sistem Informasi. Di kelompok Soshum, Ilmu Komunikasi menjadi yang paling ketat (11,37 %), disusul oleh Ilmu Hukum dan Hubungan Internasional.

“Secara keseluruhan, program studi di rumpun Kesehatan dan Bisnis-Komunikasi terus menjadi magnet bagi calon mahasiswa, memperkuat posisi Unair sebagai perguruan tinggi terfavorit yang adaptif terhadap tantangan pendidikan dan kebutuhan masyarakat,” katanya.

Menuju Akreditasi Internasional Bermodalkan Sinergi Lintas Sektor

Setelah berhasil meraih predikat Akreditasi Unggul, Unair menetapkan target strategis untuk memperkuat pengakuan internasional melalui peningkatan jumlah program studi yang terakreditasi oleh lembaga internasional bereputasi.

Secara konkret, Unair menargetkan peningkatan jumlah prodi terakreditasi internasional secara progresif setiap tahunnya. Sebagaimana tren tahun 2020–2025, jumlah prodi dengan akreditasi internasional meningkat signifikan dari 36 menjadi 58 pada tahun 2025.

Ke depan, Unair akan memperluas kerja sama dengan lembaga akreditasi internasional seperti FIBAA, ASIIN, AQAS, ABEST21, hingga Royal Society of Chemistry, serta mendorong lebih banyak program studi di jenjang vokasi, sarjana, magister, spesialis, dan doktor untuk memenuhi standar internasional tersebut.
Upaya ini juga didukung dengan penguatan ekosistem mutu internal, peningkatan kapasitas dosen, dan pengembangan kurikulum berbasis Outcome-Based Education (OBE), digitalisasi sistem pembelajaran, serta internasionalisasi program akademik melalui kolaborasi global.

Dengan langkah-langkah ini, Unair tidak hanya ingin mempertahankan predikat unggul di tingkat nasional, tetapi juga memperluas dampak global sebagai institusi pendidikan tinggi yang adaptif, unggul, dan berdaya saing internasional.

Sinergi Lintas Sektor
Prof. Madyan menyadari bahwa tidak semua inovasi hasil riset di perguruan tinggi dapat langsung terserap oleh industri. Oleh karena itu, Unair menempuh strategi kolaboratif yang terintegrasi dengan dunia usaha, dunia industri, dan dunia kerja (DU/DI/KA),

khususnya melalui optimalisasi Technology Readiness Level (TRL). Peningkatan TRL ini diarahkan untuk memperkuat kesiapan hasil riset agar lebih relevan dengan kebutuhan industri dan dapat segera dikomersialisasikan.

Salah satu fokus utama adalah memperkuat jejaring dan kemitraan strategis dengan industri. Unair mendorong pendekatan co-creation dalam riset, menyusun joint roadmap untuk hilirisasi, serta melibatkan mitra sejak tahap awal penelitian.

Dalam proses ini, Unair juga membentuk tim pendamping profesional di bawah koordinasi Badan Pengembangan Bisnis Rintisan dan Inkubasi (BPBRIN) guna mendukung para peneliti, baik dalam aspek administratif pembiayaan, maupun strategi komersialisasi produk.

Unair berkomitmen untuk membangun ekosistem kewirausahaan berbasis riset yang kokoh. Pada tahun 2024, jumlah start-up berbasis inovasi kampus meningkat signifikan, mencapai 50 entitas. Pencapaian ini berkat penguatan program kewirausahaan mahasiswa dan optimalisasi peran inkubator bisnis.

“Start-up ini diharapkan menjadi jembatan antara hasil riset dan pasar, sekaligus sebagai wadah pembelajaran serta kontribusi nyata mahasiswa dalam transfer teknologi,” ujarnya.

Tren hilirisasi riset selama empat tahun terakhir juga menunjukkan pertumbuhan positif, dengan puncaknya pada 2023 ketika 75 produk berhasil dihilirisasi.

Ke depan, strategi kolaborasi akan difokuskan pada koordinasi antara BKMP, BPBRIN, dan mitra industri agar pengembangan, hilirisasi, hingga komersialisasi lebih sinergis dan adaptif terhadap kebutuhan pasar.

Pendekatannya tidak hanya mengandalkan “technology push” dari kampus, tetapi juga diselaraskan dengan “market pull” dari industri.

“Dengan sinergi lintas sektor ini, kami optimistis Unair akan terus melahirkan inovasi unggulan yang tidak hanya bernilai akademis, tetapi juga aplikatif, solutif, dan berdampak nyata,” ujarnya.

Dengan Kemandirian Institusi Mentargetkan Jadi Pusat Solusi

Unair telah berstatus sebagai Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH) sejak tahun 2014. Menurut Prof. Madyan, status ini memberikan fleksibilitas yang lebih besar dalam berbagai aspek, termasuk akademik, non-akademik, dan keuangan.

Sebagai PTN-BH, Unair memiliki otonomi yang lebih luas dibandingkan perguruan tinggi negeri lainnya, terutama dalam pengelolaan keuangan, pengambilan keputusan, dan pelaksanaan tridharma perguruan tinggi. Untuk mendukung kemandirian institusi,

Unair telah mengembangkan lebih dari 10 Revenue Generating Unit (RGU) yang menyumbang hampir 19 persen dari total pendapatan di luar APBN dan SPP.

Namun, pengembangan RGU masih menghadapi tantangan, seperti persaingan dengan perusahaan swasta yang lebih agresif serta kurangnya rencana bisnis jangka panjang, segmentasi pasar yang tepat, atau value proposition yang kuat.

Banyak pengelolanya yang masih lebih terbiasa dengan aktivitas tridharma daripada pola pikir komersialisasi. Meski begitu, peluang besar tetap ada. Banyak hasil riset dan inovasi dari dosen dan mahasiswa Unair yang berpotensi untuk dikomersialisasikan,

mulai dari produk kesehatan, teknologi tepat guna, hingga solusi digital. Rekognisi universitas dapat dimanfaatkan untuk menjual jasa pelatihan, konsultasi, produk unggulan, serta kerja sama dengan industri untuk meningkatkan pendapatan non-SPP dan non-APBN.

Kiprah Alumni
Menurut Prof. Madyan, eksistensi perguruan tinggi sangat erat kaitannya dengan kiprah lulusan, yang menjadi cerminan kualitas pendidikan dan nilai-nilai yang ditanamkan selama studi.

Lulusan Unair berperan signifikan di berbagai sektor strategis, baik nasional maupun internasional, dengan banyak yang menduduki jabatan penting di kementerian, lembaga negara, dan pemerintahan daerah, serta terlibat dalam perumusan kebijakan publik yang berdampak luas bagi masyarakat.

Mereka juga menonjol sebagai akademisi terkemuka, dokter spesialis, peneliti, ekonom, dan profesional di bidang hukum, kesehatan, dan bisnis. Tak sedikit pula yang sukses menjadi wirausahawan, pendiri startup, dan CEO perusahaan, berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.

Selain itu, ada yang aktif dalam organisasi non-pemerintah, kegiatan kemanusiaan, dan pemberdayaan masyarakat. Saat ini, Unair memiliki laman website bernama Alumnipedia yang memuat profil lulusan berprestasi dari berbagai sektor industri.

Platform ini juga menjadi portal informasi kealumnian serta media publikasi kisah-kisah inspiratif yang berpengaruh. Tercatat sekitar 350 tokoh telah diunggah dalam Alumnipedia Unair.

Beberapa di antaranya yang dikenal luas oleh publik antara lain Ignasius Jonan, Khofifah Indar Parawansa, Agus Harimurti Yudhoyono, Vania Santoso, dan dan sejumlah nama inspiratif lainnya.

Target Spesifik
Sebagai Rektor, Prof. Madyan ingin Unair tidak hanya menjadi kebanggaan nasional, tetapi juga tampil sebagai kekuatan regional dan global yang diakui. Target spesifik yang ditetapkan adalah menempatkan Unair secara konsisten dalam jajaran Top 500 QS World University Rankings,

bahkan diharapkan mampu menembus Top 300 dalam beberapa tahun ke depan. Upaya ini akan ditempuh melalui peningkatan kualitas riset berkelas dunia yang berdampak nyata, peningkatan jumlah publikasi internasional bereputasi, serta perluasan kolaborasi dengan universitas dan institusi riset terkemuka di berbagai belahan dunia.

Ke depan, Unair akan terus mendorong inovasi dan hilirisasi riset yang memberi dampak langsung, melalui penguatan ekosistem inovasi, peningkatan jumlah paten, dan komersialisasi hasil riset.

“Kami ingin Unair menjadi pusat solusi bagi berbagai tantangan bangsa,” ujarnya.

Prof. Madyan juga menargetkan terciptanya lulusan yang adaptif, berdaya saing global, dan berkarakter kuat. Fokusnya bukan hanya pada keunggulan akademik, tetapi juga pada kemampuan beradaptasi, daya saing global, serta keteguhan dalam menjunjung nilai Excellence with Morality.

Hal ini akan diwujudkan melalui pembaruan kurikulum agar relevan dengan kebutuhan masa depan, pengembangan program studi berorientasi karier global, serta pembekalan soft skills dan jiwa kepemimpinan bagi mahasiswa.

“Kami ingin lulusan Unair menjadi agen perubahan yang positif di mana pun mereka berkarya,” tegasnya.

Dalam periode kepemimpinan 2025–2030, target besar yang diusung adalah merawat keberlanjutan Unair menuju universitas terkemuka di tingkat nasional dan internasional.

Tujuannya, menjadikan Unair semakin relevan, inovatif, dan berdampak bagi masyarakat global, sambil tetap menjaga identitas serta nilai-nilai luhur yang telah menjadi fondasi institusi ini.

Artikel Terkait