Unitomo pernah mengalami perpecahan antara yayasan dan rektorat pada 2002– 2009, hingga mahasiswa kami sempat turun dari 16.000 menjadi hanya 1.700. Namun kini jumlah mahasiswa kembali meningkat mendekati 10.000,” katanya.
Prof. Dr. Siti Marwiyah bukan hanya Rektor Universitas Dr. Sutomo (Unitomo) Surabaya sejak 2021, tetapi juga simbol transformasi dan ketangguhan di balik kebangkitan salah satu perguruan tinggi swasta tertua di Jawa Timur. Perjalanan akademik dan pengabdiannya menjadi cermin dari komitmen seorang perempuan Madura dalam membumikan nilai-nilai keilmuan, kepemimpinan, dan integritas.
Karakter Nasionalis
Unitomo didirikan pada 31 Juli 1981 oleh para tokoh yang menjunjung tinggi nilai-nilai nasionalisme. Mengambil nama Dr. Sutomo,tokoh perintis kemerdekaan yang juga penggiat pendidikan, Unitomo kini telah berkembang menjadi universitas dengan 9 fakultas dan 28 program studi, termasuk program doktoral di bidang manajemen.
Memiliki karakteristik kuat, mandiri, modern, dan beretika. Tiga nilai itulah yang menjadi kompas dalam setiap kebijakan dan strategi pembelajarannya. Namun jalan menuju kemajuan tidak selalu mulus.
Tahun 2002–2009 menjadi periode paling memprihatinkan dalam sejarah Unitomo. Konflik internal antara pihak rektorat dan yayasan menyebabkan perpecahan berlarut-larut. Mahasiswa yang sebelumnya mencapai 16.000 orang, merosot drastis menjadi 1.700. Bahkan ketika sudah berdamai, wisuda harus dilaksanakan oleh dua kubu, dengan dua rektor dan dua jajaran dekan yang berbeda.
Prof. Marwiyah menjadi saksi sekaligus pelaku proses rekonsiliasi. Bersama para pemimpin saat itu, turut menjembatani islah yang terjadi pada Ramadan tahun 2010. Sejak itulah, Unitomo mulai bangkit kembali, menyatukan dua kubu, mengintegrasikan sistem akademik, dan membangun kembali kepercayaan publik.
Menuju Unggul
Kini, Unitomo menatap masa depan dengan penuh optimisme. Fokus mengejar akreditasi unggul dengan berbagai program strategis seperti, Digitalisasi Sistem Pembelajaran. Jauh sebelum pandemi, Unitomo telah memulai sistem e-learning dan kini telah mengembangkan pembelajaran untuk kelas profesional, kelas malam, serta kelas internasional.
Menjadikan Kewirausahaan sebagai budaya akademik. Unitomo mempoisikan Kewirausahaan sebagai mata kuliah wajib. Mahasiswa diarahkan untuk membangun usaha sendiri. Banyak yang kini mampu membiayai kuliahnya secara mandiri dan bahkan menciptakan start-up.
Etika dan Kepedulian Sosial, diimplementasikan melalui mata kuliah seperti Anti Korupsi dan Kebencanaan Lingkungan, serta didukung oleh keberadaan Komisi Etik dan Pusat Studi Bencana. Mahasiswa dilibatkan langsung dalam penanggulangan bencana di berbagai daerah.
Dengan dukungan penuh dari universitas, para dosen dan mahasiswa aktif menghasilkan karya ilmiah, hak cipta, dan paten. Dalam masa kepemimpinan Prof. Marwiyah, Unitomo berhasil mencetak tujuh guru besar baru.
Visi Kebangsaan
Sebagai salah satu perguruan tinggi swasta tertua di Jawa Timur, telah mengakar kuat dalam perjalanan pendidikan nasional. Unitomo bukan hanya sekadar institusi pendidikan, melainkan perwujudan dari cita-cita para pendirinya yang mengusung semangat nasionalisme, kemandirian, modernitas, dan etika.
Menurut Marwiyah, nama Dr. Soetomo dipilih bukan tanpa alasan. Tokoh ini dikenal sebagai pelopor kebangkitan nasional, sekaligus penggiat pendidikan yang percaya bahwa bangsa hanya bisa maju jika masyarakatnya berpendidikan dan beretika. Salah satu cucu ponakan Dr. Soetomo turut terlibat dalam pendirian universitas ini, memperkuat landasan sejarah dan idealisme yang dibawa Unitomo sejak awal berdirinya.
Dari awalnya hanya memiliki satu program studi, kini Unitomo telah berkembang menjadi universitas dengan 9 fakultas dan 28 program studi, mencakup jenjang S1, S2, dan S3. Program doktoral dikelola oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis dengan konsentrasi pada manajemen, sementara enam program magister lainnya mencakup bidang hukum, komunikasi, manajemen, administrasi publik, pendidikan bahasa, dan teknologi pendidikan.
Jumlah mahasiswa aktif Unitomo (student body) mendekati 10.000 orang, yang berasal dari berbagai latar belakang sosial dan wilayah di Indonesia. Pertumbuhan ini mencerminkan kepercayaan masyarakat terhadap Unitomo sebagai kampus yang inklusif dan relevan dengan perkembangan zaman.
Dengan landasan sejarah yang kuat dan visi yang terus diperbarui, Unitomo tidak hanya menjadi tempat belajar, tetapi juga tempat membentuk karakter dan masa depan bangsa. Sebuah kampus yang lahir dari semangat nasionalisme, dan kini menjadi rumah bagi ribuan anak muda untuk belajar menjadi pribadi yang mandiri, modern, dan beretika.
Alumni Inspiratif
Unitomo tidak hanya mencetak lulusan, tetapi juga membentuk generasi pemimpin yang berkontribusi nyata di berbagai bidang strategis. Berdasarkan hasil tracer study, lebih dari 80% lulusan Unitomo telah bekerja dalam waktu 3–4 bulan setelah kelulusan, sebagian besar di instansi pemerintahan maupun sektor profesional lainnya.
“Alhamdulillah, kami seringkali mendapati alumni Unitomo menjabat di banyak posisi penting.,” ujarnya.
Beberapa alumni Unitomo yang menonjol antara lain seorang profesor di Universitas
Mataram dari Fakultas Pertanian, Wakil Dekan I UINSA Surabaya yang kini juga telah bergelar profesor. Advokat-advokat terkemuka, termasuk yang menjabat sebagai Ketua Pengadilan Negeri, dan ejabat kejaksaan di berbagai tingkatan.
‘’Pak Toni, alumni Unitomo yang kini menjabat sebagai Direktur Operasional Bank Jatim,” katanya.
Ada juga Kepala Dinas Koperasi dan Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur, keduanya adalah lulusan S1 Unitomo. Bahkan Sekretaris Jenderal Kementerian Sosial RI merupakan alumni dari program Administrasi Negara Unitomo. Saat ini, Wakil Menteri Hukum dan HAM RI pun tercatat sebagai mahasiswa aktif di Unitomo.
Inklusif dan Berkarakter
Dalam mewujudkan visi sebagai kampus mandiri, modern, dan beretika, Unitomo memberikan perhatian besar terhadap akses pendidikan yang merata. Berbagai program beasiswa disiapkan bagi mahasiswa dari berbagai latar belakang seperti Beasiswa Tahfiz, pembebasan biaya 100% bagi mahasiswa penghafal Al-Qur’an.
Beasiswa Santri, diskon hingga 80% untuk lulusan pondok pesantren. Beasiswa Atlet, pembebasan biaya penuh untuk mahasiswa berprestasi di bidang olahraga. Beasiswa Prestasi, diskon biaya 100%, 75%, 50%, hingga 20% berdasarkan capaian di tingkat lokal, nasional, maupun internasional.
Mitracivitas Scholarship, diiberikan kepada anak dari dosen, karyawan, alumni, dan keluarga yayasan Unitomo. Kebijakan ini merupakan bagian dari ikhtiar Unitomo dalam membentuk kampus yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga berpihak pada keadilan sosial dan pembentukan karakter mahasiswa.
Jaga Resep Harmoni Yayasan dan Rektorat
Prof. Dr. Siti Marwiyah, SH, MH., yang kala itu menjabat sebagai Wakil Dekan I, menjadi saksi sekaligus pelaku dari dinamika itu.
“Kampus kami terbelah. Ada kubu rektor dan ada kubu yayasan. Bahkan suami-istri, saudara, dan teman satu fakultas pun bisa berbeda posisi,” kenangnya.
Konflik berkepanjangan tersebut berakar pada persoalan kewenangan dan keuangan. Rektor tidak memiliki akses langsung terhadap dana operasional kampus, meskipun tanggung jawab besar ada di pundaknya. Keterbatasan ini memicu ketegangan antara pimpinan universitas dan yayasan. Ketika komunikasi membeku, dua versi kepemimpinan pun lahir, masing-masing berjalan sendiri. Dampaknya, akreditasi menurun dan kepercayaan masyarakat melemah.
Titik Balik
Titik balik terjadi pada 17 Ramadan 2010, yang oleh sivitas akademika Unitomo disebut sebagai momen Islah. Diprakarsai oleh Rektor Ulul Albab saat itu dan difasilitasi oleh LLDIKTI Wilayah VII, dua kubu yang bertikai sepakat untuk berdamai.
“Kami sama-sama capek, dan sadar bahwa kampus ini hanya akan kuat kalau kita bersatu,” ujar Prof. Marwiyah.
Dari sinilah lahir momentum luar biasa:,wisuda pertama pasca-Islah dilakukan dengan formasi uni. Ada dua rektor, dua dekan di setiap fakultas, dan dua kepemimpinan yang duduk bersama di atas panggung kehormatan. Sebuah simbol pemulihan dan keberanian untuk melebur ego demi masa depan institusi.
Pasca-Islah, Unitomo mengalami percepatan pemulihan luar biasa. Akreditasi naik dari C menjadi B bahkan A, program studi baru lahir, dan relasi antara yayasan dan rektorat memasuki era kolaboratif. Kini, seluruh kebijakan universitas dirumuskan secara terbuka dan setara bersama yayasan yang dipimpin oleh Bapak Bahrul Amiq dan Prof. Edi Yunus sebagai pembina.
Salah satu transformasi besar adalah dalam sistem keuangan. Rektor kini memiliki keleluasaan penuh dalam mengelola anggaran kampus, dengan pembagian yang jelas untuk pembelajaran, pembangunan, dan sarana prasarana. Birokrasi yang dahulu panjang kini dipangkas melalui rapat bersama rutin antara rektorat dan yayasan.
“Dulu kami saling mencurigai. Sekarang kami saling melengkapi. Kami menyadari bahwa akar kekuatan Unitomo justru lahir dari kebersamaan,” tutur nya
Tantangan dan Harapan
Pasca-rekonsiliasi dan pemulihan pasif, kini berada pada titik penting untuk melakukan lompatan strategis ke masa depan. Unitomo tidak hanya mengupayakan stabilitas, tetapi menatap jauh ke depan dengan visi sebagai kampus unggul, adaptif, dan berkelas global.
Salah satu fokus utama saat ini adalah meraih akreditasi institusi “Unggul.” Langkah-langkah konkret telah disiapkan, mulai dari perbaikan luaran penelitian dan publikasi ilmiah, peningkatan kualitas dosen dan sarana digital, hingga penyempurnaan sistem pembelajaran berbasis Outcome- Based Education. Dalam empat tahun terakhir, Unitomo bahkan mencetak tujuh guru besar baru.
“Kami sedang membangun sistem akademik yang berorientasi pada hasil nyata. Tesis, skripsi, dan disertasi tak lagi hanya selesai di meja sidang, tetapi harus menghasilkan produk, jurnal, atau paten,” katanya.
Unitomo juga memperkuat identitasnya sebagai smart campus, dengan mengintegrasikan berbagai sistem digital seperti aplikasi PMB, SIPETA (Sistem Penyusunan Tugas Akhir), Go-Wisuda, serta sistem informasi pengelolaan riset dan pengabdian masyarakat. Dukungan terhadap riset internal dan percepatan jenjang akademik terus digalakkan melalui pendanaan kampus.
Di ranah kerja sama global, Unitomo tengah menyiapkan program double degree dengan universitas luar negeri. Kelas internasional pun mulai dirancang, memperkuat positioning Unitomo sebagai kampus yang siap menyambut era globalisasi pendidikan.
Harmoni Internal
Di tengah optimisme tersebut, Unitomo juga menyadari pentingnya menjaga harmoni internal, khususnya antara rektorat dan yayasan. Pengalaman konflik panjang menjadi pelajaran bahwa kesuksesan institusi hanya bisa diraih lewat sinergi, komunikasi terbuka, dan pengambilan keputusan bersama.
“Kami tidak ingin mengulang luka masa lalu. Sekarang, setiap keputusan, besar atau kecil, dibahas bersama. Bukan sekadar formalitas, tapi benar-benar duduk setara dan saling mendengar,” kata Prof. Marwiyah.
Dengan semangat “mandiri, modern, dan beretika,” Unitomo telah membuktikan bahwa luka masa lalu bisa menjadi pijakan untuk melompat lebih tinggi.