Dr. I Made Sudjana, S.E., M.M., CHT., CHA. - Rektor IPB Internasional Bali

Rektor IPB Internasional Bali – Punya Standar Internasional, Alumni Kerja di Banyak Negara

Share

Mengawali karirnya, Dr. I Made Sudjana, S.E., M.M., CHT., CHA, pertama kali bertugas sebagai bendahara dan kasir di Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Nusa Dua Bali. Juga mendapat tanggung jawab tambahan sebagai pengelola gudang dan bagian pembelian kebutuhan praktik mahasiswa.

Banyak terlibat langsung dalam berbagai aspek operasional kampus pariwisata di bawah Kementerian Pariwisata saat itu.

Tahun 2002 Menteri Pariwisata I Gede Ardhika mempercayakannya sebagai Ketua Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Nusa Dua Bali. Posisi ini diembannya selama satu periode hingga 2006. Pada tahun yang sama, Menteri Pariwisata yang baru, Jero Wacik, kembali menunjuknya untuk memimpin STP Nusa Dua hingga 2010. Setelah dua periode menjabat dan mencapai usia pensiun 60 tahun, Sudjana resmi pensiun.

Masa pensiunnya hanya berlangsung singkat. Seminggu kemudian, ia kembali dipercaya untuk memimpin Sekolah Tinggi Pariwisata Bali Internasional (STPBI), sebuah lembaga swasta yang didirikan pada tahun 2000. Ia turut berperan dalam pendirian STPBI sebagai solusi atas tingginya minat mahasiswa yang tidak tertampung di STP Nusa Dua.

Awalnya, STPBI hanya berupa lembaga pelatihan kerja dengan izin dari Dinas Tenaga Kerja Provinsi Bali. Seiring dengan meningkatnya jumlah mahasiswa, pada tahun 2008 STPBI resmi mendapatkan izin dari Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) untuk membuka program Diploma 3 dan Diploma 4 di bidang perhotelan dan pariwisata.

Menjadi Institut

STPBI terus berkembang hingga akhirnya pada tahun 2020 statusnya meningkat menjadi Institut Pariwisata dan Bisnis Internasional (IPB Internasional). Bersamaan dengan perubahan ini, Sudjana pun beralih dari jabatan Ketua STPBI menjadi Rektor.

STP Nusa Dua Bali yang pernah dipimpinnya tetap beroperasi di bawah naungan Kementerian Pariwisata. Kini, lembaga tersebut telah berganti nama menjadi Politeknik Pariwisata Bali atau Poltek Bali.

Berbeda dengan Politeknik Pariwisata Bali (dulu STP Nusa Dua) yang memiliki kapasitas penerimaan terbatas, Menurut Sudjana, IPB Internasional hadir sebagai institusi yang mampu menampung lebih banyak mahasiswa.

“Saat ini, kampus ini memiliki kapasitas hingga 1.500 mahasiswa per tahun dengan total mahasiswa mencapai 3.500 orang. Fasilitas yang lengkap dan standar industri perhotelan internasional, menjadi pilihan utama bagi mereka yang ingin berkarier di dunia pariwisata,” katanya.

Standar internasional

Salah satu daya tarik utama IPB Internasional adalah kelengkapan sarana dan prasarananya. Kampus ini dirancang agar mahasiswa mendapatkan pengalaman praktik yang sesungguhnya, seperti kitchen standar internasional yang setara dengan dapur hotel berbintang, restoran dan bar dengan fasilitas industri perhotelan sesungguhnya, serta laundry dan dry cleaning untuk praktik mahasiswa.

Selain itu, kampus ini juga menyediakan dormitory dengan kapasitas 115 kamar bagi mahasiswa dari luar Bali, serta berbagai fasilitas pendukung seperti BPR (Bank Perkreditan Rakyat) untuk akses pinjaman mahasiswa dan SPB Mart sebagai minimarket internal kampus.

IPB Internasional juga berkomitmen dalam menyiapkan tenaga kerja siap pakai di industri pariwisata. Melalui P3MI (Pelatihan dan Penyaluran Tenaga Kerja Internasional), mahasiswa dapat magang dan bekerja di luar negeri, termasuk Amerika Serikat dengan visa yang memungkinkan mereka bekerja, mendapatkan upah sebesar 15 hingga 20 dolar per jam.

Lembaga Sertifikasi

Kampus ini juga memiliki layanan outsourcing tenaga kerja untuk hotel-hotel yang membutuhkan tenaga profesional, serta Maritime Training Center yang mengeluarkan sertifikasi internasional bagi mereka yang ingin berkarier di kapal pesiar.

Sebagai lembaga yang terus berinovasi, IPB Internasional memiliki Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP P1 dan P3) yang mensertifikasi mahasiswa serta tenaga kerja industri pariwisata, serta Lembaga Sertifikasi Usaha (LSU) untuk menilai kelayakan bintang hotel dan usaha pariwisata lainnya. Semua ini menjadikan IPB Internasional sebagai institusi pendidikan yang tidak hanya fokus pada teori, tetapi juga pengalaman nyata di dunia kerja.

Tak hanya unggul dalam bidang akademik dan industri, IPB Internasional juga memiliki kepedulian terhadap pelestarian budaya Bali. Salah satu bentuk nyata dari upaya ini adalah keberadaan Traditional Kitchen atau Pawon Bali, di mana mahasiswa, termasuk dari luar negeri, dapat belajar memasak dengan cara tradisional menggunakan kayu bakar.

Menurut Sudjana, berawal dari tekad sekelompok dosen yang ingin menciptakan lembaga pendidikan pariwisata yang unggul, Yayasan Dharma Widya Ulangun mendirikan IPB Internasional. Tidak mudah bagi mereka untuk membangun institusi ini dari nol. Adanya keterbatasan finansial, mereka harus berpindah-pindah lokasi, mulai dari menyewa gedung sekolah ke hotel, hingga akhirnya bisa membeli tanah dan membangun kampus secara bertahap, satu lantai demi satu lantai. Namun, perjuangan itu kini membuahkan hasil.

“IPB Internasional telah menjadi salah satu institusi pendidikan pariwisata terkemuka dengan jumlah mahasiswa mencapai 3.500 orang,” katanya.

Agak Mahal

Daya tarik utama IPB Internasional terletak pada sistem pembelajarannya yang berbasis praktik nyata. Mahasiswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga terjun langsung ke dunia industri perhotelan. Mereka menjalani praktik intensif, mulai dari memasak berbagai jenis hidangan Eropa, oriental, hingga makanan tradisional Indonesia, menggunakan bahan-bahan asli tanpa substitusi.

Tak heran, biaya pendidikan di IPB Internasional terbilang agak mahal, berkisar antara 20 hingga 25 juta rupiah per tahun, sudah mencakup semua kebutuhan praktik, termasuk seragam profesional untuk berbagai bidang seperti front office, housekeeping, hingga kitchen.

Setiap tahunnya, IPB Internasional menerima sekitar 1.500 mahasiswa baru, yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia. Beberapa mahasiswa asing juga turut menempuh pendidikan di kampus ini, terutama dari Timor Leste untuk bidang perhotelan, serta dari Jepang, Jerman, dan Rusia untuk pelatihan spa khas Bali.

Saat ini, IPB Internasional memiliki delapan program studi yang mencakup jenjang Diploma hingga Doktor. Program-program tersebut meliputi D3 Perhotelan dengan konsentrasi Culinary Art, D4 Perhotelan, D4 Pariwisata, S1 Pariwisata, S1 Bisnis Digital, S1 Kewirausahaan, serta S2 dan S3 Terapan di bidang Destinasi dan Bisnis Pariwisata. Bahkan, program S3 Terapan baru saja mendapatkan izin operasional pada tahun 2024. Selain program akademik, pelatihan jangka pendek satu tahun masih tetap diminati, terutama oleh masyarakat lokal Bali yang ingin segera memasuki dunia kerja.

Lembaga Pelatihan

IPB Internasional tidak hanya berfokus pada pendidikan akademik, tetapi juga memberikan kesempatan bagi lulusan Sekolah menengah untuk terjun langsung ke dunia kerja melalui program pelatihan. Program ini menjadi pilihan bagi banyak lulusan SMA dan SMK yang ingin memperoleh keterampilan profesional dalam waktu singkat.

Mereka menempuh pendidikan selama satu tahun, terdiri dari enam bulan pembelajaran di kampus dan enam bulan praktik di hotel. Setelah lulus, mereka tidak hanya mendapatkan sertifikat dari kampus, tetapi juga sertifikasi kompetensi dari Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP) yang terakreditasi oleh Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP).

Keunggulan sertifikasi ini terletak pada pengakuannya di tingkat regional ASEAN. Adanya perjanjian antarnegara ASEAN mengenai mobilitas tenaga kerja di sektor pariwisata, lulusan yang memiliki sertifikat dari LSP IPB Internasional dapat bekerja di berbagai negara ASEAN, seperti Filipina, Malaysia, Singapura, hingga Thailand. Hal ini membuka peluang kerja yang lebih luas bagi para alumni, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di luar negeri.

Sejak berdiri pada tahun 2008, telah meluluskan lebih dari 6.800 alumni yang kini tersebar di berbagai industri perhotelan dan pariwisata. Mereka bekerja di hotel berbintang di dalam dan luar negeri, termasuk di Makau, Timur Tengah, serta di kapal pesiar internasional. Bahkan, dalam sebuah kunjungan ke Makau, Rektor IPB Internasional bertemu dengan lebih dari 35 alumni yang telah bekerja di industri perhotelan di sana.

Magang di Amerika

Menurut Sudjana, salah satu peluang yang paling menarik bagi mahasiswa IPB Internasional adalah program magang di Amerika Serikat. Awalnya, perusahaan-perusahaan Amerika lebih banyak merekrut tenaga kerja dari Filipina untuk program pelatihan mereka.

Setelah mencoba menerima mahasiswa dari IPB Internasional, mereka menemukan bahwa etos kerja, kedisiplinan, serta kejujuran mahasiswa asal Indonesia lebih unggul.

“Meskipun dari segi kemampuan bahasa Inggris kita kalah dibandingkan Filipina, namun kejujuran dan etos kerja mahasiswa kita lebih baik,” katanya.

Salah satu hal yang paling dikagumi oleh mitra kerja di Amerika adalah “genuine smile” atau senyum tulus yang selalu ditunjukkan oleh mahasiswa Indonesia, sesuatu yang sulit ditemukan di negara lain.

Banyak mahasiswa yang setelah menyelesaikan masa pelatihan di Amerika kemudian direkrut sebagai karyawan tetap di tempat magang mereka. Namun, ada tantangan tersendiri dalam program ini. Karena mereka masih berstatus mahasiswa, mereka wajib kembali ke Indonesia setelah masa pelatihan selesai, sesuai dengan aturan visa yang hanya mengizinkan mereka tinggal selama 12 bulan dengan tambahan satu bulan untuk perjalanan wisata. Sayangnya, tidak sedikit mahasiswa yang memilih untuk tetap tinggal di Amerika secara ilegal setelah menyelesaikan program magang.

“Hal ini sempat menjadi perhatian serius bagi Konsulat Jenderal Amerika di Surabaya, yang mengeluhkan banyaknya mahasiswa yang tidak kembali ke Indonesia sesuai ketentuan,” katanya.

Untuk mengatasi hal ini, IPB Internasional kini menerapkan kebijakan ketat, termasuk mewajibkan mahasiswa yang berangkat ke Amerika untuk menyerahkan jaminan sebesar Rp. 40 juta rupiah, serta menahan ijazah SD, SMP, dan SMA mereka hingga mereka kembali. Sertifikat pelatihan kini tidak diberikan langsung di hotel tempat magang, melainkan dikirim ke kampus untuk memastikan kepulangan mahasiswa ke Indonesia.

Meskipun demikian, bagi mahasiswa yang mengikuti aturan dan menyelesaikan kuliah mereka, peluang untuk bekerja kembali di Amerika tetap terbuka lebar. Banyak perusahaan yang sudah mencatat nama mahasiswa potensial dan siap menerima mereka kembali setelah mereka menyelesaikan studi di Indonesia.

No English, No Job

Sebagai institusi pendidikan yang berorientasi pada industri pariwisata global, IPB Internasional berkomitmen untuk mencetak lulusan yang siap bersaing di kancah internasional. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan memastikan bahwa mahasiswanya memiliki kompetensi bahasa asing, terutama bahasa Inggris.

Sudjana menegaskan bahwa penguasaan bahasa Inggris adalah syarat mutlak bagi mahasiswa yang ingin bekerja di luar negeri. “Kami selalu menekankan moto ‘No English, No Job’ di kampus. Artinya, jika mahasiswa tidak mampu berkomunikasi dalam bahasa Inggris, maka peluang mereka untuk bekerja di luar negeri akan sangat kecil,” ujarnya.

Kesadaran akan pentingnya bahasa asing ini juga diperkuat dengan berbagai program internal kampus. IPB Internasional menerapkan program English Day tiga kali dalam seminggu, seluruh mahasiswa diwajibkan untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris selama berada di lingkungan kampus. Selain itu, mahasiswa juga didorong untuk berlatih langsung dengan wisatawan asing di kawasan wisata seperti Kuta dan Sanur, sehingga keterampilan berbahasa mereka semakin terasah.

Selain aspek akademik, IPB Internasional juga memperhatikan akses pendidikan bagi mahasiswa yang memiliki keterbatasan finansial. Kampus ini memberikan kemudahan berupa potongan biaya bagi calon mahasiswa berprestasi di tingkat lokal maupun nasional.

“Bagi mereka yang memiliki prestasi saat masih di SMA, kami memberikan diskon biaya kuliah. Selain itu, kami juga menerapkan sistem pembayaran yang fleksibel, dimana biaya kuliah dapat dicicil hingga lima kali,” jelasnya.

Tumbuh Signifikan

Dari segi pertumbuhan jumlah mahasiswa, IPB Internasional mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Sebelum pandemi COVID-19, jumlah mahasiswa mencapai 1.600 orang. Saat pandemi melanda, angka tersebut menurun drastis hingga 50 persen, menyisakan sekitar 750 mahasiswa.

Seiring dengan pemulihan ekonomi dan sektor pariwisata, jumlah mahasiswa kembali meningkat, mencapai 1.250 orang pada tahun ajaran 2023/2024 dan naik lagi menjadi 1.400 orang pada tahun ajaran 2024/2025. Tahun ini, kampus menargetkan 1.500 mahasiswa baru.

Seiring peningkatan jumlah mahasiswa, IPB Internasional pun terus berbenah, baik dalam aspek akademik maupun infrastruktur. Pihak kampus telah berkoordinasi dengan yayasan untuk menambah fasilitas guna menampung lebih banyak mahasiswa. “Jika jumlah mahasiswa terus bertambah, yayasan harus siap membangun fasilitas tambahan agar proses pembelajaran tetap optimal,” katanya.

Keberadaan IPB Internasional di Bali juga memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitar, terutama dalam pengembangan sumber daya manusia di sektor pariwisata. Banyak lulusan IPB Internasional yang telah bekerja di berbagai negara, membawa nama baik Indonesia di kancah global.

Kejar Akreditasi Unggul dan Internasional

IPB Internasional terus berbenah dalam meningkatkan kualitas pendidikannya. Sejalan dengan upaya meraih akreditasi unggul bagi institusi, IPB Internasional saat ini telah berhasil mendapatkan status akreditasi unggul untuk empat program studi (prodi), sementara satu prodi telah meraih akreditasi “Baik Sekali”.

Adapun tiga prodi lainnya masih dalam proses akreditasi awal dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Keberhasilan dalam meraih akreditasi unggul pada beberapa program studi mendorong IPB Internasional untuk menargetkan akreditasi unggul bagi institusinya secara keseluruhan.

IPBI akan divisitasi oleh asesor dari BAN-PT. Sudah mengajukan borang dan telah mendapat tanggapan dari BAN-PT. Juga telah mengundang para asesor berpengalaman untuk meninjau.

“Menurut mereka, borang ini sudah cukup memenuhi syarat untuk unggul. Mudah-mudahan hasilnya sesuai harapan,” ujarnya.

Jika berhasil meraih akreditasi unggul, IPB Internasional akan menjadi perguruan tinggi keempat di Bali yang meraih status tersebut.

Akreditasi Internasional

Tidak berhenti pada akreditasi nasional, IPB Internasional juga menargetkan akreditasi internasional untuk semakin mengukuhkan posisinya di dunia pendidikan pariwisata global. Rektor IPB Internasional optimis bahwa kampusnya mampu bersaing dengan institusi pariwisata ternama di dunia, termasuk di Swiss dan Amerika Serikat.

Menurut Sudjana, sebagai lembaga pendidikan pariwisata, ia yakin kbisa bersaing. Ia sudah pernah mengunjungi sekolah pariwisata di Swiss dan Cornell University di Amerika, dan secara keterampilan perhotelan, tidak kalah, unggul dalam bidang kuliner, baik masakan Eropa maupun Oriental.

“Satu-satunya yang perlu diperbaiki adalah kemampuan bahasa Inggris para dosen dan mahasiswa,” jelasnya.

Cita-cita Besar

Lebih jauh, IPB Internasional memiliki cita-cita besar untuk menjadikan Bali sebagai pusat pendidikan pariwisata dunia. Menurutnya, selama ini mahasiswa dari berbagai negara memilih Swiss atau Cornell di Amerika untuk belajar pariwisata. Oleh karena itu ingin menggeser tren dan menjadikan Bali sebagai destinasi utama pendidikan pariwisata. Bali sudah dikenal di seluruh dunia sebagai destinasi wisata unggulan. Jika dikembangkan dengan baik, Bali bisa menjadi laboratorium hidup bagi pendidikan pariwisata.

Sebagai langkah awal mewujudkan visi besar tersebut, IPB Internasional mulai melakukan peningkatan kapasitas tenaga pengajarnya. Saat ini sedang mengupgrade dosen-dosen, khususnya dalam bidang bahasa Inggris. Dosen harus mampu mengajar dalam bahasa Inggris, sehingga kualitas pendidikan yang diberikan dapat setara dengan institusi global.

IPB Internasional optimis bahwa dengan kualitas pendidikan yang terus meningkat, fasilitas yang semakin baik, serta keunggulan Bali sebagai destinasi wisata dunia, kampus ini bisa menjadi garda terdepan dalam mencetak tenaga profesional pariwisata berstandar internasional.

“Kami yakin, di bidang pariwisata, kita bisa bersaing. Kami tidak kalah dalam hal keterampilan dan fasilitas. Bali bisa menjadi pusat pendidikan pariwisata dunia dalam beberapa tahun ke depan,” pungkasnya.

Tonton Video Selengkapnya

Artikel Terkait