Dalam Rencana Induk Percepatan Pembangunan Indonesia (MP3EI), dibentuklah koridor pembangunan barat, tengah, dan timur dengan ITB, ITK, dan Unhas ditunjuk untuk mendukung pembentukan kampus STEM di luar Pulau Jawa.
ITB mendapat mandat mendirikan kampus teknologi di Sumatera, ITS di Kalimantan, dan Unhas di Sulawesi. Pada 2014, Itera didirikan bersama Institut Teknologi Kalimantan (ITK) dan Institut Teknologi Habibie (ITH), dengan fokus utama memperkuat pendidikan dan riset teknologi.
Kepemimpinan Nyoman Pugeg Aryantha diharapkan dapat melanjutkan visi besar ini dengan semangat dan dedikasi tinggi, membangun sumber daya manusia unggul untuk kemajuan bangsa.
Sejak memimpin Itera, ia memikul misi besar membawa kampus menuju kemandirian, khususnya dalam pengembangan SDM. Itera sebelumnya sangat bergantung pada dosen ITB, dengan lebih dari 100 dosen diperbantukan setiap tahun ke Lampung.
“Selama dua periode kepemimpinan sebelumnya, kami sangat didukung oleh ITB, bahkan meniru model ITB di Lampung,” jelasnya. Namun, sejak akhir 2022, seluruh dosen ITB yang diperbantukan telah ditarik, menyisakan satu atau dua yang mendapat izin resmi untuk mendampingi.
Edu Patriot
“Kami sempat menghadapi tantangan cukup berat, terutama dalam pemenuhan jumlah tenaga pengajar disamping mengharmonisasikan dosen yang sedang tugas belajar untuk memastikan keberlanjutan proses akademik,” ujarnya.
“Untuk itu kami menyelenggarakan program Edu Patriot yakni mengundang dosen dari kampus lain dan dosen ITB purnabakti untuk dapat melaksanakan tugas perkuliahan dengan skema dosen luar biasa,” imbuhnya.
Melalui program edupatriot, Itera berhasil mendatangkan tiga dosen aktif melalui perpindahan home base dari ITB ke Itera. Ketiga dosen ini berhasil diproses jenjang kariernya hingga meraih gelar guru besar (Profesor), sekaligus menjadi Guru Besar pertama Itera dalam bidang Cyber Security, Kebencanaan, dan Perancangan Wilayah.
Berkat program ini dan rekrutmen dosen baru melalui kementerian terkait, jumlah dosen Itera meningkat signifikan hingga mencapai 781 orang pada 2024, ditambah 333 tenaga kependidikan berstatus PNS dan PPPK.
Prof. Nyoman optimis, dengan pondasi ini Itera dapat terus berkembang sebagai institusi pendidikan tinggi berstandar tinggi di Sumatera, sekaligus membuktikan bahwa kemandirian dan kualitas bisa berjalan seiring.
Jumlah mahasiswa dan program studi juga berkembang pesat sebagai bagian dari strategi akselerasi kampus yang dirancang sejak awal pendirian. Hingga 2022, jumlah program studi mencapai 39,
dan pada 2023 bertambah dua program studi baru yang unik, yaitu Rekayasa Keolahragaan dan Pariwisata. Kini total ada 41 program studi, termasuk satu magister Fisika, dan sedang disiapkan tiga program magister baru serta satu program apoteker.
Sejak awal, Itera menggunakan pengelompokan istilah jurusan yang kemudian berubah menjadi fakultas setelah Organisasi Tata Kelola (OTK) baru diresmikan pada 2023.
Sebelumnya terbagi menjadi tiga jurusan, kini telah menjadi tiga fakultas. Jumlah mahasiswa pun meningkat signifikan, dengan penerimaan sekitar 5.000 mahasiswa setiap tahun. Saat ini, total mahasiswa mencapai sekitar 22.000, dengan lebih dari 9.000 alumni yang tersebar selama 10 tahun berdiri.
Deteksi Kecemasan
Dalam bidang penelitian, telah tercatat 1.436 publikasi yang terindeks di Scopus, dengan jumlah yang terus meningkat signifikan setiap tahunnya. Menurut Nyoman, publikasi internasional tersebut dilengkapi dengan 2.800 artikel nasional hingga tahun ini.
Salah satu misi besar lainnya adalah menjadikan Itera sebagai pusat penghasil paten unggulan. Jika pada tahun 2021 jumlah paten masih satu digit, maka pada tahun 2023 sudah mencapai 62 paten, dan pada tahun 2024 ditargetkan menembus lebih dari 100 paten, tepatnya 114 paten dalam satu tahun.
“Tahun ini di kuartal awal saja sudah ada lebih dari 50 paten yang diajukan, menandakan inovasi terus berkembang,” ujarnya.
Pengabdian kepada masyarakat juga menjadi pilar penting. Dengan semangat kontribusi nyata, ia mengajak civitas akademika untuk berperan aktif, tidak hanya di Lampung, tetapi juga di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, hingga ke luar pulau seperti Jembrana, Bali Barat.
Keberhasilan dalam paten menghasilkan inovasi yang memiliki daya guna luas. Kekuatan Itera terletak pada teknologi berbasis elektronika, terutama di era digital yang berkembang pesat.
Nyoman mencontohkan inovasi dari program studi Biomedika yang membanggakan, yaitu alat deteksi tingkat kecemasan. “Ini sangat relevan mengingat perkembangan kesehatan mental mahasiswa yang mengkhawatirkan belakangan ini,” katanya.
Alat deteksi kecemasan ini berbasis kecerdasan buatan, menggunakan parameter seperti suhu tubuh, konduktivitas, dan fenomena gelombang elektromagnetik tubuh untuk mengukur tingkat kecemasan. “Insyaallah, alat ini segera bisa dikomersialkan,” ungkapnya.
Terus Berkembang
Alumni yang kini mencapai sekitar 9.000 orang dalam kurun waktu 10 tahun menunjukkan daya saing yang terus meningkat di dunia kerja. Berdasarkan riset, masa tunggu alumni untuk memperoleh pekerjaan bervariasi mulai dari 1 hingga rata-rata 10 bulan.
Alumni Itera tersebar di berbagai perusahaan, mulai dari skala nasional hingga multinasional, bahkan beberapa bekerja di perusahaan perminyakan internasional di luar negeri.
Selain itu, banyak alumni Itera yang melanjutkan pendidikan pasca sarjana di berbagai kampus ternama, baik dalam maupun luar negeri. Sebagai perguruan tinggi negeri yang sedang berkembang, Itera memiliki daya tarik kuat bagi calon mahasiswa.
Saat ini, status institusi masih sebagai satuan kerja (Satker) dan sedang dalam proses finalisasi peresmian menjadi Badan Layanan Umum (BLU). Proses ini telah berjalan sejak tahun lalu, namun sempat tertunda karena pergantian kepemimpinan nasional.
Saat ini hanya menunggu pengesahan dari kementerian sebelum ditargetkan menjadi Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH). Visi dan target Itera adalah menjadi kampus terkemuka di bidang sains dan teknologi, berperan sebagai sumber inovasi yang mampu menjawab berbagai masalah bangsa.
Itera juga fokus pada penerapan teknologi terapan di lingkungan kampus, seperti pengolahan sampah, tata kelola energi, infrastruktur, kenyamanan, keamanan, dan ketertiban kampus.
Saat ini sedang diupayakan program zero waste terpadu yang terintegrasi ke dalam kurikulum, agar mahasiswa tidak hanya mendapatkan teori, tetapi juga praktik nyata seperti menanam pohon dan mengukur penyerapan karbon.
Itera telah memiliki fasilitas pembangkit tenaga surya berkapasitas 1 megawatt sejak 2020, yang digunakan sebagai sarana penelitian dan pembelajaran dalam bidang energi baru terbarukan.
“Inovasi yang lahir di sini harus bisa diterapkan secara nyata, bukan hanya sekadar publikasi jurnal,” katanya.
Lahan yang luas menjadi salah satu modal utama pengembangan. Pemerintah telah menghibahkan lahan seluas 273 hektar, jauh lebih besar dibandingkan kampus-kampus lain.
Lokasinya strategis karena dekat dengan pintu tol dan berada di tengah kawasan yang direncanakan menjadi ibu kota Provinsi Lampung yang baru. Posisi ini memberikan optimisme besar terhadap masa depan daerah dan kampus.
Secara institusi, Itera sudah cukup mandiri baik dari sisi kepemimpinan maupun kualitasnya, sehingga siap berdiri sendiri tanpa bergantung pada ITB. Namun, karena aturan dan usia institusi, masih diperlukan satu periode tambahan dengan rektor dari ITB sebagai masa transisi.
“Ke depan, tenaga dosen Itera yang sudah matang akan mampu mengelola kampus secara mandiri dan kompeten,” tambahnya.
Sebagai persiapan kemandirian finansial jangka panjang, di bawah kepemimpinan Nyoman, Itera telah meluncurkan program wakaf iptek pertama di Indonesia sejak 2023, bekerja sama dengan Bank Syariah Indonesia. Dana ini diharapkan dapat mendukung kegiatan Tri Dharma Itera di masa mendatang.