Dr. Ir. Hisar Sirait, MA. - Rektor IBI KKG

Rektor IBI KKG – Siapkan Pemimpin Bisnis dan Wirausaha Kelas global

Share

Dr. Ir. Hisar Sirait, MA menempuh perjalanan karier yang panjang dan berlapis sebelum akhirnya dipercaya menjadi Rektor Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie (IBI KKG). Sejak menjadi asisten dosen pada masa studi di Institut Pertanian Bogor (IPB) ia sudah menunjukkan kecenderungan kuat ke dunia pendidikan, lalu berperan sebagai dosen di IPB sebelum beralih menjadi peneliti di LP3ES dan Lembaga Demografi Universitas Indonesia.

Memperoleh beasiswa studi master di Filipina dalam bidang International Economics dengan fokus pada International Finance, kemudian kembali ke Lembaga Demografi UI, dan akhirnya memasuki dunia akademik swasta dengan bergabung di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IBI pada 1997.

Mulai dari dosen, koordinator mata kuliah, ketua program studi, wakil rektor bidang akademik, pelaksana tugas direktur Pascasarjana, kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), hingga kepala Lembaga Penjamin Mutu (LPM), akhirnya terpilih sebagai rektor.

“Passion saya itu dosen, karena ibu dan bapak saya itu guru,” ujarnya.

Ia bangga ikut mengembangkan IBI KKG yang lahir pada 1987 atas inisiatif almarhum Kwik Kian Gie dan Yunadi Yusuf sebagai jawaban terhadap kebutuhan dunia usaha akan tenaga kerja yang siap pakai.

Awalnya, institusi ini menyelenggarakan program setara Bachelor of Business Administration (BBA), namun perubahan regulasi mendorong transformasi formal.

Pada 1993, statusnya berubah menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE IBI) dengan kewenangan menyelenggarakan program sarjana Manajemen dan Akuntansi serta Magister Manajemen.

Pada 2005, STIE IBI berkembang menjadi Institut Bisnis dan Informatika, sebelumnya bernama Institut Bisnis dan Informatika Indonesia, dengan penambahan program Sarjana Sistem Informasi, Teknik Informatika, Ilmu Komunikasi, Administrasi Bisnis, serta Magister Akuntansi.

Pada 2007, institusi ini membuka program profesi Akuntansi. Seiring pengakuan publik terhadap pemikiran pendiri, nama institusi ini resmi mengabadikan figur Kwik Kian Gie, memperkuat citra akademiknya.

Sekitar 50 persen program studi meraih predikat unggul, membuktikan bahwa dari pijakan praktis, IBI KKG telah berevolusi menjadi lembaga yang menawarkan keberagaman jenjang dan program serta pengakuan mutu.

Pemimpin Bisnis
Sejak berdiri pada tahun 1987, IBI KKG telah berkembang menjadi institusi dengan karakter yang khas. Keunikan ini merupakan hasil dari visi pendirinya yang mengintegrasikan dunia bisnis dengan teknologi informasi.

IBI KKG bahkan pernah menggunakan nama resmi Kwik Kian Gie & Business School, dengan slogan yang menginspirasi untuk mencetak profesional unggul, pemimpin korporat, dan wirausahawan masa depan.

Menurut Hisar, saat ini IBI KKG telah mengalami pertumbuhan signifikan dalam jumlah program studi, mahasiswa, dan kualitas akademik. Di jenjang sarjana, terdapat enam program studi yang ditawarkan,

yaitu Manajemen, Akuntansi, Bisnis (sebagai favorit utama), Sistem Informasi, Informatika, dan Ilmu Komunikasi. Program studi Bisnis mendominasi minat mahasiswa, diikuti Akuntansi, Manajemen, dan Ilmu Komunikasi, sementara Sistem Informasi dan Informatika masih menghadapi tantangan daya tarik.

Untuk mencapai visi pendirinya, IBI KKG terus meningkatkan kualitas dosen, fasilitas laboratorium, dan kerja sama industri, demi melahirkan generasi profesional, pemimpin bisnis, dan wirausahawan berkelas global.

Punya Usaha
Sejak menjabat sebagai Rektor Institut Bisnis dan Informatika Kwik Kian Gie (IBI KKG), Dr. Ir. Hisar Sirait, MA., telah membawa perubahan signifikan dalam penerapan Tridharma Perguruan Tinggi, khususnya di bidang pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Dalam pengajaran, ia memperkuat pendekatan Outcome Based Education (OBE) secara kolaboratif dengan mitra industri kelas dunia seperti Astra, PwC, Bank BCA, dan berbagai kantor akuntan publik.

Pendidikan di IBI KKG tidak hanya bersifat teoretis, tetapi juga dipadukan dengan praktik nyata melalui program magang intensif, memastikan mahasiswa siap menghadapi dunia kerja.

Salah satu terobosannya adalah sistem business requirement untuk mahasiswa program studi Bisnis, di mana mulai semester 5 mereka wajib memiliki usaha, semester 6 mengembangkan bisnis, dan semester 7 merencanakan ekspansi.

Konsep revolusioner ini menggantikan syarat tradisional seperti TOEFL, menunjukkan komitmen IBI KKG dalam menumbuhkan jiwa wirausaha sejak dini.

Pendekatan pembelajaran didukung dengan metode case study learning dan problem-solving oriented, yang melatih kreativitas, inovasi, dan adaptivitas mahasiswa.

Selain itu, IBI KKG juga memperluas akses pembelajaran melalui sistem blended learning yang fleksibel, didukung oleh platform digital kampus untuk mempermudah interaksi antara dosen dan mahasiswa.

Program inovatif seperti CEO Sharing, yang menghadirkan CEO untuk berbagi pengalaman, serta Capstone Project, memperkaya proses pembelajaran dan menjadikan kampus sebagai laboratorium dunia kerja nyata.

Di bidang penelitian, IBI KKG berhasil membangun jaringan strategis dengan universitas internasional, termasuk kolaborasi riset dengan profesor dari Malaysia yang menghasilkan publikasi di jurnal internasional bereputasi, termasuk yang terindeks Scopus.

Di bidang pengabdian kepada masyarakat, IBI KKG terus menjalin hubungan kerjasama berkelanjutan dengan lembaga internasional di Singapura
dan Malaysia, memberikan pendampingan kepada pelaku UKM agar dapat memasuki pasar regional dengan kapasitas dan kompetensi yang lebih kuat.

Tren Minat
IBI KKG menghadapi tantangan besar dalam menarik minat calon mahasiswa, terutama terkait perubahan perilaku keluarga terhadap pendidikan tinggi. Saat ini, minat masyarakat terhadap pendidikan tinggi menurun, seiring dengan stagnasi atau bahkan penurunan pendapatan riil masyarakat.

“Keluarga masih bisa menunda anaknya masuk perguruan tinggi, tapi akan merasa kurang nyaman jika menunda anaknya masuk SMA,” ujarnya.

Tantangan lainnya adalah kebijakan penerimaan mahasiswa baru di Perguruan Tinggi Negeri (PTN), yang semakin kompetitif bagi perguruan tinggi swasta.

IBI KKG memilih strategi dengan fokus pada positioning yang kuat, menjadi kampus bisnis berkelas yang mengintegrasikan dunia praktik dengan pendidikan.

Tiga program studi andalan, yaitu Bisnis, Manajemen, dan Akuntansi, tetap memiliki banyak peminat, dengan satu program studi mampu menerima lebih dari 100 mahasiswa. Program studi ini tetap menjadi daya tarik utama.

Menurut Hisar, kehadiran program studi baru seperti Sistem Informasi dan Informatika memerlukan strategi berbeda. IBI KKG perlu bekerja lebih keras untuk membangun kolaborasi erat dengan industri teknologi dan menerapkan kurikulum berbasis kebutuhan bisnis yang unik

Selain itu, IBI KKG tetap konsisten dengan pendekatan pembelajaran daring yang tidak sepenuhnya online, tetapi menggunakan sistem synchronous online, dengan kewajiban hadir secara virtual, seperti tatap muka di layar, bukan sekadar membagikan modul.

Lahirkan Profesional Berintegritas Tidak Hanya Bermotif Keuntungan

Sejalan dengan visi almarhum Kwik Kian Gie, menekankan pentingnya pendidikan yang tidak hanya menghasilkan lulusan dengan ijazah, tetapi juga lulusan dengan berilmu tinggi, beriman tinggi, berkarakter baik dan terpuji.

Nilai inti menjadi fondasi pembentukan karakter mahasiswa. Menurut Hisar, mereka diharapkan tidak hanya pintar, tetapi juga profesional yang berintegritas. Lulusan IBI KKG diharapkan tidak hanya sukses dalam karier, tetapi juga memiliki motif sosial dalam berwirausaha, bukan sekadar mencari keuntungan.

Untuk mewujudkan visi ini, IBI KKG menghadirkan pendekatan pembelajaran berbasis pengalaman. Sebelum resmi masuk kelas, mahasiswa baru mengikuti program pre-semester, di mana mereka diperkenalkan langsung dengan ruang kelas, laboratorium, dan interaksi dengan dosen serta mahasiswa.

“Harapan kita, melalui pertemuan ini, timbul inspirasi,” tuturnya.

Berbasis Pengalaman
Hisar menegaskan pentingnya pendidikan yang merancang pengalaman, bukan hanya menerima informasi. Strategi ini didukung dengan open house dan kampus tour interaktif,

mempermudah calon mahasiswa melihat kualitas fasilitas dan lingkungan akademik secara langsung, sesuai gaya belajar generasi Z yang lebih percaya pada pengalaman visual.

Kerja sama strategis dengan dunia pendidikan dan industri menjadi penopang relevansi kurikulum. IBI KKG rutin menghadiri Edu Fair, mengadakan workshop untuk siswa dan guru, serta seminar karier untuk siswa SMA. Hal ini bukan hanya promosi, tetapi upaya pemberdayaan institusi pendidikan dasar.

Dalam dunia industri, kampus ini membangun hubungan kuat melalui program magang terstruktur dan sistematis, dilengkapi mata kuliah magang kerja, serta kelas bersama praktisi, yaitu alumni sukses yang kembali berbagi pengalaman di kelas.

“Kita tidak hanya mengundang mereka untuk bercerita, tetapi juga mengajar dan berbagi kenyataan di lapangan,” jelasnya

Penguatan digitalisasi menjadi kunci utama, di mana IBI KKG tidak melakukan hard selling di media sosial, melainkan menerapkan pendekatan soft selling edutainment. Mereka membagikan konten yang berfokus pada pembentukan karakter, gaya belajar yang efektif, dan perkembangan mahasiswa.

Dengan pendekatan ini, IBI KKG tidak hanya menarik perhatian, tetapi juga membangun kepercayaan, sebuah fondasi yang jauh lebih kuat dibandingkan sekadar iklan.

Pendanaan
IBI KKG menghadapi tantangan penurunan jumlah mahasiswa yang berdampak pada keberlanjutan finansial. Banyak kampus swasta masih bergantung hingga 100 persen pada pendapatan dari mahasiswa.

Namun, IBI KKG memiliki keunggulan strategis berupa dukungan yayasan yang kuat, yang selalu siap menutup kekurangan anggaran tanpa beban hutang, sehingga kampus dapat fokus pada pembangunan jangka panjang.

Menurut Hisar, IBI KKG memiliki dua strategi inti. Pertama, meningkatkan retention rate hingga mencapai target di atas 95 persen dengan mengurangi kebocoran mahasiswa dari tahun ke tahun.

Konsistensi jumlah mahasiswa dijadikan fondasi keuangan, bukan hanya mengandalkan penerimaan mahasiswa baru setiap tahunnya.

Kedua, pendekatan kreatif terhadap sumber dana eksternal, mulai dari program beasiswa yang didorong dan difasilitasi, hingga kerja sama strategis dengan industri yang turut menyumbang sarana dan prasarana.

Tantangan lain terkait akreditasi, yang membutuhkan dana besar, tidak dianggap sebagai tujuan akhir, melainkan sebagai konsekuensi dari kualitas. Akreditasi adalah hasil dari proses penjaminan mutu itu sendiri, sehingga bukan menjadi tujuan utama.

Prinsip ini sejalan dengan idealisme almarhum Kwik Kian Gie. Saat ini, IBI KKG berfokus pada kualitas proses, termasuk pengajaran yang unggul, penelitian intensif, publikasi ilmiah yang melimpah, serta keterlibatan mahasiswa dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). “Jadi memang untuk itu semua berkas membutuhkan uang, mahasiswanya akan datang kalau mereka yakin dengan kualitas,” ungkapnya.

Kontribusi Alumni
Alumni IBI KKG telah menunjukkan kontribusi yang luas dan berkelanjutan di berbagai sektor, baik di tingkat lokal maupun nasional. Dari kewirausahaan hingga teknologi, konsultasi keuangan, akademisi, politik, dan seni, alumni ini menjadi agen perubahan yang inovatif dan berintegritas.

Banyak dari mereka mendirikan startup seperti FintekKKG dan DataInno, yang tidak hanya menawarkan solusi digital untuk UMKM, tetapi juga menjadi mentor dalam hackathon kampus.

Di sektor keuangan, alumni memegang posisi strategis di perusahaan dan perbankan, membantu meningkatkan tata kelola dan akses keuangan masyarakat.

Kontribusi internal alumni juga sangat kuat, menghubungkan kampus dengan masyarakat. Program mentorship dan Career Talk yang diisi alumni senior membantu mahasiswa memahami dunia kerja. Lebih dari 120 perusahaan, termasuk BUMN dan multinasional, menjadi mitra magang berbayar berkat jaringan alumni.

Mereka juga berperan dalam penyusunan kurikulum agar relevan dengan kebutuhan industri, seperti Digital Marketing dan Data Analytics. Selain itu, donasi alumni membentuk Hisar Alumni Fund untuk beasiswa mahasiswa berprestasi dari keluarga kurang mampu.

Banyak alumni juga menjadi juri eksternal di lomba Program Kreativitas Mahasiswa dan berkolaborasi dengan dosen dalam riset terapan, seperti energi terbarukan dan ekonomi digital, yang hasilnya berkontribusi pada publikasi ilmiah dan kebijakan lokal.

Kampus Berdampak
Program Kampus Berdampak menjadi inti transformasi IBI KKG. Program ini dirancang untuk menjadikan kampus lebih dari sekadar tempat belajar, tetapi juga pusat inovasi dan solusi nyata bagi masyarakat.

Salah satu strateginya adalah membuat kurikulum yang dinamis, dengan evaluasi dan penyesuaian setiap 2–3 tahun mengikuti tren pasar, termasuk industri 4.0 dan ekonomi hijau.

Program inkubator bisnis IBI Ventures, yang didirikan oleh alumni, kini mengelola 15 startup mahasiswa dengan pendanaan dari alumni investor. Skema Revenue-Sharing diterapkan pada startup sukses untuk memastikan keberlanjutan pendanaan.

Selain itu, IBI Connect, platform digital yang menghubungkan alumni dan mahasiswa, menyediakan koneksi, mentoring, dan pelatihan kompetensi dengan biaya rendah, dilengkapi dashboard data real-time yang menunjukkan indikator seperti jumlah lapangan kerja, publikasi riset, dan dampak sosial terhadap UMKM.

Kegiatan seperti kampus tour, workshop, dan pelatihan keuangan untuk UMKM juga menjadi bagian strategi ini, dengan target melatih 500 UMKM dan meningkatkan rata-rata pendapatan sebesar 15 persen.

“Kampus yang berdampak adalah yang mampu mengubah hidup, bukan hanya meningkatkan IPK,” ujarnya.

 

 

Tonton Video Selengkapnya

Artikel Terkait