Prof. Dr. Chairil Anwar, Ketua BPH UMP (foto: ump.ac.id)

Chairil Anwar – Modal Utamanya Otonomi Luas dan Nama Besar Muhammadiyah

Share

Ia masuk Jurusan Kimia MIPA UGM tahun 1973. Saat masih sebagai mahasiswa, berkesempatan menjadi asisten dosen. Sehingga pada tahun 1977, ia tercatat sudah menjadi PNS.

Gelarnya saat itu masih sarjana muda, Bsc. Setahun kemudian, tepatnya 1978, pendidikan sarjana S1 selesai, pangkatnya pun naik menjadi Golongan 3A.

“Saya sudah pensiun,usia 71 tahun sekarang, purna tugas sebagai guru besar di Departemen Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UGM,” katanya.

Sejak mahasiswa Chairil Anwar, aktif di organisasi kemahasiswaan. Ia termasuk alumni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI). Hal itu menjadikannya sangat dekat dengan tokoh-tokoh Muhammadiyah, khususnya di Yogyakarta. Ia sudah menjadi anggota saat organisasi kemasyarakatan itu dipimpin Amien Rais, kemudian Buya Syafi’i Ma’arif, Din Syamsuddin, hingga saat ini dipegang Haedar Nashir.

Hubungan baik tersebut terus terjalin, hingga kemudian ia diangkat sebagai Ketua Majelis Pendidikan Tinggi Pimpinan Pusat Muhammadiyah tahun 2005 sampai 2010, saat itu belum memakai ada Litbang. Ketika ada majelis pakar dalam struktur kepengurusan, ia pun dipercaya sebagai salah satu dewan pakar.

Nama Besar

Saat ini, Muhammadiyah termasuk salah satu organisasi kemasyarakatan yang sukses mengelola pendidikan, dari tingkat dasar hingga pendidikan tinggi. Bahkan banyak sekali Universitas Muhammadiyah berada di papan atas, dan masuk dalam katagori akreditasi unggul. Menurut Prof Chairil Anwar hal itu tidak terlepas dari kebijakan Kemenrisetdikti untuk menciutkan perguruan-perguruan tinggi swasta.

Seluruh perguruan tinggi milik Muhammadiyah yang dulu dibawah koordinasi Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisyiah (PTMA), bergabung. Dari semula 173 perguruan tinggi diciutkan menjadi 162. Sekolah tinggi, institut, dan akademi, bergabung menjadi universitas. Jumlahnya sekitar 60- an yang memakai nama universitas.

Kunci keberhasilan pendidikan tinggi Muhammadiyah, kata Chairil Anwar, sejatinya lazim dilakukan di kalangan pendidikan tinggi yaitu, memberikan otonomi atau kepercayaan atau kebebasan seluas-luasnya. Pimpinan pusat, dalam hal ini majelis pendidikan tinggi hanya memberikan arahan secara garis besar, kemudian mengkoordinasikan dalam berbagai pertemuan. Tidak menggelontorkan dana. Jadi berupaya mencari dananya masing-masing.

Kedua, modal nama besar Muhammadiyah dan Aisyiyah. Jadi dengan menggunakan nama tersebut, mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Dan ketiga, majelis pendidikan tinggi memberikan rangsangan untuk kemajuan semua perguruan tinggi tersebut.

“Jadi mulai dari Aceh sampai ke Papua, Lampung, sampai Jakarta, kemudian ada Purwokerto, ujung timur itu Surabaya, sampai Bali, ada yang membersamai selain majelis Dikti itu, yaitu pimpinan-pimpinan perserikatan di bawah PP,” katanya.

Empat Dharma

Muhammadiyah secara organisatoris di tingkat provinsi, ada pimpinan wilayah, di tingkat kabupaten kota, pimpinan daerah, di tingkat cabang ada pengurus kecamatan, bahkan di bawahnya ada yang disebut ranting. Komponen-komponen itu yang membersamai seluruh perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah, merangsang para pimpinan agar memberikan pengelolaan sebaik-baiknya.

Menurut Chairil Anwar, perguruan tinggi Muhammadiyah dan Aisyiyah senantiasa bekerja sama dengan pimpinan daerah setempat atau dengan birokrasi nasional.

Sekalipun memberi kebebasan tiap-tiap perguruan tinggi, katanya, kendali tetap ada pada pimpinan pusat Muhammadiyah. Berdasarkan legalitas formal, misalnya, seluruh aset yang dimiliki, adalah milik pimpinan pusat Muhammadiyah. Salah satu contoh misalnya di Purwokerto, walaupun yang membeli tanah adalah Universitas Muhammadiyah, kepemilikannya atas nama pimpinan pusat Muhammadiyah. Itu berlaku di seluruh Indonesia.

Dalam konteks sentralistik, yang pertama hanya menyangkut pemberian SK rektor. Jadi SK rektor diberikan oleh pimpinan pusat Muhammadiyah. Sekalipun demikian, pimpinan pusat tidak sewenang-wenang. Jadi dalam pemilihan rektor, ada senat universitas, pimpinan wilayah, dan majelis, yang berfungsi memberikan penilaian.

“Fungsi majelis tidak semata-mata seperti atasan gitu, tapi barangkali semacam partner yang berkerja bersama-sama,” katanya.

Sebagai perguruan tinggi terpandang, dengan jumlah aset dan mahasiswa yang besar, Chairil Anwar tidak memungkiri menimbulkan potensi-potensi kompetisi, perbedaan pendapat, atau bahkan konflik internal. Namun, Muhammadiyah memiliki sistem untuk menekan potensi konflik. Misalnya pemilihan posisi rektor, kemudian wakil rektor, dekan dan wakil dekan bahkan sampai pada tingkat kepala prodi, dilakukan berjenjang yang melibatkan partisipasi seluas-luas dari pimpinan hingga level bawah.

Selain itu, perguruan tinggi di lingkungan Muhammadiyah menjunjung tinggi kebersamaan. Menerapkan empat dharma, yaitu dharma pendidikan, dharma penelitian, dharma pendidikan masyarakat, dan yang keempat dharma Al Islam dan kemuhammadiyahan.

5.000 Mahasiswa Baru

Chairil Anwar juga melihat bahwa faktor lokal juga sangat menentukan. Biasanya, kota yang pernah menjadi tuan rumah muktamar Muhammadiyah, perguruan tingginya juga unggul. Purwokerto, sekalipun kota kecil, pernah menjadi tuan rumah tahun 1953. Kemudian Solo, pada muktamar terakhir. Jadi dalam lima muktamar terakhir, ditempatkan di kampus-kampus.

Tetapi soal perguruan tinggi di kota kecil bisa lebih unggul, menurutnya, tergantung dari prioritas perguruan tinggi tersebut. Misalnya Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), memberikan perhatian lebih besar pada SDM, pada program-program, dan fasilitas yang kemudian menjadi dasar agar menjadi unggul. Sehingga sampai sekarang 65 % prodi di lingkungan UMP, berstatus unggul.

“Kami memiliki 14 guru besar, termasuk Pak Rektornya baru saja mendapatkan SK, Prof Dr Jebul Suroso,” katanya.

Chairil Anwar menuturkan bahwa saat ini UMP sudah sangat berkembang. Secara keseluruhan, mahasiswa UMP saat ini berjumlah 18.000 orang. Dalam lima tahun terakhir, penerimaan mahasiswa baru terus meningkat. Pada tahun 2024, menerima lebih dari 5.000 mahasiswa baru,djika ditambah yang ikut program profesi guru, mencapai 10.000.

Kepercayaan masyarakat terhadap UMP meningkat. Setidaknya 30 persen dari 260 tenaga dosen, bergelar doktor, dan saat ini yang masih studi S3. Di sisi lain gedung dan prasarananya juga representatif. Fasilitas kampus di dua tempat, Kampus Dukuh Waluh yang disebut sebagai kampus satu, atau kampus pusat, kampus dua di Jalan Suparjo Rustam.

Alhamdulillah di kampus dua ini sudah berdiri maJsjid yang cukup besar di pinggir jalan. Tahun lalu Presiden Jokowi sempat mendatangi kampus dan memberi bantuan,” katanya.

Bantuan tersebut sudah mulai pembangunannya, gedung 13 lantai yang sepenuhnya didanai Kementerian PUPR, dengan anggaran Rp 119 miliar.

Bisnis Gas

Nilai lebih lain menurut Chairil Anwar, adalah beberapa dosen UMP, masuk di jajaran pengurus pimpinan pusat. Mereka duduk di majelis pembinaan cabang dan ranting. UMP juga mendapat kepercayaan dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah karena berbagai kegiatannya diselenggarakan di Purwokerto.

UMP juga memiliki rumah sakit bersama-sama dengan pimpinan daerah, yang didesain menjadi RS pendidikan, yaitu Rumah Sakit Islam Pendidikan. UMP juga mendapat hibah Rumah Sakit Husada. Di sisi lain, juga memiliki empat pompa bensin mini serta unit usaha pengisian gas subsidi tiga kilogram.

“Kita memiliki dua tangki untuk mendistribusikan. Jadi gas dari Pertamina dialirkan ke pabrik kami, kemudian kami distribusikan di lingkungan Cilacap dan Purwokerto,” katanya.

Tidak Menurun

Saat banyak perguruan tinggi swasta mengeluh penurunan jumlah mahasiswa baru, karena kalah bersaing dengan universitas negeri, UMP justru cenderung bertambah. Padahal UMP berdampingan dengan UIN Purwokerto.

Ia juga menyebutkan bahwa rektor dan jajaran staf akademika, memiliki cara yang berbeda dalam bekerja sama dengan masyarakat sekitar.

Setelah akreditasi unggul, tambah dia, target selanjutnya adalah mempersiapkan akreditasi internasional. Saat ini pun telah dimulai dengan menerima mahasiswa asing. Mereka diberi beasiswa untuk kuliah di UMP, misalnya dari dari Afrika dan Palestina.

UMP juga meminta dosen-dosen agar beberapa penelitian yang berpotensi besar, dijadikan start up dan dikomersialkan. Salah satu di antaranya, mungkin UMP, kampus satu-satunya di Indonesia baik negeri maupun swasta yang punya kebun kelapa kopyor. Juga ada dosen di fakultas farmasi yang bekerja sama Kementerian Kesehatan untuk mengkomersialkan penelitian S3.

Selain keunggulan yang ditawarkan, biaya kuliah di UMP juga terjangkau. Kampus juga memberikan beasiswa bagi mahasiswa yang punya kecakapan dalam bidang Hafiz Alquran, misalnya. Kemudian mereka yang memiliki kendala dari sudut ekonomi, dan berprestasi, juga berpeluang menerima beasiswa. Sehingga wajar jika UMP menjadi magnet tersendiri.

“UMP juga bekerja sama dengan pemerintah daerah. Misalnya kerja sama dengan Pemda yang mengirimkan mahasiswa untuk kuliah di Fakultas Kedokteran,” tambahnya.

Tonton Video Selengkapnya

Artikel Terkait