Prof. Dr. drh. Maxs U.E. Sanam, M.Sc. - Rektor Universitas Nusa Cendana

Maxs U.E. Sanam – Efisiensi dan Prioritas Menjadi Modal Utama

Share

Undana didirikan pada tahun 1962, institusi ini memiliki akar sejarah yang kuat. Saat itu, hanya terdapat beberapa fakultas, dengan Fakultas Peternakan sebagai tulang punggung karena Nusa Tenggara Timur (NTT) dikenal dengan potensi peternakannya.

Kemudian berkembang dengan pembukaan Fakultas Hukum serta Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Kini, Undana memiliki 11 fakultas dan satu program pasca sarjana, dengan 65 program studi mulai dari tingkat S1 hingga S3.

Transformasi penting terjadi ketika Undana berstatus Badan Layanan Umum (BLU) pada tahun 2017. Perubahan status ini memberikan ruang gerak dan fleksibilitas yang sangat besar bagi universitas untuk berkembang. Ini berkontribusi signifikan terhadap perolehan akreditasi tertinggi, yakni akreditasi unggul. Pencapaian ini menjadi bukti nyata keberhasilan strategi pengembangan institusi di tengah tantangan zaman.

Tak hanya mencetak prestasi akreditasi unggul, Undana juga menonjol sebagai satu-satunya universitas negeri di NTT yang meraih predikat tersebut. Maxs menyebutkan dengan keunggulan akreditasi yang dimilikinya, Undana kini menjadi panutan dalam pengembangan pendidikan tinggi di NTT.

Akreditasi Unggul

Undana telah meniti proses panjang dan terukur untuk mencapai akreditasi unggul. Sebuah prestasi yang hanya diraih oleh sekitar 154 dari lebih 4.000 perguruan tinggi di Indonesia. Perjalanan menuju predikat tertinggi ini bermula dari sistem nomenklatur lama (A, B, C) dan berkembang melalui serangkaian perubahan yang kini mengadaptasi peringkat “baik”, “baik sekali”, dan akhirnya “unggul.”

Menurutnya, langkah demi langkah peningkatan kualitas dilakukan melalui serangkaian reakreditasi. Pada tahun 2023, Undana memperoleh akreditasi B. Namun, melalui upaya perbaikan menyeluruh meliputi evaluasi mutu pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, institusi ini berhasil mengkonversi hasil tersebut menjadi predikat “baik sekali.”

Rencana selanjutnya, melalui pengajuan reakreditasi akhir tahun 2024, diharapkan akan membawa Peningkatan kualitas dosen, fasilitas, dan akreditasi program studi menjadi bagian penting dari strategi ini. Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi peningkatan signifikan di kalangan tenaga pendidik, termasuk penambahan sekitar 25 guru besar dan peningkatan jumlah lektor kepala.

Tidak dapat dipungkiri, pencapaian ini ditempuh dalam kondisi yang penuh tantangan. Di Provinsi NTT, pendapatan per kapita masih di bawah standar nasional dan tingkat kemiskinan relatif tinggi. Hal ini tercermin dari uang kuliah tunggal (UKT) yang hanya mencapai 33% dari standar biaya kuliah tunggal (BKT).

Meski demikian, semangat efisiensi dan prioritas strategis telah menjadi modal utama. Dedikasi dosen dan tenaga kependidikan yang rela bekerja keras meskipun imbalan yang diterima belum maksimal. Contohnya, penerimaan remunerasi dosen belum 100 persen.

Pengalokasian dana secara efisien telah memungkinkan renovasi ruang kelas standar, top-up dana penelitian, serta pendanaan program-program merdeka belajar seperti IISMA. Dukungan finansial juga datang dari kerjasama dengan pemerintah daerah, yayasan, dan mitra strategis seperti Bank Indonesia dan program CSR.

Mitra Strategis

Di samping pencapaian akreditasi, profil Undana semakin mengukuhkan posisinya sebagai institusi strategis di kawasan Timur. Dengan student body mencapai 32 ribu mahasiswa, porsi terbesar berada di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (sekitar 35 persen), didukung oleh 10 fakultas lainnya serta program pasca sarjana. Data alumni yang tercatat mencapai 96 ribu orang, meskipun masih dalam proses pembenahan data, menunjukkan luasnya jangkauan dan kontribusi Undana dalam mencetak tenaga ahli berkualitas.

Akreditasi unggul tidak hanya menjadi simbol prestasi, tetapi juga meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap mutu pendidikan yang setara dengan institusi terkemuka di wilayah barat. Prestasi ini membuka peluang beasiswa, meningkatkan akses pasar kerja bagi lulusan, dan memberikan dorongan moral bagi para dosen untuk terus berinovasi. Transformasi yang terjadi di lingkungan kampus sangat signifikan.

“Kalau dulu jalannya nunduk, sekarang jalannya sudah terangkat,” ungkapnya.

Bagi civitas akademika, terutama dosen dan tenaga kependidikan, akreditasi unggul bukan hanya alasan untuk bangga, melainkan juga panggilan untuk terus membuktikan keunggulan melalui peningkatan mutu layanan.

Lebih dari sekadar merayakan prestasi, semangat internal ini mendorong seluruh elemen di Undana untuk bekerja fokus dalam memperbaiki berbagai variabel yang disyaratkan oleh Badan Akreditasi Nasional. Dari peningkatan kualitas pengajaran, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, hingga pengelolaan tata kelola yang transparan dan efisien, langkah-langkah strategis ini diharapkan dapat menegaskan bahwa akreditasi unggul adalah cermin dari proses peningkatan mutu yang berkelanjutan.

Di luar lingkungan kampus, akreditasi unggul telah menempatkan Undana sebagai mitra strategis dalam pembangunan daerah. Prof. Maxs mencontohkan kerja sama aktif dengan pemerintah daerah melalui program-program unggulan seperti TJPS (Tanam Jagung Panen Sapi), yang diintegrasikan dengan inisiatif MBKM dan Kampus Mengajar. Mahasiswa Undana turut berperan sebagai agen perubahan, mendampingi implementasi program yang bertujuan meningkatkan mutu pembangunan wilayah dan kualitas pendidikan, terutama di jenjang dasar dan menengah.

Lebih jauh lagi, dosen dan peneliti di Undana tidak hanya berkutat di ruang kelas atau laboratorium. Keterlibatan mereka dalam proyek-proyek penelitian, pengabdian kepada masyarakat, hingga publikasi di jurnal bereputasi menjadi bukti nyata bahwa peran akademisi harus meluas hingga ke ranah sosial. Sinergi antara institusi pendidikan, pemerintah, dan mitra strategis seperti yayasan maupun CSR dari berbagai pihak, mengukuhkan Undana sebagai pionir yang memberikan kontribusi nyata bagi kemajuan masyarakat sekitar.

Lahan Kering Kepulauan

Universitas Nusa Cendana (Undana) tak hanya dikenal karena prestasinya dalam meraih akreditasi unggul, tetapi juga karena kekhasan letak geografis, ekosistem lahan kering kepulauan, dan budaya lokal yang kaya. Keunggulan tersebut menjadi modal utama dalam strategi pengembangan institusi, baik dari sisi internal maupun eksternal.

Ciri khas yang membedakan Undana adalah orientasi keilmuan yang disebut pola ilmiah pokok lahan kering kepulauan. Dengan lokasi yang berada di ekosistem lahan kering, riset di Undana tidak hanya berfokus pada pertanian semata, melainkan juga mencakup kajian budaya, ekologi, bahkan penyakit-penyakit yang tipikal di wilayah tersebut, baik yang menyerang hewan maupun manusia. Keunikan setting ini menjadikan Undana sebagai pusat pembelajaran dan riset bagi siapa pun yang ingin mendalami ekologi lahan kering kepulauan, sekaligus memperkaya ragam budaya, bahasa, dan tradisi khas Nusa Tenggara Timur.

Status akreditasi unggul yang kini diraih, Undana diharapkan mampu menarik minat mahasiswa dari berbagai daerah, bahkan luar provinsi. Setiap tahun, universitas ini memiliki daya tampung sekitar 6.500 mahasiswa baru yang tersebar di 50 program studi S1 dan D3.

Pencapaian akreditasi unggul menjadi modal strategis untuk mencegah fenomena brain drain, di mana calon mahasiswa yang tadinya mencari institusi berakreditasi unggul di Jawa atau Bali, kini memilih Undana sebagai tempat menimba ilmu dan mengasah potensi.

Di tengah kondisi sosial ekonomi di Nusa Tenggara Timur yang tidak seberat di wilayah barat, Undana menghadapi tantangan tersendiri. Banyak mahasiswa yang mengalami kesulitan membayar UKT karena situasi ekonomi lokal yang serba terbatas. Namun, berkat dukungan berbagai program bantuan pemerintah, seperti KIP Kuliah, sekitar 35 persen mahasiswa Undana mendapatkan beasiswa.

Undana telah lama dikenal sebagai institusi pendidikan tinggi yang tidak hanya menghasilkan lulusan berkualitas, tetapi juga memegang peranan strategis dalam pembangunan wilayah Nusa Tenggara Timur. Alumni Undana telah menunjukkan prestasi luar biasa tidak hanya di Nusa Tenggara Timur, melainkan di seluruh Indonesia.

Kiprah para alumni ini menjadi tolak ukur dan sumber kebanggaan yang menunjukkan bahwa kualitas pendidikan yang diberikan Undana telah menghasilkan insan-insan yang mampu berkontribusi secara signifikan dalam berbagai sektor, mulai dari pemerintahan hingga dunia wirausaha.

Menuju PTNBH

Menyongsong masa depan, Prof. Maxs mengungkapkan bahwa visi besar yang telah dirumuskan bersama para wakil rektor dan dosen senior adalah mengantarkan Undana menuju transformasi menjadi Perguruan Tinggi Negeri Berbadil Hukum (PTNBH). Akreditasi unggul sebagai prasyarat utama, transformasi ini diharapkan akan membuka peluang untuk mengembangkan unit-unit usaha yang mampu menghasilkan pendapatan non-akademik lebih signifikan.

“Dengan PTNBH, kami diberikan keleluasaan untuk melakukan enterprise entrepreneurship sehingga pendapatan dari unit-unit usaha bisa mendukung keberlanjutan dan peningkatan mutu pelayanan,” jelasnya.

Meskipun masa jabatan Prof. Maxs akan segera berakhir, mimpi dan program-program transformasi yang telah dirancang akan terus menjadi fondasi untuk kemajuan Undana, memastikan bahwa institusi ini tetap relevan, adaptif, dan mampu mencetak generasi penerus yang handal serta berdaya saing di kancah nasional.

Tonton Video Selengkapnya

Artikel Terkait