Prof. Dr. Ahmad Alim Bachri, SE., M.Si. - Rektor Universitas Lambung Mangkurat

Fokus Garap Lahan Basah Capai Akreditasi Unggul – Prof. Dr. Ahmad Alim Bachri, SE., M.Si.

Share

Prof. Dr. Ahmad Alim Bachri mengawali pendidikannya di Universitas Hasanuddin, tempat menyelesaikan jenjang S1 hingga S3 di bidang ekonomi. Sebelum berkecimpung di dunia akademik, ia sempat berkarier di dunia industri, bekerja di perusahaan agroindustri hingga sempat menjabat sebagai General Manager di PT Kalimantan Tata Satwa yang bergerak di bidang breeding farm.

Tahun 1995 memutuskan mengabdi sebagai dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Lambung Mangkurat (ULM). Keputusan ini menjadi awal dari perjalanan panjang dalam dunia akademik dan manajerial kampus. Prof. Ahmad pernah dipercaya menduduki berbagai jabatan strategis, antara lain Ketua Jurusan Manajemen, Ketua Lembaga Penelitian, Wakil Rektor Bidang Akademik, hingga Wakil Direktur proyek internasional.

Ia memutuskan meninggalkan kenyamanan dunia industri dan memilih mengabdi sebagai dosen meski harus mendapat penghasilan yang jauh lebih rendah.

“Cita-cita saya bukan jadi direktur atau manajer. Saya ingin jadi profesor,” ungkapnya.

Salah satu tonggak penting dalam kariernya sebagai dosen, ketika ditunjuk sebagai Ketua Tim proyek Technological and Professional Skills Development Project (TPSDP), kerja sama antara Kementerian Pendidikan dan Bank Dunia. Keberhasilannya dalam proyek ini membawanya dipercaya menjadi Wakil Direktur Project Implementation Unit (PIU) untuk program internasional bersama Islamic Development Bank (IDB). Pada tahun 2000, ia terpilih sebagai Ketua Jurusan Manajemen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis hingga 2004.

Tahun 2010, ia diterima sebagai Chief Economist untuk wilayah regional Kalimantan di Bank BNI, sebelum kembali ditugaskan menjadi Ketua Lembaga Penelitian ULM pada 2011. Tahun 2014 ia dilantik sebagai Wakil Rektor Bidang Akademik hingga 2018. Meski sempat kembali berkiprah
di Bank BNI pada 2019–2022, ia tetap menjalankan Tridharma sebagai dosen aktif. Hingga akhirnya, pada Oktober 2022, resmi dilantik sebagai Rektor.

“Menjadi rektor bukan soal jabatan, ini soal tanggung jawab terhadap masa depan pendidikan dan anak-anak bangsa,” katanya.

Capaian Monumental

Sebagai perguruan tinggi tertua di Kalimantan yang berdiri pada tahun 1958, ULM memiliki beberapa berbagai capaian monumental dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pengabdian masyarakat. Capaian ini sesuai dengan visi universitasnya yaitu kampus yang unggul di bidang lingkungan lahan basa, sebuah visi yang berasal dari kondisi geografis Kalimantan Selatan yang lebih dari 33%-nya wilayahnya terdiri atas gambut dan rawa.

Sebagai perguruan tinggi tertua di Kalimantan, ULM juga sangat beruntung karena mendapat dukungan penuh dari pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/ kota di Kalimantan Selatan.

Setiap tahun, menerima hibah dari pemerintah daerah untuk berbagai kebutuhan, termasuk pembiayaan kegiatan, pembangunan infrastruktur, dan pengembangan akademik. Sebagai contoh, pada tahun 2023, ULM menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNAS), seluruh biaya penyelenggaraannya sekitar Rp. 40 miliar ditanggung Pemprov Kalsel. 

Menurut Prof. Ahmad, bantuan pemerintah daerah juga mencakup hibah untuk bantuan biaya pendidikan bagi dosen yang study lanjut S3. Ada hibah untuk pembangunan gedung Fakultas Kedokteran yang nilainya ratusan miliar rupiah. Juga untuk gedung Pascasarjana, Gelanggang Olahraga dan Seni Mahasiswa, serta lapangan mini soccer, sebagian besar dananya berasal dari Kabupaten Kotabaru. Kabupaten Balangan memberikan dukungan luar biasa dengan menanggung 100% UKT mahasiswa yang berasal dari daerah tersebut. 

“Tidak hanya dari pemerintah daerah, ULM juga mendapat dukungan beasiswa dari berbagai perusahaan di Kalsel, baik swasta maupun BUMN,” katanya.

Dalam rangka meningkatkan Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM) di Kalsel, ULM juga berencana mengembangkan kampus Program Studi di Luar Kampus Utama (PSDKU) di beberapa kabupaten, seperti Kotabaru dan Balangan. Pemerintah daerah kabupaten tersebut telah menyatakan kesediaannya untuk memberikan hibah sarana dan prasarana demi mendukung program ini. 

Konservasi Lingkungan 

Komitmen terhadap riset dan konservasi lingkungan diwujudkan dengan pengelolaan lahan mangrove seluas 611 hektare di Kabupaten Kotabaru. Lahan tersebut kini dikembangkan sebagai pusat penelitian mangrove tropis Indonesia, hasil kerja sama dengan Kementerian Kehutanan dan telah ditandatangani oleh Investasi. Laboratorium ini digadang-gadang sebagai yang pertama dan satu- satunya di Indonesia, bahkan potensial menjadi yang terbesar di tingkat dunia.

Menurut Ahmad, laboratorium ini tidak hanya ditujukan untuk keperluan akademik dan penelitian, tetapi juga untuk memperkuat jejaring kerja sama dengan universitas-universitas luar negeri yang memiliki fokus serupa di bidang lingkungan. Harapannya, keberadaan fasilitas ini dapat menjadi daya tarik kolaborasi ilmiah, sekaligus membuktikan bahwa universitas daerah pun mampu menjadi poros penting dalam riset global. 

“Lahan mangrove ini menjadi titik awal riset global yang berpijak dari Kalimantan untuk dunia,” katanya.

ULM juga turut serta berkontribusi mengelola hutan pendidikan (KHDTK) seluas 1.617 hektare di wilayah Mandiangin, Kabupaten Banjar. Hutan ini kini dalam tahap pemulihan ekosistem melalui kerja sama dengan berbagai perusahaan seperti PT Arutmin, PT Bandangan Tirta, dan PT Sapwa. Sarana seperti barak mahasiswa telah dibangun dan kini mampu menampung lebih dari 500 mahasiswa untuk praktik lapangan dan penelitian.

Sebagai universitas berbadan layanan umum (BLU), ULM juga berupaya menjadikan sumber daya yang dimiliki sebagai potensi income generating. Namun, rektor menekankan bahwa tujuan utama tetap pada kelestarian dan kebermanfaatan jangka panjang. 

“Kami ingin mangrove ini tidak hanya jadi pusat ilmu, tapi juga pusat kehidupan. Baik untuk ekosistem maupun kesejahteraan masyarakat di sekitarnya,” katanya. 

Dalam praktiknya, ULM menjalin kerja sama dengan PT Freeport Indonesia untuk melakukan rehabilitasi areal mangrove. 

Salah satu syarat dari kerjasama tersebut yaitu ULM turut serta berkomitmen untuk memberdayakan masyarakat lokal melalui pendekatan berbasis wisata edukatif dan perikanan. Salah satu program andalannya adalah budidaya kepiting cangkang lunak yang digerakkan oleh Fakultas Perikanan. Kegiatan ini tidak hanya ditujukan untuk penelitian, tetapi juga menjadi bagian dari kegiatan KKN mahasiswa yang diarahkan langsung ke wilayah sekitar lahan mangrove

“Kalimantan adalah paru- paru dunia. ULM punya tanggung jawab moral dan ilmiah untuk menjaganya,” tambahnya.

Akreditasi Unggul

ULM resmi meraih Akreditasi Unggul dari BAN-PT pada 29 April yang lalu, setelah melakukan proses reakreditasi yang sebelumnya berstatus A. Capaian ini menempatkan ULM sebagai salah satu dari kurang dari 200 perguruan tinggi unggul di Indonesia dari total lebih dari  4.000 institusi.

Menurut Prof Ahmad, dampaknya sangat nyata. Akreditasi unggul menjadi modal kepercayaan publik, memperkuat posisi ULM dalam kerja sama akademik, pertukaran mahasiswa, dan peningkatan layanan pendidikan. Selain itu, juga menjadi prasyarat strategis untuk menuju status Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTNBH) di masa mendatang

Hingga saat ini, ULM memiliki sekitar 60 program studi yang telah terakreditasi A dan Unggul, mewakili lebih dari 50% dari  total program studi aktif. Dalam Akreditasi internasional, 7 program studi sudah meraih akreditasi internasional, dan pada tahun ini ULM mengajukan 10 program studi tambahan untuk Akreditasi Internasional. Juga berniat mengajukan 5 program studi Fakultas Teknik untuk Akreditasi Internasional dan diharapkan pada tahun 2027 nanti sekitar 30 program studi sudah terakreditasi.

 “Kami ingin membawa ULM menjadi kampus berstandar  global dengan tetap berakar pada nilai dan kebutuhan masyarakat Kalimantan,” katanya.

Student Body

Saat ini, ULM memiliki 11 fakultas yang tersebar di dua kota, yakni Banjarmasin dan Banjarbaru, masing-masing dengan spesialisasi bidang keilmuan yang berbeda. Di Banjarbaru, ULM terdiri fakultas- fakultas yang bergerak di bidang ilmu eksakta, antara lain Fakultas Teknik, MIPA, Kehutanan, Pertanian, dan Perikanan. Sebagian fasilitas pendidikan kedokteran juga berada di kota ini. Sementara itu, Banjarmasin menjadi pusat bagi fakultas-fakultas ilmu sosial dan humaniora, termasuk Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Hukum, Ekonomi, FISIP, serta Fakultas Kedokteran Umum dan Kedokteran Gigi. 

Menurut Ahmad, secara keseluruhan, ULM kini memiliki 124 program studi aktif, termasuk lebih dari 10 program studi baru yang tengah diproses dan diharapkan mulai menerima mahasiswa dalam waktu dekat. Untuk jenjang pascasarjana, ULM telah membuka lebih dari 30 program studi magister (S2), 12 program doktoral (S3), serta 8 program studi dokter spesialis, termasuk program spesialis neurologi yang baru berjalan dan program kardiovaskular yang sedang dalam tahap persiapan.

“Dari sisi kelengkapan dan jumlah program studi, ULM termasuk yang paling komprehensif di Kalimantan, khususnya untuk pendidikan dokter spesialis,” katanya.

Jumlah mahasiswa aktif ULM saat ini mencapai lebih dari 32.000 orang yang berasal dari seluruh penjuru Indonesia, dari Sabang hingga Merauke. Bahkan, terdapat juga mahasiswa asing yang memilih ULM sebagai tempat menimba ilmu. Cakupan nasional ini menunjukkan tingginya kepercayaan masyarakat terhadap kualitas dan daya tarik kampus yang berlokasi di jantung Kalimantan ini.

Setiap tahunnya, ULM menerima lebih dari 7.000 mahasiswa baru untuk jenjang sarjana. Sementara itu, jumlah pendaftar mencapai lebih dari 30.000 orang dari seluruh jalur seleksi, termasuk jalur tes nasional, jalur prestasi, dan jalur mandiri. Untuk jalur tes saja, data terakhir mencatat bahwa jumlah pendaftar mendekati 17.000 peserta.

Dengan kapasitas akademik yang terus diperluas dan jangkauan penerimaan mahasiswa yang semakin luas, ULM menegaskan perannya sebagai institusi pendidikan tinggi yang inklusif, berdaya saing, dan mampu menjawab kebutuhan pendidikan nasional, khususnya di wilayah timur Indonesia.

Beberapa alumni diantaranya telah menduduki posisi strategis di tingkat nasional. Salah satu yang paling menonjol adalah Dr. Muhammad Hanif Faisal, Menteri Lingkungan Hidup. Ada Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian PUPR, Ir. Roy Rizali Anwar, S.T., M.T .Juga Gusti Pangeran Heru Saleh, mantan Wakil Ketua Komisi DPR RI dan Prof. Dr. Ir. Gusti Muhammad Hatta mantan Menteri Lingkungan Hidup

Alumni-alumni ini menjadi bukti nyata bahwa ULM bukan hanya mencetak sarjana, tetapi juga pemimpin dan penggerak perubahan bagi bangsa.

Siap Menuju PTN-BH Dengan UKT Terendah 

 

Dengan akreditasi unggul, ULM saat ini berada dalam jajaran tiga besar nasional sebagai calon Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (PTN-BH). Hal ini menunjukkan kesiapan ULM baik dari sisi tata kelola, kapasitas kelembagaan, maupun kinerja tridharma. 

Pada prinsipnya, begitu ditugaskan, kita harus siap,” ujar Prof. Ahmad

Meski telah mencapai banyak kemajuan, menurut rektor masih terdapat sejumlah program penting yang harus dituntaskan. Salah satunya adalah peningkatan kualitas sarana dan prasarana laboratorium. Saat ini, ULM tengah dalam proses akreditasi enam laboratorium utama oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN), yaitu laboratorium air, udara, tanah, material, laboratorium terpadu, dan satu laboratorium lainnya yang sedang dalam pengajuan.

Tim visitasi dari KAN telah melakukan peninjauan, dan diharapkan hasil akreditasi keluar pada bulan Agustus. Jika terakreditasi, laboratorium- laboratorium ini tidak hanya akan meningkatkan kualitas riset dan pembelajaran, tetapi juga akan menjadi pusat layanan pengujian yang diakui secara nasional.

Hal ini memungkinkan ULM menjadi rujukan bagi pemerintah maupun swasta dalam pengujian kualitas lingkungan, tanpa perlu lagi mengirim sampel keluar Kalimantan.

Langkah menuju PTN-BH dan penguatan fasilitas riset ini menegaskan komitmen ULM untuk menjadi perguruan tinggi berbasis riset dan inovasi yang tidak hanya unggul secara administratif, tetapi juga relevan secara ilmiah dan sosial. 

Pilihan Mengabdi

Di tengah karier yang pernah mapan di sektor swasta, Prof. Ahmad Alim Bachri membuat keputusan besar: meninggalkan dunia industri dan memilih jalan hidup sebagai pendidik. Baginya, langkah itu bukan sebuah penyesalan, melainkan ladang ibadah yang penuh berkah.

“Sama sekali saya tidak menyesal. Menjadi dosen adalah bagian dari amal jariyah. Ilmu yang bermanfaat itu akan terus mengalir pahalanya,” ungkapnya.

Komitmen beliau terhadap pada masyarakat terlihat dari berbagai kebijakan dan tindakan nyata. Salah satunya adalah ketika 264 mahasiswa baru tidak bisa melakukan daftar ulang karena kendala ekonomi. Prof. Ahmad langsung menulis surat, menghadap DPR dan Gubernur, hingga akhirnya seluruh biaya kuliah mahasiswa tersebut dapat ditanggung pemerintah daerah. 

Sejak menjabat sebagai Wakil Rektor I pada 2013 hingga kini menjabat sebagai Rektor, ULM tidak pernah menaikkan UKT. Bahkan, UKT tertinggi untuk Fakultas Kedokteran hanya sebesar Rp17 juta, jauh di bawah perguruan tinggi negeri lainnya. ULM juga tidak menerapkan sumbangan pengembangan institusi (SPI) pada jalur mandiri.

“Saya tahu betul sulitnya orang miskin ingin sekolah. Karena itu, kami tidak membebani mereka dengan biaya tambahan,” ujarnya. 

ULM bahkan memiliki kandang sapi berkapasitas 200 ekor yang dikelola kampus bekerja sama dengan Polda, Badan Intelijen Daerah, dan PT Antang Meratus. Hasil dari peternakan tersebut digunakan untuk membantu mahasiswa kurang mampu dalam membayar UKT.

“Kalau ada mahasiswa yang tetap kesulitan meski UKT-nya sudah ringan, lapor ke saya. Insyaallah bisa kita bantu dari honor yang ada,” tegasnya.

Tonton Video Selengkapnya

Artikel Terkait