Dr. Supari, S.T.,M.T. - Rektor Universitas Semarang

Dr. Supari – Undip Sebelum Dinegerikan Bernama Universitas Semarang

Share

Setelah menyelesaikan pendidikan S1 Teknik Elektro di Universitas Diponegoro (Undip) pada tahun 1996, Dr. Supari, S.T., M.T. awalnya berencana untuk bekerja di Jakarta. Namun, salah satu dosen penguji tugas akhirnya merekomendasikan dirinya kepada dosen pembimbing, yang ternyata menjabat sebagai Ketua Jurusan di Universitas Semarang (USM). Dari situlah datang tawaran untuk menjadi dosen.

Terbiasa berdiskusi dengan para senior, ia pun berkonsultasi terlebih dahulu. Saran yang ia terima cukup tegas, daripada mencari pekerjaan yang belum pasti, lebih baik memanfaatkan peluang yang sudah tersedia. Maka, sejak lulus, ia langsung menerima tawaran menjadi dosen di USM.

Meski telah mengajar, sebagai anak muda yang penuh semangat, ia tetap ingin memperkaya pengalaman di lapangan. Ia pun menjalani dua peran sekaligus, yakni mengajar sebagai akademisi dan bekerja sebagai kontraktor serta konsultan di bidang teknik.

Pada tahun 1999, ia memutuskan untuk fokus melanjutkan studi Magister Teknik di Universitas Gadjah Mada (UGM), sehingga sementara waktu melepaskan aktivitas profesionalnya. Setelah lulus pada tahun 2002, ia kembali aktif di dunia akademik sekaligus melanjutkan kegiatan praktik profesional. Pengalaman lapangan tersebut juga menjadi materi yang ia sampaikan kepada mahasiswa di dalam kelas.

Tahun 2008 menjadi titik penting dalam perjalanan kariernya saat memutuskan melanjutkan pendidikan doktoral di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Sejak saat itu, mulai meninggalkan dunia praktisi dan semakin menekuni jalur akademik, hingga akhirnya fokus sepenuhnya pada dunia pendidikan tinggi.

“Kelihatannya passion saya memang di akademisi, meneruskan perjuangan para pendiri USM untuk ikut mencerdaskan bangsa,” ungkapnya.

Kariernya di USM terus berkembang. Ia pernah menjabat sebagai Sekretaris Fakultas Teknik, Wakil Rektor I, Staf Ahli Pembangunan Bidang Mechanical Engineering, dan Wakil Rektor III. Sejak tahun 2021, ia dipercaya memimpin Universitas Semarang sebagai Rektor.

Sejarah USM

Supari menceritakan, tokoh awal pencetus berdirinya USM adalah Ketua Ikatan Alumni Undip saat itu, Prof. Ir. Joetata Hadihardaja. Ide tersebut kemudian disampaikan kepada Rektor Undip, Prof. Sudarto, S.H. Namun, dalam proses pendiriannya, terjadi pergantian Rektor Undip kepada Prof. dr. Moeljono S. Trastotenojo.

Perubahan tersebut tidak menghalangi proses pendirian, yang akhirnya berlanjut hingga berdirinya Politeknik Semarang pada tahun 1987. Dengan demikian, ketiga tokoh ini menjadi pendiri awal Politeknik Semarang.

Setelah berjalan sekitar enam tahun, Politeknik ini berubah menjadi Universitas Semarang (USM) pada tahun 1993. Pada masa itu, Direkturnya adalah Ir. Widjatmoko, yang turut berperan dalam mempersiapkan transformasi. Ketika universitas ini resmi berdiri, rektor Undip telah berganti menjadi Prof. Dr. H. Muladi, SH.

Sehingga, para pendiri USM ada lima tokoh, yaitu Prof. Ir. Joetata Hadihardaja, Prof. Sudarto, S.H., Prof. dr. Moeljono S. Trastotenojo, Ir. Widjatmoko, dan Prof. Dr. H. Muladi, S.H.

“Jasa-jasa mereka pada masa itu sangat penting dan tidak boleh dilupakan. Saya pribadi sangat menghargai perjalanan sejarah tersebut,” katanya.

Darah Undip

USM didirikan oleh para alumni Undip melalui Yayasan Alumni Undip. Sejak awal, kedekatannya dengan Undip sangat terasa dan membawa dampak positif yang signifikan. USM menjadi salah satu pilihan masyarakat karena menjaga kualitas akademik serta menyediakan sarana dan prasarana yang memadai. Meskipun biaya pendidikannya tergolong terjangkau, kualitasnya tetap diperhatikan. Selain itu, keberadaan nama Undip turut memperkuat citra dan daya tarik USM.

Tidak mengherankan jika ada yang menyebut USM sebagai ‘Undip KW’, karena banyak tokoh pendiri dan dosennya berasal dari Undip. Bahkan, banyak terjadi, ketika seseorang tidak diterima di Undip, mereka melanjutkan pendidikan di USM dan tetap diajar oleh dosen yang sama.

Hal menarik lainnya, nama Universitas Semarang sendiri pernah menjadi nama awal sebelum Undip resmi menyandang nama Universitas Diponegoro. Oleh karena itu, secara historis maupun emosional, USM seolah membawa jejak dan semangat yang sama.

“USM ini darahnya darah Undip. Jadi memang tidak bisa dilepaskan dari Undip,” ujar Supari.

Bahkan hingga saat ini, tokoh-tokoh Undip yang pernah menduduki jabatan tertinggi di institusi tersebut masih aktif terlibat dalam pengelolaan USM. Pembina Yayasan Alumni Undip saat ini diketuai oleh Prof. Sudharto P. Hadi, M.E.S., Ph.D., dengan anggota Prof. Drs. H. Mohammad Nasir, Ak., M.Si., Ph.D., dan Prof. Dr. Yos Johan Utama, S.H., M.Hum. Ketiganya merupakan mantan Rektor Undip. Selain itu, terdapat dua anggota pembina lainnya, yakni Ir. Soeharsojo, IPU, dan Drs. Kodradi, yang meskipun bukan mantan rektor Undip, tetap memainkan peran penting dalam yayasan.

“Oleh karena itu, saya sampaikan kepada Rektor Undip yang sekarang, suatu saat nanti jika sudah purna tugas, juga akan terlibat dalam pengelolaan USM. Sejarah telah menunjukkan arah dan jejaknya ke sana,” katanya.

Lebih Maju

Supari mulai bergabung dengan USM pada awal tahun 1996, tepat tiga tahun setelah perubahan status menjadi universitas. Saat itu, kampus masih berlokasi di Jalan Atmodirono, dengan fasilitas yang sudah cukup memadai, meskipun jika dibandingkan dengan kondisi saat ini, tentu masih jauh tertinggal.

Seiring bertambahnya jumlah mahasiswa, kebutuhan akan sarana dan prasarana pun meningkat. Seluruh aktivitas kampus kemudian dipindahkan ke lokasi baru di Jalan Soekarno-Hatta, Telogosari. Mengingat lahan di kawasan ini tidak terlalu luas, gedung-gedung kampus pun dibangun secara vertikal.

Menurut Supari, ini memang merupakan cita-cita para pendiri agar USM memiliki menara tinggi sebagai ikon yang menjadi penanda sekaligus daya tarik di kawasan Semarang Timur. USM pun berhasil menjaga kualitas akademik sekaligus mengembangkan sarana dan prasarana yang kini juga diakui oleh banyak kampus lain.

“Kita selangkah lebih maju dibanding universitas lainnya. Itu pengakuan dari teman-teman di luar,” tambahnya.

Peningkatan ini tidak terlepas dari komitmen kuat yayasan yang secara konsisten mendorong peningkatan fasilitas pendidikan tinggi di USM. Supari pun merasakan semangat luar biasa dari seluruh sivitas akademika, semangat kebersamaan yang tumbuh kuat di lingkungan USM, layaknya gayung bersambut dalam mencapai visi bersama.

Mahasiwa Terbanyak

Supari berhasil membawa USM meraih akreditasi Unggul dari BAN-PT. Ia menjelaskan bahwa untuk mencapai predikat Unggul, terdapat sembilan kriteria yang harus dipenuhi. Kesembilan kriteria tersebut mencakup aspek visi dan misi, tata kelola dan kepemimpinan, mahasiswa, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, proses pembelajaran, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, serta luaran dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Menurutnya, setiap kriteria tersebut sejatinya telah dibangun oleh USM sejak tahun 1987. Oleh karena itu, pada tahap ini tinggal melanjutkan dan menyempurnakan yang sudah ada. Ia menambahkan bahwa luaran tidak hanya dilihat dari kualitas lulusan, tetapi juga dari hasil pemikiran, teknologi, dan penerapan yang memberi dampak nyata bagi masyarakat.

Pencapaian ini bukan semata hasil kerja dirinya dan tim saat ini, melainkan merupakan hasil dari pondasi kuat yang telah dibangun sejak awal. Cita-cita menjadikan USM sebagai perguruan tinggi swasta yang unggul sudah dirancang sejak awal berdirinya.

USM terus menjaga mutu pendidikan dengan kualitas yang terjamin dan unggul, sekaligus mampu menampung mahasiswa dalam jumlah besar. Sebuah perguruan tinggi dikategorikan besar jika memiliki lebih dari 10.000 mahasiswa. Saat ini, USM memiliki sekitar 18.000 mahasiswa yang tersebar di 6 fakultas dengan 16 program studi, ditambah program pascasarjana. USM pun menjadi salah satu PTS terbesar di Kota Semarang. Menariknya, meski jumlah program studinya tidak sebanyak perguruan tinggi lain, jumlah mahasiswa per program studi justru tergolong sangat tinggi.

“Kalau di-zoom satu per satu per program studi, jumlah mahasiswa USM masih yang terbanyak,” katanya.

“Universitas Sangat Murah” Menjadi Semakin Megah

Supari menceritakan, dulu USM dikenal sebagai kampus dengan biaya kuliah terjangkau sehingga sempat dijuluki “Universitas Sangat Murah”. Seiring waktu, USM berkembang dengan memberikan fleksibilitas bagi karyawan dan pegawai untuk kuliah dari siang hingga malam sehingga muncul julukan baru “Universitas Siang Malam”.

Belakangan karena gedung kampus yang megah dan fasilitas yang terus berkembang, julukannya pun bergeser menjadi ‘Universitas Semakin Megah’.

Salah satu fasilitas kebanggaan USM adalah gedung parkir motor setinggi delapan lantai yang tercatat di LEPRID sebagai gedung parkir roda dua tertinggi di Indonesia. Tingginya mencapai 26,5 meter dan bisa menampung sekitar 2.000 motor.

USM juga punya Gelora USM, gedung olahraga yang pernah dipakai untuk Kejuaraan USM International Series bekerja sama dengan PT Djarum. Ini menunjukkan komitmen kampus dalam mendukung mahasiswa, bukan cuma dalam hal akademik, tapi juga pengembangan minat, bakat, dan penalaran.

Mahasiswa USM didorong aktif di organisasi, olahraga, atau bidang lain sesuai minat masing-masing. Salah satu prestasi yang patut dibanggakan adalah tim basket USM yang sukses jadi runner-up di Liga Mahasiswa Nasional.

Produk Unggulan

Supari menegaskan, produk utama dari sebuah perguruan tinggi adalah lulusannya. Alumni USM telah banyak yang berkiprah di berbagai bidang, bahkan hingga ke kancah internasional. Untuk menjaga hubungan dengan mereka, USM rutin mengadakan pertemuan daring. Alumni yang tersebar di China, Jepang, Rusia, Amerika, dan berbagai negara lainnya turut hadir dalam forum tersebut.

Selain itu, saat ini banyak alumni yang menempati posisi strategis, mulai dari Anggota Exco PSSI, hakim, direktur, hingga ASN. Beberapa bahkan terlibat dalam proyek-proyek besar di BUMN Karya dan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN).

Selain menghasilkan lulusan, USM juga memiliki produk lain berupa inovasi di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Produk ini meliputi teknologi terapan hingga kajian ilmiah, seperti yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Universitas Semarang (PPSDM-USM). Unit ini menjadi bagian dari strategi USM dalam menciptakan sumber pendapatan tambahan (Revenue Generating Activity), agar operasional universitas tidak hanya bergantung pada SPP mahasiswa.

“Ini yang sedang kami genjot, supaya bisa membantu lebih banyak mahasiswa yang kesulitan biaya. Kalau tidak mampu, bisa kami bantu dengan diskon atau beasiswa bagi yang terpilih,” katanya.

Modal Besar

Supari mengatakan, Akreditasi Unggul adalah modal besar yang sangat signifikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Setelah meraih status unggul untuk institusi, langkah selanjutnya adalah menjadikan semua program studi unggul. Saat ini, belum semua prodi yang mendukung universitas berada pada status unggul, sehingga percepatan akselerasi harus dimulai agar seluruh prodi segera bertransformasi menjadi unggul.

Selain itu, prodi-prodi baru yang relevan dengan kebutuhan zaman juga akan segera dibuka, termasuk program doktoral di bidang manajemen, dan saat ini sudah ada pendaftar untuk program tersebut.

Supari juga prihatin dengan rendahnya angka partisipasi kuliah (APK) yang masih berada di kisaran 30- 40%, yang menunjukkan masih banyak pemuda yang tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Hal ini tentu akan mempengaruhi pola pikir mereka. Untuk itu, USM akan membuka lebih banyak prodi guna memberikan kompetensi dan bekal kepada generasi muda, serta mempersiapkan mereka dengan IPTEK yang tepat guna untuk kemajuan Indonesia.

“Mari kita pikirkan bersama-sama Indonesia, dengan memperbanyak orang-orang yang memang terbiasa berpikir untuk negara. Ini adalah impian saya,” tambahnya.

 

Artikel Terkait