Dr. H. Muhammad Kadafi, SH, MH - Anggota Komisi X DPR RI

Dr. H. Muhammad Kadafi – Universitas Diponegoro Jadi Kiblat Keilmuannya

Share

Bagi Dr. H. Muhammad Kadafi, SH, MH, kalau bicara keilmuan hukum Indonesia, salah satu kiblat atau barometernya adalah Universitas Diponegoro (Undip). Itulah alasannya mengapa ia memilih kuliah di Undip, saat mengambil program doktor. Banyak guru besar dan pemikir dari Undip yang mewarnai wacana hukum di Indonesia.

Antara lain Prof. Satjipto Rahardjo, Prof. Muladi, Prof. Barda Nawawi, dan lain lain. Kami ingin menyerap ilmu langsung dari sumbernya,” ungkapnya.

Banyak sekali kesannya selama kuliah di Undip. Karena Kadafi berasal dari Lampung, ada perjuangan tersendiri dalam menjalani pendidikannya. Beruntung kebersamaan dengan teman-teman kuliahnya terjaga, sehingga ia merasa terbantu. Ia pernah sakit demam berdarah dan tipes, selama kuliah.

Selama di Undip merasa tidak hanya mendapat ilmu sesuai bidangnya, namun juga bisa mewarisi karakter para pemikir hukum Undip yang luar biasa. Undip mengajarinya, agar bisa selalu arif dan bijak dalam menyikapi segala permasalahan bangsa.

“Termasuk ketika menyikapi dampak tsunami di Aceh. Sebagai orang yang lahir di Aceh saya sangat bersemangat untuk merespon,” katanya.

Persoalan Tanah

Saat tusnami, banyak sekali masyarakat yang kehilangan harta benda termasuk hak kepemilikan benda tidak bergeraknya. Lalu muncul persoalan hak tanah, bukti fisik kepemilikannya dan ahli waris. Ada ahli waris keluarga tinggal satu orang saja, yang sulit melakukan pembuktian karena banyak juga tetangganya yang meninggal. Banyak sekali batas wilayah dan hak-hak dari objek tanah masyarakat sulit untuk dibuktikan.

Latar belakang itulah Kadafi kemudian meneliti dan menulis disertasi untuk mencari solusi masalah kepemilikan tanah paska tsunami Aceh. Ia mengusulkan formula rekonstruksi untuk mengurai persoalan tersebut.

“Pertama-tama, saya mencari formulasi yang tepat agar masyarakat kembali bisa mendapatkan hak-haknya,” jelasnya.

Banyak masukan dalam penyelesaian permasalahan itu, antar keluarga. Ada juga kasus tanah yang tiba-tiba berpindah tangan tanpa melalui prosedur hukum yang berlaku.

Beruntung waktu itu Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN), Hendarman Supandji yang juga alumnus Undip, sehingga menjadi lebih mudah untuk melakukan koordinasi. Banyak tanah yang hilang setelah tsunami, di sisi lain banyak relawan yang ingin membantu untuk membangun perumahan bagi masyarakat. Tujuan yang baik, namun bisa menimbulkan masalah baru.

“Saat tsunami, ada korban yang dibawa sanak famili ke luar daerah lainnya. Saat pulang, di atas tanahnya sudah berdiri bangunan. Harus dicarikan jalan keluar agar pemilik tanah tidak dirugikan”, katanya.

Menjadi Rektor

Kadafi sebagai putra pendiri Universitas Malahayati Bandar Lampung, saat bekerja di perguruan tinggi swasta tersebut, dimulai menjadi kasir di kantin kampus. Kemudian ikut mengurus yayasan dan tidak ingin berkecimpung langsung dalam struktur perguruan tingginya. Seiring berjalannya waktu, setelah ikut menangani pembangunan gedung kampus, kemudian ditugasi menjadi ketua yayasan.

Ia menjadi rektor, karena dorongan situasi darurat. Saat Universitas Malahayati akan mengadakan wisuda, ternyata rektor yang diperbantukan dari PTN di Lampung habis masa jabatannya. Harus ada rektor baru yang akan menandatangani ijazah.

Sebenarnya Kadafi masih cukup muda untuk jadi rektor, dan di kampus banyak guru besar yang sudah senior. Awalnya ia masih pikir-pikir dahulu untuk jadi rektor, namun teman-temannya tetap bersikukuh ingin ia maju di pemilihan rektor. Ia kemudian bersedia, dengan syarat memimpin kampus bersama-sama secara kolektif dan kolegial.

“Network akademik dibangun dengan tidak ada batasan antara rektor, wakil rektor, dekan dan juga sivitas akademika,” katanya.

Anggota DPR RI

Kadafi selalu punya keinginan bermanfaat untuk orang lain. Ketika menjadi Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), membuat program mendorong lahirnya entrepreneur untuk anak muda. Sampai akhirnya terpilih sebagai Ketua Kadin Bandar Lampung. Sehingga ia memimpin sekaligus organisasi pengusaha dari anak muda sampai orang tua.

Pilihan terjun ke dunia politik, agar bisa mendorong program yang bermanfaat untuk masyarakat yang lebih luas. Kemudian mencalonkan diri sebagai calon anggota DPR RI dari PKB. Saingannya cukup berat, karena di daerah pemilihannya banyak politisi senior. Mulai dari Zulkifli Hasan (PAN), Ahmad Muzani (Gerindra) dan Lodewick F Paulus (Golkar).

“Lima mantan bupati di Lampung juga maju berkompetisi. Sudah garis tangan tidak bisa tertukar. Takdirnya saya menjadi anggota DPR,” katanya.

Di DPR ditugaskan di Komisi X yang membidangi pendidikan, pemuda, olahraga, dan sebagainya. Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mendorong generasi penerus bangsa ke depan.

Ia ikut memperjuangkan nasib guru honorer agar bisa mendapatkan hak, Martabat dan kesejahteraannya, dengan didorong menjadi guru-guru P3K. Di sektor pariwisata, mendorong revisi Undang-undang pariwisata yang sesuai dengan situasi zaman. Juga berhasil ikut melahirkan undang-undang keolahragaan, mendorong munculnya bibit-bibit baru yang bisa menjadi pahlawan bangsa di bidang olahraga.

Sport science dijadikan ukuran untuk menciptakan seorang atlet yang berkualitas. Ke depan harus dipersiapkan atlet by design,” jelasnya.

Biaya Pendidikan

Muhammad Kadafi kembali dipercaya menjadi anggota Komisi X DPR RI untuk periode 2024-2029. Dalam perannya, ia menyoroti persoalan pembiayaan pendidikan di perguruan tinggi dan mendorong kebijakan turunan yang dapat meringankan beban biaya pendidikan bagi mahasiswa, terutama mereka yang menempuh program profesi seperti kedokteran.

Besarnya biaya yang harus dibayarkan setiap semester menjadi tantangan bagi banyak mahasiswa, terutama mereka yang berasal dari keluarga dengan keterbatasan ekonomi. Biaya kuliah yang tinggi sering kali berdampak pada kelangsungan studi mahasiswa, bahkan tidak sedikit yang terpaksa menunda atau menghentikan pendidikannya.

Kadafi juga mendorong sivitas akademika untuk menyusun formulasi pendampingan bagi mahasiswa yang masih menjalani pendidikan agar mereka dapat menyelesaikan studi dengan lebih cepat. Mahasiswa yang hampir lulus dalam satu periode ujian diharapkan dapat segera menyelesaikan studinya pada periode berikutnya. Jika dibiarkan tanpa pendampingan, mereka bisa semakin lupa dengan materi, sehingga memperpanjang masa studi dan berpotensi menambah beban finansial.

Di sisi lain, Kadafi juga menegaskan komitmennya dalam memantau penggunaan anggaran pendidikan yang dialokasikan ke daerah melalui Dana Transfer Ke Daerah (TKD). Pemantauan dana TKD harus dilakukan dengan sebaik-baiknya karena merupakan salah satu alokasi terbesar dalam postur anggaran pendidikan. Ia menekankan bahwa pemantauan tersebut sangat penting untuk memastikan dana TKD benar-benar dimanfaatkan guna meningkatkan mutu pendidikan di Tanah Air.

Mengubah Mindset

Saat menjadi pengurus wilayah Nahdlatul Ulama (NU) Lampung, Kadafi mendorong modernisasi pemikiran anak-anak muda, dalam melihat perkembangan dan persaingan dunia yang akan datang.

Berusaha merubah juga mindset generasi muda. Jangan lagi ingin jadi karyawan. Tetapi harus berubah menjadi juragan.

“Saya melatih adik-adik santri bukan hanya mendapatkan pembekalan ilmu keagamaan tetapi juga kompetensi dalam bidang ekonomi,” paparnya.

Kadafi punya hobi memelihara burung berkicau. Menurutnya, ekosistem burung di Indonesia sangat beragam. Dengan aktif di komunitas burung berkicau, selain hobi juga dapat melestarikan dan menjaga ekosistem satwanya. Ia mendorong penyuka burung untuk bisa melakukan budidaya penangkaran.

”Dan untuk pelaku ekonomi kreatif dapat membuat produk kerajinan sangkar, pernak-perniknya, dan pakan burung.” tambahnya.

Artikel Terkait