Peluncuran pertama ditandai dengan penyerahan buku tersebut kepada Rektor Universitas Ngudi Waluyo (UNW), Prof. Dr. Subyantoro, M.Hum, di kampus UNW, Ungaran, Kabupaten Semarang, Kamis 16 Oktober 2025.
Bambang Sadono menjelaskan, latar belakang penyusunan buku ketiga ini adalah keinginan untuk membuat pemeringkatan perguruan tinggi nasional yang lebih menyeluruh. Selama ini, banyak perguruan tinggi di Indonesia didorong untuk masuk world class ranking, namun di Indonesia sendiri belum ada pemeringkatan yang menyeluruh.
“Perguruan tinggi didorong untuk world class ranking, kenapa Indonesia tidak buat sendiri. Banyak pemeringkatan di Indonesia, namun kategorinya terpecah-pecah,” katanya.
Menerima buku 100 Rektor PTN/PTS Inspirasi Indonesia, Prof. Subyantoro menyampaikan apresiasinya dan menilai bahwa buku tersebut merupakan publikasi bermakna bagi pengembangan perguruan tinggi di masa depan.
Ia juga menjelaskan, fokus pengembangan UNW dalam tiga tahun ke depan adalah penguatan reputasi internasional dan transformasi sistem informasi kampus. Seluruh stakeholder kampus diharapkan dapat mengakses informasi secara terbuka, termasuk orang tua mahasiswa yang nantinya bisa memantau aktivitas anak mereka melalui smartphonesecara realtime.
Saat ini, UNW telah menorehkan prestasi membanggakan dengan meraih akreditasi institusi Unggul dari BAN-PT, sebagai langkah besar menuju pengakuan internasional. UNW juga dikenal memiliki ciri khas sebagai Kampus Berbudaya Sehat. Saat pandemi Covid-19, kampus ini bahkan menerima penghargaan dari kementerian karena menjadi pengirim relawan Covid terbanyak se-Indonesia.
Sejalan dengan itu, UNW berkomitmen mendukung program kesehatan pemerintah daerah, khususnya di Kabupaten Semarang. Salah satu fokus utama adalah menekan angka stunting, yang masih menjadi permasalahan di sejumlah kecamatan.
Melalui Prodi Gizi, UNW merancang menu makanan bergizi berbasis bahan lokal, sedangkan Prodi Kesehatan Masyarakat melakukan pembinaan dan sosialisasi kepada masyarakat untuk menurunkan angka stunting.
Tidak berhenti di sana, Prof. Subyantoro juga menggagas program pra-kerja, sebuah inovasi unik yang mempersiapkan calon mahasiswa bahkan sebelum mereka resmi kuliah. Program ini mampu menampung hingga 22.500 peserta, termasuk dari keluarga kurang mampu. Peserta memperoleh pelatihan gratis untuk meningkatkan etos kerja dan keterampilan profesional.
Dalam pelaksanaannya, UNW bekerja sama dengan lembaga kursus dan pelatihan (LKP) serta berbagai perusahaan swasta. Mahasiswa dibekali keterampilan dasar sebelum diterjunkan ke dunia industri.
“Kami setiap bulan memantau mahasiswa yang magang di perusahaan. Pihak kampus juga menjalin komunikasi dengan HRD untuk memastikan mahasiswa terbiasa dengan dunia kerja,” ungkapnya.
Biaya pelatihan program pra-kerja ini sekitar Rp530 ribu, sementara upah minimum regional (UMR) di wilayah Semarang mencapai sekitar Rp2,7 juta.
UNW kini memiliki 24 program studi dari jenjang D3, S1, hingga S2, dengan empat program unggulan, di antaranya Sastra Jepang dan Pascasarjana.
Ke depan, UNW menargetkan penguatan reputasi internasional untuk periode 2025–2027. Fokus utama diarahkan pada pengiriman dosen ke Hong Kong dan Jepang, serta kerja sama dengan lembaga pelatihan kerja guna menjalankan program internship di Jepang. Melalui program ini, mahasiswa memperoleh pengalaman kerja sekaligus upah langsung dari industri di sana.
Sebagai kampus yang berdampak, UNW juga menjalin kolaborasi dengan UNNES. Pada 20 Agustus 2025, kedua perguruan tinggi meluncurkan program “Literasikan”, sebuah inisiatif untuk menjawab tantangan rendahnya kompetensi literasi nasional. Program ini digunakan untuk mengukur kemampuan literasi siswa dari kelas 4 SD hingga kelas 12 SMK, sekaligus mendorong peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah-sekolah.
Kini, Universitas Ngudi Waluyo berdiri tegak sebagai kampus berbudaya sehat, berdaya saing global, dan berdampak nyata bagi kemajuan bangsa.














