Pada masa-masa awal pendiriannya, kampus ini menghadapi keterbatasan jumlah dosen yang memiliki kualifikasi S2. Oleh karena itu, meskipun baruelesaikan pendidikan sarjana,
Dr. Jonas turut mengisi kekosongan dengan mengajar mata kuliah Filsafat Ilmu di beberapa program studi, sambil menjalankan tugas administratifnya di yayasan.
Pada tahun 2009, ia menerima beasiswa dari yayasan untuk melanjutkan studi S2 di Universitas Gadjah MadaUGM), Yogyakarta. Dr. Jonas memilih program Ilmu Komunikasi dengan fokus khusus pada jurnalistik, bidang yang telah lama menjadi perhatiannya.
Ia berhasil menyelesaikan studinya pada tahun 2011, kemudian kembali ke Unipa dan dipercaya untuk memimpin Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial sebagai Dekan.
Pada tahun 2012, Dr. Jonas melanjutkan studi S3 di Universitas Padjadjaran, Bandung, dengan dukungan yayasan serta beasiswa yang berkelanjutan dari pemerintah.
Ia memilih untuk meneruskan mendalami bidang Ilmu Komunikasi. Setelah menyelesaikan studi doktoralnya, ia diangkat sebagai Wakil Rektor I Bidang Akademik pada tahun 2014.
Jabatan ini diembannya selama sepuluh tahun. Puncak karier Dr. Jonas tercapai pada Mei 2024, ketika ia dilantik sebagai Rektor keempat untuk masa bakti 2024–2028.
Dengan tagline “Bersinergi dan Berkelanjutan”, ia menekankan pentingnya kolaborasi di antara seluruh elemen kampus, mahasiswa, dosen, staf, dan Yayasan, untuk mencapai keberlanjutan dalam pengembangan universitas.
“Seluruh komponen unsur dalam sebuah lembaga perguruan tinggi harus bersinergi, sehingga kampus itu terus berkembang maju,” katanya.
Filosofi Nusa Nipa
Unipa tak hanya sekadar kampus, tetapi juga simbol semangat lokal yang membara dari timur Indonesia. Nama Nusa Nipa sendiri berasal dari istilah purba untuk Pulau Flores, yang dalam bahasa lokal berarti Pulau Naga.
Filosofi ini merepresentasikan kekuatan, keindahan, dan pergerakan yang terus menggeliat, sebagaimana naga yang membentang dari barat ke timur. Warna oranye dipilih sebagai identitas kampus, warna yang melambangkan gerak dinamis.
“Warna oranye adalah warna dinamis, warna yang membangkitkan gerak dan semangat, seperti naga yang menggeliat dari timur ke barat,” ujarnya
Didirikan pada 19 September 2005, Unipa hasil dari inisiasi tokoh-tokoh daerah yang ingin mendekatkan akses pendidikan tinggi bagi generasi muda Flores.
Pada saat itu pemerintah pusat belum memberikan ruang bagi pendirian perguruan tinggi negeri (PTN) di daerah tersebut. Sehingga para pemimpin seperti bupati, wakil bupati, ketua DPRD,
hingga tokoh masyarakat mengambil langkah taktis dengan membentuk Yayasan Pendidikan Tinggi Nusa Nipa Tokoh-tokoh pendiri tersebut seperti Drs. Alexander Longginus, Drs. Sabinus Nabu, Drs. Yosep Ansar Rera, dan almarhum A.M. Keupung, Dominikus Parera, serta OLM Gudipung
“Jadi mereka representasi daripada masyarakat yang mendambakan adanya sebuah kampus di daerah,” ujar Dr. Jonas
Keberadaan Unipa diharapkan menjadi perhatian atas ketimpangan pendidikan tinggi di Nusa Tenggara Timur, karena di wilayah Flores belum ada satupun Perguruan Tinggi Negeri (PTN), sementara di Pulau Timor sudah ada dua yaitu hanya Universitas Nusa Cendana (Undana) di Kupang dan Universitas Timor (Unimor) di Kefamenanu.
Dengan tujuan awal untuk membuka akses pendidikan tinggi bagi putra-putri daerah, setelah hampir dua dekade berdiri, cita-cita tersebut dapat dikatakan telah tercapai.
“Saya bisa katakan, misi awal kami terwujud,” tegasnya.
Mahasiswa datang dari berbagai penjuru Flores, mulai dari Flores Timur hingga Flores Barat, bahkan dari pulau-pulau kecil di sekitarnya. Dosen-dosennya pun sebagian besar berasal dari daerah yang sama.
“Saat ini dosen kami yang sudah bernomor induk dosen nasional, sekitar 250 orang berasal dari berbagai wilayah yang ada di kepulauan Flores.” ujarnya
Student Body
Hingga awal 2024, tercatat jumlah mahasiswa aktif sebanyak 6.385 orang yang tersebar di tujuh fakultas dan 22 program studi. UNIPA terdiri dari berbagai fakultas yang masing-masing memiliki program studi spesifik.
Di Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan, terdapat Program Studi Ilmu Keperawatan dengan 24 dosen dan Program Studi Profesi Nurse dengan 10 dosen.
Fakultas Teknik menawarkan empat program studi: Teknik Informatika dengan 15 dosen, Teknik Sipil 14 dosen, Arsitektur dengan dosen, dan Desain Komunikasi Visual (DKV) dengan 6 dosen.
Fakultas Teknologi Pangan, Pertanian, dan Perikanan memiliki lima program studi, termasuk Manajemen Sumber Daya Perairan dengan 11 dosen, Agribisnis, Agroteknologi,
Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian (TPHP), serta program studi baru Peternakan yang memiliki 6 dos. Di Fakultas Ilmu-Ilmu Sosial, terdapat dua program studi, yaitu Psikologi dan Ilmu Komunikasi, masing-masing12 dosen.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang sangat diminati, memiliki tiga program studi: Akuntansi dengan 19 dosen, Manajemen dengan 26 dosen, dan Kewirausahaan dengan 7 dosen.
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan menawarkan lima program studi, termasuk PGSD dengan 22 dosen, Pendidikan Fisika, Pendidikan Biologi, Pendidikan Kimia, dan Pendidikan Bahasa Inggris. Terakhir Fakultas Hukum memiliki satu program studi, yaitu Hukum, dengan 14 dosen.
Dari 250 dosen dengan Nomor Induk Dosen Nasional (NIDN), 114 di antaranya telah tersertifikasi.lah dosen bergelar doktor mengalami peningkatan, dan banyak yang sedang menempuh pendidikan S3 baik di dalam maupun luar negeri.
Berharap Negeri
Meskipun telah berkembang sebagai perguruan tinggi swasta yang mapan, Unipa tetap bertekad menjadi kampus negeri. “Perjuangan untuk menjadi universitas negeri di Pulau Flores ini telah berlangsung selama 20 tahun” ujar Jonas.
Pada 6 Mei 2025, ia kembali menyerahkan dokumen usulan penegerian kepada Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka, saat kunjungan kerja ke Kabupaten Sikka.
Proses usulan penegerian dimulai sejak 2005, ketika kampus pertama kali didirikan. Kala itu, karena kebijakan belum memungkinkan, pendirian universitas dilakukan oleh yayasan sebagai pengelola. Namun, semangat untuk menjadi kampus negeri terus diperjuangkan secara konsisten.
Berbagai tahapan strategis telah dilalui dalam upaya ini. Pada 2014, dari pemerintah pusat melakukan visitasi untuk meninjau kesiapan administrasi dan fisik.
Kemudian, pada 2016, Menteri Pendidikan saat itu, Muhammad Nasir, mengunjungi kampus dan mendukung langkah-langkah yang dilakukan UNIPA. Selain itu, pengurus yayasan dan pimpinan kampus juga aktif menjalin komunikasi dengan Kementerian Sekretariat Negara berbagai lembaga terkait.
“Kami sudah memiliki pakta integritas. Semua dosen telah menandatangani komitmen bahwa jika dinegerikan, mereka tidak akan menuntut menjadi pegawai negeri secara otomatis. Kami legowo dan siap mengikuti regulasi,” katanya.
Ia juga menambahkan bahwa seluruh aset, sumber daya manusia, dan kesiapan administratif telah dipersiapkan untuk diserahkan kepada negara jika sewaktu-waktu diresmikan sebagai kampus negeri.
Dengan semangat dan dukungan masyarakat, harapan besar terus menggelora bahwa UNIPA kelak akan menjadi universitas negeri pertama di Pulau Flores. yang bisa menjawab aspirasi panjang masyarakat untuk akses pendidikan tinggi yang berkualitas dan terjangkau di wilayah timur Indonesia.