Sudirman Said, SE, MBA - Rektor Universitas Harkat Negeri (UNH)

Branding Universitas Terapan Fokus Pasar Kerja Internasional – Rektor Universitas Harkat Negeri (UNH)

Share

Sudirman Said, SE, MBA, tidak pernah meninggalkan dunia pendidikan. Setelah menyelesaikan studi S2 di George Washington University, Amerika Serikat, ia terus mengajar, kecuali saat mendapat amanah sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Usai masa tugasnya sebagai menteri, ia kembali aktif mengajar dan memenuhi berbagai undangan untuk berbagi pengetahuan di berbagai perguruan tinggi.

Pada tahun 2020, ia diberi kepercayaan untuk memimpin Yayasan Pendidikan Harapan Bersama di Kota Tegal dan mulai mengelola Politeknik Harapan Bersama.

Setahun kemudian, muncul ajakan untuk menggabungkan kampus tersebut dengan Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) YMI Tegal.

Dalam prosesnya, ada kebutuhan dan dorongan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi untuk melakukan konsolidasi kampus swasta. Dari sinilah lahir Universitas Harkat Negeri (UNH).

Sejak lama, banyak yang memintanya untuk tetap berada di Jawa Tengah dan terus berkontribusi bagi kampung halaman, daripada terus bepergian ke berbagai tempat.

“Jadi, saya penuhi harapan itu. Kebetulan, di antara kami ini hampir semuanya aktivis yang mengelola yayasan,” ujarnya.

Menurutnya, di lingkungan tersebut sudah biasa saling bertukar peran. Yang sebelumnya menjadi pengurus kini menjadi pembina, dan sebaliknya, yang tadinya pembina kadang diminta masuk ke jajaran manajemen. Hal ini juga dialaminya sendiri, dari pembina kini ia dipercaya menjadi Rektor.

Applied University
Filosofi nama Harkat Negeri dimulai pada tahun 2016 ketika Sudirman mendirikan Institut Harkat Negeri (IHN), sebuah lembaga kajian yang fokus pada pengembangan kepemimpinan bagi siswa SMA, mahasiswa, dan profesional.

Alumni IHN kini telah tersebar di seluruh Indonesia. Saat ada peluang penggabungan antara Politeknik Harapan Bersama, STMIK YMI Tegal, dan IHN, dipilih nama yang sesuai dengan visi bersama.

Nama Harkat Negeri disepakati sebagai identitas universitas, didasarkan pada semangat menjaga, mengembalikan, dan memperkuat harkat bangsa yang tengah menghadapi berbagai masalah.

“Kampus ini diharapkan menjadi bagian dari upaya memulihkan dan menjaga harkat negeri,” ujar Sudirman.

Ia juga mencatat bahwa di wilayah Pantura, banyak lulusan SMA, MA, dan SMK, tetapi tingkat pengangguran tetap tinggi. Potensi menghadirkan perguruan tinggi besar di wilayah ini masih sangat besar.

Dari hampir 100.000 lulusan di Brebes, Tegal, Cirebon, dan Pekalongan, hanya sebagian kecil yang dapat melanjutkan pendidikan, terutama pendidikan yang terjangkau dan berkualitas.

“Oleh karena itu, UNH bertujuan mengembangkan universitas terapan,” jelasnya.

UNH berusaha membekali mahasiswa dengan keterampilan teknis, soft skills, dan kemampuan bahasa asing. Jika ini berjalan baik, lulusan UNH diharapkan mampu bersaing di dunia kerja nasional maupun pasar global.

“Tanpa jalur alternatif, sayang sekali jika talenta-talenta ini tidak terserap di dunia kerja,” ujarnya.

Program Studi
Sebelum penggabungan, Politeknik Harapan Bersama memiliki 13 program studi, sedangkan STMIK YMI Tegal hanya memiliki 2 program studi. Setelah bergabung, UNH mendapat izin dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi untuk menambah 8 program studi baru.

Saat ini, UNH menjalankan total 23 program studi, termasuk S1 Sistem Informasi, S1 Teknik Informatika, Sarjana Terapan Akuntansi Sektor Publik, D3 Akuntansi, D3 Desain Komunikasi Visual, D3 Farmasi, dan D3 Kebidanan.

Selain itu, ada Sarjana Terapan Kebidanan, D3 Keperawatan, Pendidikan Profesi Bidan, D3 Perhotelan, D3 Teknik Elektronika, Sarjana Terapan Teknik Informatika, D3 Teknik Komputer, D3 Teknik Mesin, S1 Manajemen, S1 Hukum, S1 Akuntansi, S1 Ilmu Komunikasi, S1 Psikologi, S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar, S1 Sains Data, dan S1 Teknik Mesin.

Jumlah mahasiswa dari kedua kampus saat ini mencapai sekitar 3.500 orang, dengan penerimaan sekitar 1.000 mahasiswa baru setiap tahun. Dosen yang mengajar berjumlah sekitar 200 orang, sementara tenaga kependidikan mencapai sekitar 150 orang.

Peluang Besar
Sudirman Said menjelaskan bahwa secara formal UNH sudah diizinkan menerima mahasiswa baru. Namun, tantangan besar bagi perguruan tinggi swasta (PTS) adalah mencari mahasiswa dalam waktu singkat.

Oleh karena itu, saat bersiap menjadi universitas dan membuka penerimaan mahasiswa baru, UHN telah menyampaikan Kepada para pendaftar bahwa jika izin resmi keluar, akan ada program studi baru. Sebagian calon mahasiswa pun sudah mulai mendaftar.

“Kami sedang bekerja keras untuk mencari mahasiswa yang dapat mengisi program studi baru itu pada tahun 2025,” katanya.

Sejak awal, UNH telah merencanakan pemberian beasiswa kepada calon mahasiswa yang kurang mampu secara ekonomi namun memiliki kemauan keras dan potensi untuk maju. Ini juga menjadi salah satu cara untuk menarik mahasiswa dengan memberikan keringanan.

Saat ini, ada tren penurunan minat mahasiswa terhadap PTS karena perguruan tinggi negeri (PTN) menerima tambahan mahasiswa baru dalam jumlah besar. Sebelumnya, penerimaan mahasiswa PTN biasanya selesai sekitar bulan Juni, sehingga calon mahasiswa yang tidak diterima beralih ke PTS.

Namun, belakangan ini PTN membuka penerimaan hingga September. Kebijakan terbaru dari Kemendikbudristek menetapkan bahwa penerimaan harus ditutup pada 31 Juli, tetapi berbagai program mandiri tetap dibuka.

“Sejauh ini persaingan memang cukup ketat dalam beberapa tahun terakhir,” ujarnya.

Sudirman Said tidak melihat ini sebagai masalah melainkan tantangan. Berdasarkan data yang ia petakan, jumlah lulusan SMA sederajat di Jawa Tengah mencapai sekitar 495.000 per tahun,

sementara kapasitas perguruan tinggi di wilayah ini hanya sekitar 125.000 mahasiswa per tahun. Dengan demikian, sebenarnya masih tersedia ruang yang cukup besar.

Memang ada sebagian lulusan yang tidak melanjutkan pendidikan, tetapi dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat, kebutuhan akan pendidikan diperkirakan akan terus bertambah.

Selain itu, meskipun beberapa lulusan Jawa Tengah melanjutkan studi di luar daerah, banyak juga mahasiswa dari luar daerah yang memilih belajar di Jawa Tengah.

“Kalau kita jaga kualitas, perbaiki promosi dengan baik, dan menyapa siswa SMA, rasanya situasinya tidak seburuk yang dibayangkan,” katanya.

Akses Ke Dunia Industri Menjadi Selling Point

Ketika memutuskan bertransformasi, UNH punya empat ciri khas atau karakteristik yang jadi selling point. Pertama, UNH memilih menjadi applied university atau universitas terapan.

Keunggulannya adalah memiliki akses langsung ke dunia industri, sehingga dapat memberikan kesempatan magang tidak hanya untuk mahasiswa, tetapi juga dosen. Dosen akan lebih baik jika memiliki pengalaman dan wawasan tentang bagaimana institusi dijalankan.

Kedua, berencana membangun teaching factories, yaitu unit-unit bisnis yang dikelola oleh kampus. Mereka yang memiliki talenta dan keterampilan mengelola bisnis akan ditugaskan untuk menjalankan unit tersebut. Teaching factories ini memiliki dua fungsi: sebagai bisnis yang harus menghasilkan keuntungan dan sebagai tempat praktik bagi mahasiswa.

Ketiga, fokus pada pengembangan soft skill yang sangat dibutuhkan di masa depan. Dengan memiliki kepemimpinan, kewirausahaan, komunikasi, kerja sama tim, dan lainnya, ilmu apa pun akan menjadi nilai tambah. Yang terpenting adalah sikap atau attitude.

Keempat, menjalin koneksi dengan masyarakat akademik global. Sejak awal, UNH telah bekerja sama dengan berbagai universitas internasional, termasuk Harvard Medical School untuk proyek bersama di bidang primary healthcare. UNH juga memiliki advisory council dari Kyoto University yang telah memberikan kontribusi sejak awal.

Ke depan, UNH akan meningkatkan pendidikan dosen, terutama dalam kemampuan berbahasa. Termasuk juga kelas jarak jauh yang diajarkan oleh dosen dari kampus internasional.

Bidik Pasar Global
Ketika Sudirman Said berkunjung ke Jepang, ia bertemu dengan Duta Besar Indonesia di sana serta teman-teman akademisi yang sangat mencintai Indonesia.

Ternyata, kebutuhan tenaga kerja di Jepang sangat besar. Dalam tiga tahun ke depan, Jepang diperkirakan membutuhkan hampir satu juta tenaga kerja baru yang terampil. Indonesia menjadi pilihan utama karena memiliki kesamaan budaya, sopan santun, dan perilaku melayani yang mirip dengan Jepang.

UNH telah menargetkan kerja sama erat dengan Jepang. Contohnya, UNH akan segera kedatangan tamu dari Kyoto University untuk memberikan kuliah umum, dan mantan Duta Besar Indonesia untuk Jepang juga akan hadir untuk berbagi perspektifnya mengenai peluang baru dari Jepang.

Sejak setahun lalu, Politeknik Harapan Bersama telah menjalankan program persiapan perawat (caregiver) yang setiap angkatannya mengirim 30-40 peserta, menjadi cikal bakal tenaga kerja yang siap ke pasar global.

Bekal bahasa menjadi hal utama yang harus disiapkan sejak awal, meskipun tantangannya adalah sedikit mahasiswa yang siap bersaing di pasar global. Dengan pembekalan soft skill, kepemimpinan, dan mental juang, diharapkan mindset mahasiswa dapat berubah.

Dalam negeri, Sudirman Said melihat potensi kawasan industri di Batang dan Kendal yang dekat dengan Tegal. UNH telah berdialog dengan pengelola kawasan tersebut untuk menjalin kerja sama seperti MoU.

Sepanjang pantura Tegal juga banyak industri baru, meski mayoritas membutuhkan tenaga kerja low skill dan banyak pabrik merekrut perempuan, pasar ini tetap harus direspons. UNH ingin membuka peluang karena lapangan kerja lokal tersedia.

Sebagai institusi pendidikan di Kota Tegal, UNH berani mengambil peran yang berdampak. Kata “berdampak” menjadi inspirasi bagi civitas akademika karena lulusan UNH diharapkan dapat memberi kontribusi nyata bagi lingkungan sekitar.

Sebelum resmi menjadi rektor, Sudirman Said telah menemui Walikota Tegal, Bupati Brebes, Bupati Tegal, dan Bupati Pemalang untuk membuka hubungan baik dan memberikan peluang, termasuk bagi pegawai yang ingin melanjutkan pendidikan dengan pembiayaan yang ringan.

Namun, ia ingin keberadaan kampus tidak hanya berdampak di bidang pekerjaan, tapi juga di bidang pemikiran. Ia sudah menyampaikan kepada para kepala
daerah bahwa UNH siap membantu mempercepat kenaikan Indeks Pembangunan Manusia di daerah.

“Ini adalah kerja sama antara akademisi, praktisi, dan pemerintah,” katanya.

Proses Belajar Mengajar Lebih Dominan Praktik

Lokasi UNH sangat strategis, terletak di Jalan Mataram, dekat Terminal Bus Kota Tegal. Rancangan kampus ini sudah cukup modern jika dibandingkan dengan kampus pada umumnya.

Selain itu, direncanakan pembangunan kampus khusus untuk pengembangan soft skill dan kepemimpinan di Desa Selatri, Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes, yang merupakan kampung halaman Sudirman Said.

“Nantinya akan ada satu training center khusus untuk kepemimpinan. Tempat-tempat tersebut akan menjadi pusat kegiatan di masa depan,” ujarnya.

Rencana berikutnya adalah membangun gedung pertemuan yang bisa digunakan untuk berbagai acara olahraga dan kesenian di kampus. Gedung ini juga akan menjadi tempat menarik bagi banyak peminat.

Kebetulan, wilayah tempat berdirinya kampus telah dialokasikan oleh Pemda Kota Tegal sebagai kawasan pendidikan, sehingga sangat mendukung pengembangan berbagai fasilitas.

Saat ini, berbagai fasilitas sedang dipersiapkan agar dalam 1-2 tahun ke depan pengalaman masuk ke kampus UNH berbeda dari kampus lainnya. Fasilitas pertama yang akan terlihat mencakup sarana praktik, kafe, gym, serta mini mall.

Bahkan, mungkin akan ada bengkel dan manufaktur mini yang memproduksi barang-barang yang dibutuhkan pasar.

“Kami ingin mewarnai suasana pendidikan dengan komponen praktik yang cukup dominan. Hal itu kemungkinan akan terlihat dalam 1-2 tahun ke depan,” katanya.

Target Strategis
Sudirman Said telah memiliki karier yang beragam, mulai dari BUMN, sektor swasta, memimpin pabrik senjata, terlibat dalam rekonstruksi Aceh, hingga menjadi menteri. Ia melihat semua pengalaman ini sebagai soal manajemen.

Secara akademik dan profesional, ia telah lama mendalami transformasi dan pengembangan organisasi serta kepemimpinan, yang kini diterapkannya di kampus UNH. Ia juga pernah menjadi rektor sementara Universitas Paramadina dengan fokus pada pembenahan.

Menurutnya, kualitas pendidikan sangat bergantung pada sumber daya manusia, sehingga ia berkomitmen merekrut dosen-dosen baru yang sejalan dengan visi universitas.

Selama masa jabatan empat tahun sebagai rektor, ia bertekad menyelesaikan konsolidasi organisasi dan mencapai keberlanjutan keuangan secepat mungkin sebagai fondasi pertumbuhan.

Ia juga merintis pembentukan Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat, serta rencana pembangunan rumah sakit pendidikan.

Untuk mendukung pendanaan, ia menekankan perlunya sumber pendapatan tambahan agar biaya bagi mahasiswa tidak terlalu tinggi. Selain itu, ia berencana memulai program pendidikan S2 yang diharapkan berjalan pada tahun keempat atau kelima.

“Mudah-mudahan dalam 4-5 tahun ke depan semuanya sudah settle, jumlah mahasiswa sudah mencapai 7.000-10.000, dan kampus bisa berkembang dengan nyaman,” tambahnya.,” tambahnya.

Tonton Video Selengkapnya

Artikel Terkait