Angkat Kekhasan Lokal Buton Bangun Pusat Studi Kepulauan – Universitas Muhammadiyah Buton

Share

Dr. Hj. Wa Ode Al Zarliani, S.P., M.M., mengawali pengabdiannya di Universitas Muhammadiyah Buton (UM Buton) sejak 1999, sekaligus membangun jejak karier akademiknya. Pada 2004–2012, ia dipercaya sebagai Wakil Dekan Fakultas Pertanian selama dua periode.

Pada awal masa jabatannya, ia tidak hanya menjalankan tugas struktural, tetapi juga membantu Ketua Program Studi karena keterbatasan sumber daya manusia dan pendanaan.

“Gaji yang diterima saat itu sangat kecil, hanya Rp50.000, bahkan terkadang baru dibayarkan setelah tiga hingga empat bulan menunggu mahasiswa melunasi biaya kuliah,” kenangnya.

Dari 2012 hingga 2019, Wa Ode dipercaya menjadi Dekan Fakultas Pertanian. Pada periode pertama, ia melanjutkan kepemimpinan dekan sebelumnya, lalu pada 2015 kembali terpilih melalui proses yang panjang.  Sebagai dekan, ia fokus meningkatkan jumlah mahasiswa yang saat itu masih sedikit.

Dengan dukungan pimpinan universitas dan kerja sama seluruh fakultas, jumlah mahasiswa meningkat pesat dari satu kelas menjadi empat kelas. Prestasi mahasiswa juga meningkat, hingga Fakultas Pertanian meraih akreditasi B pada 2017.

Dalam menjalankan tugas, ia berpegang pada prinsip keikhlasan, kerja keras, dan tanggung jawab, dengan keyakinan bahwa Allah selalu melihat dan menilai setiap usaha.

Prinsip khairunnas anfa’uhum linnas (sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain) menjadi pedoman kepemimpinannya.

Perjalanan panjang ini mengantarkannya menjadi Rektor UM Buton pada 2019. Meski sempat diragukan, rekam jejak dan kinerja yang telah ia torehkan sebagai pimpinan fakultas menjadi modal besar untuk menerima amanah tersebut.

“Walaupun awalnya saya tidak pernah membayangkan menjadi rektor,” ujarnya.

Strategi Kepemimpinan
Menurut Wa Ode, memimpin perguruan tinggi membutuhkan strategi kepemimpinan yang kuat untuk menghadapi tantangan dan memitigasi risiko masa depan.

Pada awal masa jabatannya sebagai Rektor UM Buton, ia fokus pada penataan bidang akademik, keuangan, sumber daya manusia (SDM), kerja sama, serta penguatan Al-Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK).

Langkah pertama yang ia lakukan adalah membangun komitmen bersama di seluruh tingkatan universitas. Sinergi ini tidak hanya dibangun di tingkat universitas, tetapi juga diterapkan pada fakultas, program studi, lembaga, biro, unit-unit, hingga melibatkan dosen.

Komitmen tersebut diwujudkan melalui berbagai langkah nyata, seperti penataan kelembagaan, penyusunan visi, misi, tujuan, dan sasaran universitas. Dalam kepemimpinannya, Wa Ode menekankan enam strategi utama.

Pertama, menetapkan tujuan yang jelas agar seluruh pekerjaan terarah pada target.

Kedua, melakukan analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats (SWOT) secara menyeluruh terhadap kondisi kampus dengan mempertimbangkan aspek SDM, keuangan, sarana prasarana, penelitian, pengabdian, AIK, dan kerja sama.

Ketiga, membangun teamwork yang efektif sebagai motor penggerak organisasi.

Keempat, menjalin komunikasi dua arah yang intens di semua level.

Kelima, memberikan penghargaan atas capaian kinerja sesuai target.

Keenam, membangun empati terhadap persoalan anggota tim serta menjadi pemimpin yang mampu memotivasi dan mendengarkan dengan baik.

Baginya, membangun SDM yang berkualitas dan berkarakter Islami merupakan modal penting untuk kemajuan bangsa dan negara.

Hasil dari upaya tersebut terlihat dalam lima tahun terakhir, UM Buton menunjukkan perkembangan yang progresif.

“Ini semua berkat kerja keras dan kerja sama seluruh sivitas UM Buton,” tegasnya.

Perkembangan Prodi
Wa Ode menjelaskan bahwa cikal bakal perguruan tinggi yang dipimpinnya bermula dari Universitas Islam Buton (UNISBU).

Pada akhir tahun 1999, melalui rapat koordinasi para pendiri, diputuskan bahwa UNISBU dialihkan menjadi amal usaha Muhammadiyah dengan nama Universitas Muhammadiyah Buton (UM Buton).

Setelah melalui proses panjang, pada tahun 2001 UM Buton resmi berdiri dengan tiga program studi awal, yaitu Pendidikan Guru Sekolah Dasar (D2), Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (S1), serta Bimbingan dan Konseling (S1).

Seiring waktu, jumlah program studi terus bertambah sesuai kebutuhan. Saat ini, UM Buton memiliki 17 program studi yang tersebar di tujuh fakultas. Fakultas Hukum menaungi Prodi Ilmu Hukum (Akreditasi B).

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik memiliki Prodi Ilmu Pemerintahan (Akreditasi Baik Sekali) dan Ilmu Komunikasi (Akreditasi Baik). Fakultas Teknik memiliki Prodi Teknik Sipil (Akreditasi Baik) dan Rekayasa Sistem Komputer (Akreditasi Baik).

Fakultas Agama Islam mencakup Prodi Pendidikan Agama Islam (Akreditasi B) dan Hukum Keluarga/Ahwal Syakhshiyah (Akreditasi B). Fakultas Ekonomi terdiri dari Prodi Akuntansi (Akreditasi Baik Sekali) dan Manajemen (Akreditasi Baik).

Fakultas Pertanian menaungi Prodi Agribisnis (Akreditasi B) dan Pengelolaan Sumber Daya Perairan (Akreditasi Baik Sekali).

Sementara itu, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan memiliki lima program studi, yaitu Bimbingan dan Konseling (Akreditasi Unggul), Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Akreditasi Baik Sekali),

Pendidikan Guru Sekolah Dasar (Akreditasi Baik Sekali), Pendidikan Biologi (Akreditasi Baik Sekali), dan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Akreditasi Baik Sekali).

Selain program sarjana, UM Buton juga membuka program magister, yaitu Pascasarjana Ilmu Hukum (Akreditasi Baik).

“Sejumlah program studi telah meraih status Unggul dan Baik Sekali, bukti komitmen kami dalam meningkatkan mutu akademik,” jelasnya.

Transformasi Kampus
Sejak Wa Ode menjabat sebagai Rektor pada 2019, berbagai pencapaian penting telah diraih. Jumlah dosen tetap meningkat dari 145 menjadi 193 orang.

Kualitas akademik juga terus berkembang, awalnya hanya terdapat 11 dosen bergelar doktor, kini bertambah menjadi 32 orang, ditambah 55 dosen lainnya yang sedang menempuh studi doktoral.

Selain itu, jumlah dosen bersertifikasi pendidik naik dari 66 menjadi 131 orang, dan tenaga kependidikan bertambah dari 46 menjadi 63 orang.

Kemajuan juga terlihat di bidang infrastruktur. UM Buton yang sebelumnya hanya memiliki tiga gedung kuliah kini berkembang pesat dengan tambahan dua gedung kuliah,

yaitu Gedung Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan serta Gedung Fakultas Teknik, satu masjid, satu gedung rusunawa, satu gedung unit bisnis (perusahaan air minum), serta Gedung Kembar yang masih dalam proses pembangunan.

“Jumlah laboratorium yang sebelumnya hanya empat kini menjadi sepuluh, tersebar di berbagai program studi untuk memperkuat kegiatan pembelajaran praktikum,” jelasnya.

UM Buton juga menunjukkan kemajuan dalam kemandirian kampus melalui pengembangan unit bisnis. Dari sebelumnya hanya satu unit, kini terdapat tujuh unit, meliputi Galeri BEI, Sang Surya Mart, Sang Surya Kantin, Sang Surya ATK, EOUM Buton CC (penyewaan aset dan gedung auditorium), StudioMu, dan perusahaan Air Minum Kemasan.

“Transformasi digital juga menjadi hal penting, dengan layanan yang berkembang dari satu sistem menjadi delapan layanan digital terpadu yang mendukung seluruh proses administrasi akademik,” tambahnya.

Capaian Akademik
Di bawah kepemimpinan Wa Ode, jumlah program studi bertambah dari 14 menjadi 17 dengan tambahan Prodi Teknik Rekayasa Sistem Komputer, Pascasarjana Ilmu Hukum, dan Pengelolaan Sumber Daya Perairan.

Mutu akreditasi program studi juga meningkat signifikan. Saat membuka prodi baru, UM Buton tetap melakukan evaluasi untuk memperbaiki akreditasi, baik program studi maupun institusi.

“Dengan perjuangan panjang dan kerja keras yang konsisten, UM Buton berhasil mencapai pencapaian penting. Pada 2023, institusi ini mendapatkan akreditasi Baik Sekali,” tambahnya.

Publikasi juga terus meningkat setiap tahun, menunjukkan budaya riset yang semakin kuat di kalangan dosen. Peningkatan jumlah riset dan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) mencerminkan partisipasi aktif civitas akademika dalam memberdayakan masyarakat.

Hibah penelitian dari Kementerian Dikti Saintek pun terus bertambah, dengan 17 penelitian dan 4 PKM tercatat pada tahun 2025.

Perluasan jejaring dengan industri dan universitas luar negeri juga mengalami perkembangan pesat. Kerja sama regional yang awalnya hanya 6, meningkat menjadi 73 pada tahun 2025. Kerja sama nasional naik dari 6 menjadi 50, sedangkan kerja sama internasional bertambah dari 5 menjadi 30.

“Awalnya jumlah MoU terbatas, tapi dalam lima tahun terakhir meningkat tajam, bahkan mencapai puluhan kerja sama dengan industri dan universitas luar negeri,” katanya.

Hibah yang diterima UM Buton semakin beragam, mendukung kemajuan institusi, termasuk hibah riset, detasering, Merah Putih berupa ±1000 unit laptop dan tablet, tracer study, SPMI, alat laboratorium Teknik Sipil, rumah susun mahasiswa (putri), hingga pembangunan masjid UM Buton.

“Prestasi mahasiswa juga meningkat di berbagai bidang, baik akademik maupun non-akademik. Pada 2024/2025, tercatat sebanyak
18 prestasi akademik di tingkat internasional,” jelasnya.

Dukung Pembangunan Daerah Bangun Reputasi Internasional

Berbagai capaian yang telah diraih menempatkan UM Buton pada posisi strategis dalam peta pendidikan tinggi nasional.

Saat ini, UM Buton merupakan salah satu universitas terkemuka di Sulawesi Tenggara, menempati peringkat pertama di Kota Baubau, peringkat ke-15 di Sulawesi, dan peringkat ke-265 secara nasional dari 4.653 perguruan tinggi.

Dalam lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah, UM Buton berada di posisi ke-27 dari 162 Perguruan Tinggi Muhammadiyah-’Aisyiyah.

Jumlah mahasiswa aktif saat ini mencapai 7.048 orang, termasuk mahasiswa asing yang turut memperkaya suasana akademik kampus.

Wa Ode menjelaskan bahwa tren jumlah mahasiswa meningkat setiap tahun, mencerminkan reputasi, fasilitas, program studi, dan promosi kampus yang semakin dikenal luas. Pada 2025, jumlah pendaftar tercatat sebanyak 2.073 orang.

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) menjadi unggulan, baik dari segi jumlah mahasiswa aktif maupun peminat, karena masyarakat daerah cenderung memilih jurusan pendidikan dasar sebagai pilihan karier yang stabil.

Prodi Bimbingan Konseling juga diminati pada 2025, didukung akreditasi Unggul. Prodi Manajemen dan Akuntansi menunjukkan daya tarik yang besar, sementara Prodi Rekayasa Sistem Komputer menjadi favorit dengan dukungan fasilitas laboratorium yang memadai.

UM Buton memiliki keunggulan dengan menanamkan pendidikan berbasis nilai-nilai Islam berkemajuan, tidak hanya fokus pada aspek akademik, tetapi juga pada pembentukan akhlak, kepemimpinan, dan etos kerja Islami.

Dalam pengembangan ilmu, UM Buton mengusung orientasi lokal dengan sudut pandang global. Potensi maritim, perikanan, kelautan, agribisnis, budaya Buton, dan pariwisata dijadikan dasar kajian keilmuan untuk bersaing di tingkat nasional maupun internasional.

Sebagai institusi di kawasan kepulauan, UM Buton dekat dengan masyarakat melalui misi pemberdayaan pesisir, UMKM, serta pembangunan daerah berbasis riset terapan dan pengabdian.

Meski berada di daerah, kampus ini tetap menyediakan fakultas dan program studi yang beragam. Sebagai bagian dari Persyarikatan Muhammadiyah,

UM Buton memiliki jaringan luas dengan kampus Muhammadiyah se-Indonesia melalui kerja sama akademik, pertukaran mahasiswa, seminar, dan penguatan kelembagaan.

Kampus ini juga membuka akses inklusif bagi mahasiswa dari berbagai latar belakang sosial-ekonomi dengan biaya terjangkau namun tetap menjaga kualitas.

Selain itu, UM Buton menjadi pusat dakwah Muhammadiyah di Sulawesi Tenggara sekaligus garda terdepan dalam pengembangan pendidikan, riset, dan pemberdayaan masyarakat kepulauan.

Pembangunan Daerah
Kontribusi UM Buton dalam mendukung pembangunan daerah Kepulauan Buton dilakukan melalui berbagai cara. Di bidang pendidikan, UM Buton menyediakan program studi yang relevan dengan kebutuhan daerah,

sehingga mampu meningkatkan kualitas sumber daya manusia sekaligus membuka akses pendidikan tinggi bagi masyarakat Buton Raya dan sekitarnya tanpa harus keluar daerah. Hal ini tidak hanya mengurangi biaya pendidikan tetapi juga mendorong peningkatan angka partisipasi kuliah.

Di bidang ekonomi, UM Buton melalui program studi seperti Agribisnis dan Manajemen berperan dalam meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat serta mengembangkan potensi sumber daya alam lokal.

Melalui program pengabdian masyarakat dan inkubasi bisnis, kampus ini turut membantu UMKM dalam manajemen, pemasaran, digitalisasi, serta akses permodalan.

Riset dan inovasi berbasis potensi lokal, seperti pengolahan hasil laut, pariwisata, kerajinan, dan pertanian, juga terus digalakkan sehingga lahir produk unggulan daerah.

Mahasiswa juga didorong untuk menjadi pencipta lapangan kerja melalui kewirausahaan, baik melalui mata kuliah wajib maupun program kewirausahaan mahasiswa.

Dalam bidang sosial kemasyarakatan, UM Buton aktif meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat melalui kegiatan pengabdian, KKN tematik, serta pendampingan desa pesisir dalam pendidikan anak, konservasi lingkungan, tata kelola desa, pembinaan BUMDes, hingga penyuluhan hukum.

UM Buton juga menjadi pusat kajian kebudayaan Buton dengan mengadakan seminar, penelitian, serta pelestarian budaya. Sebagai bagian dari Muhammadiyah, kampus ini turut menjalankan gerakan sosial dan dakwah Islam berkemajuan, sehingga menjadi motor perubahan sosial di tengah masyarakat.

Secara keseluruhan, UM Buton mendukung pembangunan daerah melalui pengembangan potensi lokal, peningkatan kualitas pendidikan, serta membangun kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk pemerindah daerah.

“UM Buton telah menjadi bagian penting dalam pembangunan Kepulauan Buton, khususnya dalam bidang pendidikan, ekonomi dan sosial kemasyarakatan.” tegasnya

Roadmap Internasionalisasi
Wa Ode menyampaikan bahwa internasionalisasi adalah bagian penting dari pencapaian visi UM Buton sebagai perguruan tinggi yang memiliki daya saing global. Roadmap strategis telah disusun untuk menjadikan UM Buton sebagai institusi yang terbuka, terhubung, dan diakui di tingkat internasional.

Rencana ini dirancang untuk jangka waktu empat tahun. Tahun pertama difokuskan pada pembentukan sistem dan penguatan kapasitas dasar melalui pengembangan kelembagaan, pelatihan bahasa Inggris, penyiapan kurikulum, serta peningkatan kualitas layanan.

Tahun kedua ditargetkan pada pengembangan kolaborasi dengan berbagai negara sesuai bidang keilmuan dan program studi, melalui program seperti pertukaran pelajar,

Kuliah Kerja Amaliah (KKA) luar negeri, webinar, seminar internasional, program double degree, hingga summer school, dengan target awal 10 mahasiswa outbound dan 50 inbound.

Tahun ketiga diarahkan pada integrasi kurikulum, riset bersama, serta publikasi internasional. Tahun keempat menargetkan pengajuan akreditasi internasional untuk satu hingga dua program studi, pengembangan double degree dengan universitas mitra, dan perluasan program mobilitas seperti magang internasional.

Sebagai upaya mewujudkan visi menjadi Perguruan Tinggi berbasis Kemaritiman, berjiwa Entrepreneurship, berkarakter Islami, dan berdaya saing global, UM Buton telah membentuk Lembaga Urusan Internasional, Kerja Sama, dan Bahasa untuk memfasilitasi seluruh program internasionalisasi.

Mitra yang telah dijalin mencakup Australia, Malaysia, Thailand, Singapura, Filipina, Vietnam, Belanda, Belgia, Prancis, hingga Uzbekistan. Kerja sama di Australia melibatkan Macquarie University yang fokus pada manajemen dan bisnis, University of New England di bidang pertanian, serta Excelsia University yang menitikberatkan pada pendidikan anak usia dini dan bisnis.

Di Belanda, UM Buton menjalin kemitraan dengan Universitas Groningen dalam bidang ekonomi, bisnis, dan teknik sipil. Di Vietnam, kerja sama terjalin dengan FTP University di bidang rekayasa sistem komputer.

Sementara itu, di Asia Tenggara, kolaborasi diwujudkan melalui program pengabdian masyarakat bersama University Rajabhat Thailand, seminar internasional, dan kegiatan visiting professor dengan UKM Malaysia.

Kegiatan internasionalisasi ini tidak hanya melibatkan mahasiswa, tetapi juga dosen dari berbagai program studi. Selain mendukung pelaksanaan tridharma, setiap kunjungan dimanfaatkan untuk benchmarking guna memperkaya wawasan tentang tata kelola perguruan tinggi, pengembangan kurikulum, serta manajemen program studi dan fakultas yang memiliki bidang serupa.

“Dengan strategi yang terencana, UM Buton menegaskan komitmennya untuk menjadi perguruan tinggi yang kompetitif dan diakui secara global,” ujarnya.

Kiprah 15 Ribu Alumni Banyak Aktif di Politik

Saat ini UM Buton telah melahirkan lebih dari 15 ribu alumni yang tersebar di berbagai bidang pekerjaan. Di bidang politik, ada yang terpilih sebagai anggota DPR maupun DPRD, bahkan dipercaya menduduki jabatan Ketua DPRD.

Pada sektor pemerintahan, sejumlah alumni berperan sebagai pejabat struktural di berbagai dinas dengan tanggung jawab strategis. Di dunia pendidikan, banyak yang sukses menjadi guru, kepala sekolah, konselor, atau dosen di perguruan tinggi.

Dalam bidang ekonomi dan bisnis, alumni berkiprah sebagai kontraktor, konsultan, pengusaha, hingga tenaga profesional di perusahaan nasional. Ada juga yang berkarier di perbankan dengan posisi strategis, bekerja di sektor pertambangan, atau terlibat di lembaga layanan publik seperti KUA, BUMN, dan institusi pemerintahan lainnya.

“Bagi kampus, alumni adalah wajah nyata keberhasilan pendidikan, penghubung jejaring, sekaligus sumber daya strategis untuk meningkatkan reputasi,” ungkapnya.

Wa Ode menekankan bahwa alumni yang sukses di dunia kerja, pemerintahan, bisnis, maupun akademik menjadi teladan yang mampu mengangkat citra UM Buton.

Prestasi ini dapat dipublikasikan untuk menarik calon mahasiswa baru sekaligus memperluas jejaring kerja sama dengan mitra nasional dan internasional.

Alumni juga berperan sebagai jembatan kemitraan dengan universitas, industri, NGO, maupun pemerintah. Kontribusi mereka diwujudkan melalui kuliah tamu, workshop, mentoring, serta berbagi pengalaman praktis yang melengkapi teori di kelas.

Alumni turut membantu mahasiswa dalam magang, penelitian lapangan, hingga membuka peluang rekrutmen kerja. Dukungan mereka tidak hanya berupa ilmu, tetapi juga bantuan material seperti penggalangan dana untuk beasiswa, pembangunan sarana, dan dukungan terhadap program internasionalisasi.

Melalui Ikatan Keluarga Alumni, kontribusi tersebut menjadi lebih terarah dan terorganisir. Selain itu, alumni yang berpengalaman di dunia kerja memberikan masukan terhadap kurikulum agar selalu selaras dengan kebutuhan industri dan perkembangan zaman, termasuk penguatan kompetensi global.,seperti bahasa asing, keterampilan digital, dan soft skills.

“Bagi pemerintah daerah, alumni UM Buton merupakan aset penting yang dapat menjadi motor pembangunan, mitra dalam penyusunan kebijakan, penggerak
ekonomi, sekaligus duta daerah di kancah nasional maupun internasional,” tambahnya.

Target Strategis
Untuk mendukung kemajuan UM Buton, Wa Ode menetapkan beberapa target strategis, termasuk mendorong semua program studi meraih akreditasi unggul agar institusi juga mendapatkan predikat Unggul,

menyiapkan satu hingga dua program studi untuk akreditasi internasional, dan mengintegrasikan kurikulum dengan kebutuhan industri serta standar global.

Internasionalisasi kampus dilakukan melalui program student mobility inbound dan outbound, penyediaan mata kuliah berbahasa Inggris, serta menghadirkan dosen tamu dari luar negeri.

Penguatan penelitian dan inovasi diwujudkan dengan mendirikan pusat riset unggulan berbasis potensi lokal, meningkatkan publikasi di jurnal bereputasi internasional, serta mendorong paten dan inovasi teknologi tepat guna bagi masyarakat pesisir dan kepulauan.

Kontribusi nyata untuk daerah dilaksanakan melalui program pengabdian masyarakat yang fokus pada isu stunting, literasi, lingkungan, dan ekonomi kreatif.

Pengembangan mahasiswa dan alumni dilakukan dengan membekali mahasiswa dengan soft skills, kewirausahaan, dan sertifikasi profesi, serta mengoptimalkan peran Ikatan Alumni (IKA) sebagai mitra strategis dalam pengembangan kampus.

“Target ke depan adalah 5–10% alumni terserap di dunia kerja profesional tingkat nasional maupun internasional,” ujarnya.

Digitalisasi dan tata kelola modern diwujudkan melalui Smart Campus, mencakup sistem akademik terintegrasi, e-learning, dan administrasi digital. Penguatan identitas dan branding universitas diarahkan agar UM Buton menjadi pusat studi kepulauan dan maritim di kawasan timur Indonesia.

Sarana dan prasarana juga akan terus ditingkatkan melalui pembangunan Gedung Fakultas Pertanian, Gedung Fakultas Agama Islam, dan Gedung Kedokteran yang representatif.

Artikel Terkait