Visi besar PDSI adalah menjadi layanan pengeboran kelas dunia yang efisien, tangguh, dan berkontribusi langsung pada swasembada energi nasional.
Bagi Avep Disasmita, industri migas bukan hanya tentang sumur dan rig, tetapi juga sebuah dunia yang telah ia tekuni sejak 1995, dimulai dari posisi teknis sebagai Well Engineer di Total E&P Indonesie.
Avep menjelaskan bahwa saat ini PDSI berada dalam jalur positif, baik secara keuangan, operasional, maupun pengembangan bisnis. Dari sisi keuangan, PDSI menunjukkan tren pertumbuhan pendapatan yang stabil, didukung oleh efisiensi biaya operasional dan disiplin keuangan.
Margin keuntungan juga meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dalam operasional dan teknologi, PDSI terus bertransformasi dengan meningkatkan standar layanan pengeboran, digitalisasi proses bisnis, penguatan kompetensi SDM, serta penerapan HSSE.
Upaya ini berhasil menurunkan Non-Productive Time (NPT) dan menjaga stabilitas indikator keselamatan kerja. Ke depan, PDSI berencana melakukan diversifikasi dan kolaborasi strategis untuk memperluas cakupan layanan dan pasarnya.
Posisi Strategis
Dalam struktur holding energi nasional, PDSI berada di bawah koordinasi Subholding Upstream PT Pertamina Hulu Energi (PHE). Sebagai satu-satunya entitas di Pertamina Group yang fokus pada jasa pengeboran,
PDSI memiliki peran penting dalam mendukung keberlanjutan dan ketahanan energi nasional. Menurut Avep, PDSI memegang posisi sentral dalam ekosistem pengeboran nasional.
Dengan jumlah rig terbanyak, cakupan wilayah kerja yang luas, dan layanan terintegrasi dari hulu ke hilir (drilling, workover, well service, hingga geothermal), PDSI menjadi penyedia layanan pengeboran dengan portofolio terbesar di Indonesia.
“PDSI adalah ujung tombak penyedia jasa pengeboran dalam negeri, tidak hanya menopang operasi Pertamina Group,” katanya.
Di tingkat internasional, PDSI mulai ekspansi secara selektif dan berkelanjutan dengan fokus pada penguatan kapabilitas internal dan efisiensi operasional.
Saat ini, PDSI menangani berbagai proyek strategis yang tersebar di Regional 1 hingga Regional 5 Pertamina Group, mencakup eksplorasi, eksploitasi, serta aktivitas workover dan well services di berbagai blok migas.
Selain proyek internal, PDSI juga dipercaya mengelola proyek eksternal seperti dari ExxonMobil dan Medco, menunjukkan kepercayaan pasar terhadap kapabilitas teknis dan operasional perusahaan.
Dalam sektor panas bumi (geothermal), PDSI aktif melakukan pengeboran di berbagai lapangan milik Pertamina Geothermal Energy (PGE), memperkuat perannya sebagai pemain utama dalam transisi energi bersih di Indonesia.
Walaupun fokus utama PDSI adalah mendukung operasional Pertamina Group, Avep menyatakan bahwa perusahaan juga terbuka untuk bekerja sama dengan entitas nasional maupun internasional.
Salah satu inisiatif penting adalah pengembangan Indonesia Drilling Training Center (IDTC), sebuah pusat pelatihan pengeboran bertaraf internasional yang dikelola PDSI.
IDTC telah menjadi pusat pengembangan SDM migas, melatih tenaga kerja domestik dan peserta dari negara seperti Namibia, Tanzania, dan Timor Leste.
Dalam menjawab kebutuhan pengeboran energi nasional, PDSI mengoperasikan layanan pengeboran energi nasional di wilayah darat (onshore) dan laut (offshore). Untuk onshore, PDSI memiliki pengalaman panjang dengan dukungan armada rig andal dan tenaga kerja terlatih.
Di offshore, PDSI berpengalaman dalam workover dan layanan non-rig, serta terus mengembangkan kompetensi dalam pengeboran menggunakan Jack Up Rig sejak tahun 2024 dengan menggandeng ADES Group.
Proyek ini mencakup wilayah kerja PT Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatera (PHE OSES) dan PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ).
Keunggulan teknis PDSI didukung oleh kinerja operasional yang unggul, terbukti dari Non-Productive Time (NPT) yang sangat rendah berkat perencanaan, eksekusi, dan pengendalian risiko yang efektif di lapangan. Selain itu, aspek Health, Safety, Security & Environment (HSSE) tetap menjadi prioritas utama PDSI.
Komitmen ini dibuktikan dengan pencapaian penghargaan dari International Association of Drilling Contractors (IADC), yang menjadi pengakuan atas standar
keselamatan kerja kami yang setara dengan praktik terbaik industri global.
“Dengan landasan teknis dan operasional yang kuat, PDSI terus memperkuat posisinya sebagai mitra strategis yang andal dalam mendukung ketahanan energi
nasional dan ekspansi industri hulu migas,” katanya.
Target Nasional
Avep menegaskan bahwa PDSI berkomitmen penuh untuk mendukung target strategis nasional dalam mencapai produksi 1 juta barel minyak dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari.
PDSI terus meningkatkan kapabilitas armada rig agar lebih andal, efisien, dan siap mendukung kebutuhan operasional secara tepat waktu. Hingga kini, PDSI telah menyelesaikan ratusan sumur pengeboran dan workover setiap tahunnya.
PDSI juga terus melengkapi kapabilitas dan sumber daya untuk menyediakan layanan one stop solution melalui penerapan Integrated Project Management (IPM). Baru-baru ini, PDSI menambahkan kapabilitas dalam menyediakan layanan hydraulic fracturing sebagai salah satu solusi penting.
Selain itu, PDSI berinvestasi dalam digitalisasi dan teknologi pengeboran terkini, seperti penggunaan sistem realtime monitoring, predictive maintenance, dan artificial intelligence, untuk memastikan operasi berjalan aman, cepat, dan efisien.
Langkah ini merupakan bagian dari inisiatif untuk menurunkan Non-Productive Time (NPT) dan meningkatkan cost-effectiveness bagi Pertamina.
Avep juga menyatakan bahwa PDSI siap menjadi mitra strategis untuk menjaga ketahanan energi nasional dan menciptakan kemandirian industri jasa pengeboran migas di dalam negeri.
Ia menjelaskan bahwa Indonesia memiliki potensi sumber daya migas yang besar, tidak hanya di lapangan eksisting tetapi juga di wilayah-wilayah baru (frontier) dan kawasan laut dalam (deepwater), dengan cadangan terbukti lebih dari 2 miliar barel minyak dan sekitar 40 triliun kaki kubik gas.
Namun, ia juga menyoroti berbagai tantangan dalam eksplorasi migas, seperti aspek keekonomian proyek di medan yang memiliki biaya tinggi dan risiko besar, serta akses ke wilayah eksplorasi yang semakin terpencil dan membutuhkan logistik terpadu.
Terbesar Asia Tenggara
PDSI saat ini memiliki lebih dari 50 rig, menjadikannya pemilik armada rig terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara. Armada ini mencakup rig darat (onshore) dan laut (offshore) yang digunakan untuk pengeboran, workover, serta layanan sumur.
Menurut Avep, sebagian besar rig kini sepenuhnya operasional, menjalankan proyek pengeboran dan layanan lapangan. “Kami menjaga keseimbangan antara pemakaian dan kesiapan rig untuk tetap fleksibel tanpa mengorbankan efisiensi,” katanya.
PDSI tidak hanya fokus pada jumlah rig, tetapi juga meningkatkan kualitas dan teknologi. Avep menuturkan bahwa teknologi pengeboran berkembang pesat, mulai dari digitalisasi, otomatisasi, hingga penggunaan data real-time untuk pengambilan keputusan.
PDSI telah menyusun roadmap modernisasi rig, termasuk investasi dalam teknologi digital rig monitoring, peningkatan efisiensi energi, dan sistem keselamatan kerja berbasis teknologi serta Artificial Intelligence (AI).
Menurut Avep, PDSI bertujuan menjadi tolak ukur nasional dalam layanan pengeboran energi yang efisien, profesional, dan berstandar global. “Kami ingin menjadikan Pertamina Drilling sebagai benchmark nasional untuk layanan pengeboran kelas dunia,” ujarnya.
PDSI juga berkomitmen meningkatkan kontribusi nyata terhadap lifting nasional, membangun SDM unggul, dan memperkuat perannya dalam mendukung kemandirian energi nasional.
“Kami bukan sekadar penyedia jasa pengeboran, tetapi bagian dari solusi strategis Indonesia untuk mencapai ketahanan energi dan kedaulatan industri hulu migas,” jelasnya.