Direktur Utama BPRS Dinar Ashri – Dari NTB ke Puncak Nasional Rebranding Syariah Jadi Kunci

Share

Perjalanan Mustaen bergabung dengan Bank Perekonomian Rakyat Syariah (BPRS) Dinar Ashri dimulai dengan cara yang cukup unik. Setelah menyelesaikan pendidikan S1 Teknik Elektro di Universitas Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), menemukan sebuah iklan lowongan kerja di koran. Hanya mencantumkan “bank syariah” tanpa menyebut nama institusi. Ia pun memutuskan untuk mengajukan lamaran.

Saat proses wawancara, muncul pertanyaan menarik. Pewawancara mempertanyakan alasan Mustaen, lulusan Teknik Elektro, memilih masuk ke dunia perbankan syariah.

Dengan yakin, Mustaen menjawab bahwa selama seseorang mau belajar, tidak akan ada masalah. Usai wawancara, ia sempat menanyakan nama bank tempat ia diterima bekerja, namun pewawancara belum bisa menjawab karena nama resminya belum ditetapkan.

Mustaen kemudian dikirim ke Bank Muamalat Surabaya untuk menjalani on the job training (OJT) selama tiga bulan.

Sementara itu, para pengurus menyelesaikan proses perizinan dan pembangunan infrastruktur. Setelah semuanya rampung, nama resmi bank tersebut akhirnya ditetapkan, yaitu BPRS Dinar Ashri.

Dari Al-quran
Mustaen menjelaskan bahwa nama Dinar Ashri dipilih karena mudah diucapkan dan diingat. Secara makna, dinar adalah mata uang yang telah digunakan sejak zaman Rasulullah dan nilainya tetap stabil hingga kini, tidak seperti rupiah yang mengalami penurunan.

“Harapannya, bank ini dapat terus tumbuh, berkembang, dan abadi di sanubari masyarakat,” ujarnya.

Sementara itu, kata Ashri terinspirasi dari surat Al-‘Asr dalam Alquran. Dalam surat tersebut, Allah bersumpah demi waktu, yang menandakan sesuatu yang sangat penting dan serius. “Artinya, kami wajib mengelola BPRS ini dengan sangat serius dan penuh kedisiplinan,” lanjutnya.

Komitmen itu terus dipegang teguh oleh Mustaen, dibuktikan dengan kesungguhannya mempelajari berbagai bidang, mulai dari perbankan, ekonomi, hukum, manajemen, hingga kepemimpinan, bahkan sampai tahap aksi-aksi korporasi.

Karier Mustaen di BPRS Dinar Ashri terus menanjak, dimulai dari staf marketing, lalu menjadi Pimpinan Kantor Cabang Aikmel, Kepala Divisi Marketing, Direktur, hingga pada tahun 2017 dipercaya sebagai Direktur Utama.

Rebranding Total
Saat Mustaen resmi menjabat sebagai Direktur Utama pada 1 Mei 2017, aset BPRS Dinar Ashri baru mencapai Rp 174 miliar. Pada waktu itu, bank ini belum menjadi yang terbesar di NTB, apalagi di tingkat nasional. Bahkan, sebagian masyarakat masih memandang sebelah mata keberadaannya.

“Meskipun mayoritas masyarakatnya muslim, keinginan dan kemauan mereka untuk menggunakan layanan bank syariah masih rendah,” katanya. Ia menyadari bahwa bank syariah tidak boleh eksklusif.

Langkah pertama yang diambil adalah melakukan rebranding, termasuk mengganti logo agar tidak secara eksplisit menunjukkan identitas syariah, sehingga lebih inklusif dan diterima semua kalangan.

Mustaen juga merevisi seluruh strategi bank dengan semangat merangkul semua pihak. Perbedaan keyakinan bukan penghalang, asalkan semua pihak mematuhi aturan yang berlaku. Menurutnya, Rasulullah dulu juga berniaga tidak hanya dengan sesama muslim, tetapi juga dengan Nasrani dan Yahudi.

“Prinsip itulah yang diterapkan di BPRS Dinar Ashri. Jadi, yang kami tonjolkan adalah aspek kemanfaatannya,” tegasnya.

Ikatan Emosional
Dalam mengelola BPRS Dinar Ashri, Mustaen menerapkan prinsip menambah, bukan menambal. Artinya, nasabah yang sudah ada harus benar-benar dijaga agar tetap setia, sambil terus mencari nasabah baru untuk meningkatkan jumlahnya.

Manfaat layanan pun harus dirasakan langsung oleh nasabah. Produk-produk bank dirancang sesuai kebutuhan masyarakat, bukan hanya berdasarkan idealisme perancang.

Aspek syariah tidak cukup hanya dari akad seperti murabahah, mudharabah, atau musyarakah, tetapi juga harus mengutamakan kejujuran, transparansi, dan perlakuan adil kepada nasabah.

Hubungan emosional juga perlu diperkuat agar kepercayaan tumbuh. Jika nasabah lama pergi karena kecewa dan digantikan yang baru, itu hanya menambal kekurangan, bukan membangun pertumbuhan.

“Nasabah yang sudah bergabung, kami pastikan tidak akan pergi,” katanya.

Sejak awal, BPRS Dinar Ashri hadir untuk membantu masyarakat dalam akses perbankan, pembiayaan, dan pengelolaan keuangan, dengan tujuan membangun lembaga keuangan berbasis syariah yang mampu mengikuti perkembangan zaman.

“Bukan karena berprinsip syariah lalu cukup memakai sarung, tapi juga harus modern dan menyesuaikan perkembangan,” katanya.

Menjual Manfaat
ustaen menyampaikan bahwa masyarakat pada dasarnya memiliki kesamaan di mana pun berada. Tidak serta merta pendekatan berbeda diterapkan hanya karena suatu daerah mayoritas Muslim. Semua masyarakat bersifat rasional. Di era ini, pendekatan berbasis doktrin sudah tidak efektif.

Contohnya, jika bank syariah menakut-nakuti dengan ayat-ayat tentang neraka untuk menarik nasabah, hal itu menunjukkan kurangnya kreativitas.

BPRS Dinar Ashri selalu mengutamakan manfaat nyata bagi nasabahnya. Setiap nasabah yang bergabung merasakan keuntungan langsung, mendapatkan dukungan, transparansi, dan kesempatan untuk maju bersama.

Nilai-nilai inilah yang menjadi daya tarik utama. Bahkan kini, banyak nasabah dari kalangan Tionghoa yang mempercayakan layanan keuangannya kepada bank ini.

Bank ini tetap konsisten menjalankan prinsip-prinsip syariah dalam aktivitas sehari-hari, seperti yang diajarkan Rasulullah: siddiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), dan fatonah (cerdas). Nilai-nilai tersebut menjadi pedoman yang terus diterapkan secara berkesinambungan.

“Saat ini, jumlah nasabah dari luar NTB terus bertambah. Beberapa bahkan belum pernah bertemu langsung, tetapi karena reputasi kami, mereka memutuskan untuk bekerja sama,” ungkapnya.

BPRS Berlaba Terbesar Di Tingkat Nasional

Pada tahun 2024, BPRS Dinar Ashri mencatatkan laba bersih sebesar Rp 37,7 miliar. Angka ini menempatkannya sebagai BPRS dengan profit tertinggi secara nasional. Meskipun pada tahun tersebut belum berada di posisi teratas dalam hal aset, dari sisi keuntungan sudah menjadi yang nomor satu.

Pertumbuhan signifikan terjadi pada tahun berikutnya. Per Juli 2025, BPRS Dinar Ashri mencatat lonjakan aset, menjadikannya BPRS dengan total aset terbesar di Indonesia sebesar Rp1,843 triliun.

Jumlah nasabah juga tumbuh pesat, mencapai sekitar 100.000 orang, terbanyak secara nasional di antara BPRS lainnya. Total pembiayaan mencapai Rp1,665 triliun, sedangkan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp1,180 triliun. Rasio Non Performing Financing (NPF) tetap rendah di angka 0,46 persen.

“Untuk jenis pembiayaannya, BPRS Dinar Ashri fokus pada tiga sektor utama, yaitu pembiayaankonsumtif, pembiayaan gadai emas, serta pembiayaan untuk sektor UMKM dan properti,” katanya.

Kinerja dan pengelolaan yang solid telah membawa BPRS Dinar Ashri meraih berbagai penghargaan dari Infobank, lembaga penilai independen yang kredibel dan diakui secara nasional. Capaian ini menunjukkan bahwa bank ini dikelola dengan baik, profesional, dan berorientasi pada pertumbuhan.

Semangat Kekeluargaan
Mustaen menjelaskan, kepengurusan BPRS Dinar Ashri dijalankan dengan semangat kekeluargaan dan komitmen bersama menjaga pilar-pilar yang disepakati.

Direksi bertanggung jawab mengelola perusahaan, sementara Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah, dan pemegang saham menjalankan fungsi mereka secara optimal,

” Kami menghormati mereka sebagai guru, orang tua dan penasehat,” ujarnya.

Setiap kebijakan dalam pengelolaan perusahaan, seperti budaya kerja, visi, dan misi, dilaksanakan dengan disiplin dan konsisten oleh seluruh sumber daya manusia. Nilai-nilai ini menjadi fondasi kekuatan BPRS Dinar Ashri dalam menjaga stabilitas.

Konsistensi adalah kunci keberhasilan, karena semua pencapaian tidak datang secara instan, melainkan hasil dari ketekunan dan usaha yang terus menerus. Banyak orang dapat mempelajari ilmu manajemen, tetapi tantangan terbesar ada pada penerapannya.

“Contohnya budaya kerja disiplin. Saat masih menjadi karyawan, saya sudah tiba pukul tujuh pagi. Sekarang, meskipun menjabat sebagai direktur utama, kebiasaan itu tetap saya jalankan,” ujarnya.

Rasional Finansial
BPRS Dinar Ashri, sebagai bank yang bukan termasuk bank umum, memiliki struktur biaya yang berbeda. Biaya dananya mencapai 60% dari total biaya operasional.

Menurut Mustaen, agar menarik, bank syariah harus mampu mencetak keuntungan yang baik sehingga bisa memberikan bagi hasil yang kompetitif bagi deposan dan penabung.

Saat ini, hampir 99% masyarakat bersikap rasional dalam memilih layanan perbankan. Mereka tidak hanya menggunakan bank karena prinsip syariah, tetapi juga karena perhitungan keuntungan yang jelas.

“Bahkan, tuan guru atau kiai sekalipun mempertimbangkan hitung-hitungan tersebut,” jelasnya.

Sebagaimana prinsip umum perbankan yang memiliki dua sisi, yaitu penyaluran dana (lending) dan penghimpunan dana (funding). Pada sisi lending, termasuk pembiayaan untuk kebutuhan modal kerja, usaha, maupun konsumtif.

Namun, penting untuk meninjau kembali definisi konsumtif dan produktif, karena seringkali pembiayaan yang dikategorikan konsumtif sebenarnya bersifat produktif.

Mustaen mencontohkan, pembiayaan pembelian motor yang digunakan untuk usaha sebenarnya produktif. Begitu juga dengan gadai emas, meskipun dikategorikan konsumtif, dana hasil gadai sering digunakan untuk usaha pertanian atau UMKM.

“Kadang-kadang, karena aturan OJK, hal ini disebut konsumtif, padahal sebenarnya tidak sepenuhnya konsumtif,” ujarnya.

Di sisi funding, BPRS Dinar Ashri memiliki produk lengkap, mulai dari tabungan hingga deposito, baik untuk individu maupun perusahaan. Bahkan, banyak perusahaan yang telah memanfaatkan fasilitas pendanaan tersebut.

Ekspansi dan Akuisisi
Untuk memperluas jangkauan, BPRS Dinar Ashri berencana membuka beberapa cabang baru, dimulai dengan ekspansi ke Bali dan Makassar. Mustaen mengungkapkan bahwa secara nasional, perekonomian NTB berada di peringkat ke-12 terbawah dari 38 provinsi

. Oleh karena itu, tanpa ekspansi ke luar daerah, potensi pertumbuhan diperkirakan akan stagnan di kisaran Rp3 triliun hingga maksimal Rp5 triliun dan tidak bisa berkembang lebih besar dari itu.

Sebagai langkah strategis, cetak biru pengembangan untuk wilayah Indonesia Timur telah disiapkan. Rencana ini dimulai dari kawasan tengah hingga wilayah timur, dengan target daerah yang memiliki skala ekonomi lebih besar dan lebih baik dibandingkan NTB.

“Di NTB saja, dengan skala ekonomi yang relatif kecil, kita bisa tampil baik. Insyaallah, di daerah yang lebih subur secara ekonomi, hasilnya akan lebih optimal,” ujarnya.

Selain ekspansi, strategi lain yang dijalankan adalah akuisisi. Langkah ini sesuai dengan regulasi OJK mengenai pemenuhan modal inti, yang dinilai cukup menantang bagi banyak pelaku industri.

Kondisi ini membuka peluang bagi BPRS Dinar Ashri untuk berkembang melalui jalur akuisisi. “Untuk mendirikan BPR atau BPRS baru, proses perizinannya sangat sulit. Namun, jika melalui akuisisi, regulasinya relatif lebih mudah,” jelasnya.

Artikel Terkait

Scroll to Top