Drh. H. Agus Sutrisno, M.Si - Pengelola LPK/SO Nakerzke Jepang (Baju Pink) bersama Tim

Drh. H. Agus Sutrisno, M.Si – Manfaatkan Peluang Besar Kerja dan Magang di Jepang

Share

Drh. H. Agus Sutrisno, M.Si lulusan S1 Kedokteran Hewan UGM dan S2 Universitas Jenderal Soedirman. Pernah menjadi Wakil Ketua DPRD Kabupaten Brebes. Kini menjadi advisor dan konsultan PT Passion Japan Inc. Juga pemilik lembaga Sending Organization (SO), lembaga pengirim tenaga kerja dan magang ke Jepang.

Tak perlu lahir di kota besar untuk bisa mendunia. Di tangan Drh. H. Agus Sutrisno, M.Si ratusan pemuda dari seluruh pelosok negeri dikader menjadi tenaga kerja unggulan yang disambut langsung oleh perusahaan-perusahaan Jepang. Mereka bukan buruh, mereka profesional global.

Dari dunia politik ke jagat bisnis ketenagakerjaan internasional, Agus Sutrisno tak sekadar menjadi penghubung antara Indonesia dan Jepang, tetapi juga menjadi jembatan harapan ribuan anak muda Indonesia. Berbekal naluri sosial dan visi yang tajam, ia memilih Jepang bukan sekadar tujuan ekonomi, tapi sebagai ladang penghormatan bagi hak dan martabat pekerja.

“Awalnya saya bukan pebisnis murni, tapi politisi yang punya naluri untuk memberdayakan masyarakat,” katanya.

Agus Sutrisno yang pernah menjadi Wakil Ketua DPRD Kabupaten Brebes ini menemukan panggilan baru setelah masa tugas legislatifnya usai. Ingin menghadirkan solusi atas pengangguran kaum muda lewat jalur ketenagakerjaan ke luar negeri.

Sebagai lulusan S1 Kedokteran Hewan UGM dan S2 Universitas Jenderal Sudirman, latar akademiknya tak linier dengan bisnis penempatan tenaga kerja. Namun kepeduliannya pada masalah sosial-lokal, terutama pengangguran lulusan SLTA hingga S1, membuatnya memilih untuk terjun langsung ke sektor yang memberikan dampak nyata.

“Yang saya pikirkan sederhana, bagaimana mereka yang berpendidikan bisa bekerja secara formal, punya masa depan, dan tidak hanya menggantungkan diri di dalam negeri,” tegasnya.

Banyak Peluang

Sejak 2019, walaupun banyak tawaran ke Eropa, memilih Jepang karena paling aman, menghargai hak asasi manusia, dan sistemnya sangat tertata. Ia mencermati bahwa Jepang membuka pintu bagi sekitar 130.000 tenaga kerja dari Indonesia. Selain masih ada yang dari Vietnam, Filipina, India, dan China.

Jepang istimewa, bukan hanya potensi ekonominya, tetapi ekosistem kerja yang terstruktur dan menghargai martabat manusia. Nyaris tak punya masalah ketenagakerjaan besar. Sistemnya menghargai pekerja.

Agus kini menjadi adviser dan konsultan PT Passion Japan Inc., sekaligus pemilik lembaga Sending Organization (SO), salah satu dari tiga jalur legal penempatan tenaga kerja ke Jepang, selain jalur antar pemerintah)dan antar perusahaan (inter-company). Melalui SO-nya, Agus menyalurkan 250–300 tenaga kerja setiap tahun.

Lembaga SO jumlahnya sekitar 500 se-Indonesia, tapi yang benar- benar aktif hanya setengahnya. Banyak yang terkendala partner Jepang, perizinan, hingga kapasitas pelatihan.

“Lembaga kami bekerja langsung dengan asosiasi perusahaan Jepang. Ada MoU yang mengikat kami dengan perusahaan pengguna di Jepang,” lanjutnya.

Profesional dan Integritas

Menjadi pengelola SO bukan perkara mudah. Butuh kesiapan manajemen, sistem pelatihan yang ketat, dan pemenuhan standar Jepang yang tinggi. Bukan sekadar bisnis, tapi misi. Ia menyayangkan masih banyak lembaga yang hanya mengejar kuota, tanpa memprioritaskan kualitas atau keberlangsungan kerja para peserta di Jepang.

Ia pun menaruh perhatian besar terhadap etika bisnis dan pendampingan jangka panjang bagi tenaga kerja yang sudah berangkat.

“Kalau mereka gagal di Jepang, kita juga gagal. Jadi kita dampingi terus agar mereka sukses,” katanya.

Dengan perannya sebagai konsultan di PT Passion Japan Inc., Agus berharap sistem penyaluran tenaga kerja Indonesia ke Jepang bisa menjadi model penempatan luar negeri yang profesional, aman, dan manusiawi. Ia membuka ruang bagi kolaborasi lintas sektor untuk membangun ekosistem LPK/SO

Tonton Video Selengkapnya

Artikel Terkait

Scroll to Top