Komisaris Utama PT Pos Indonesia – Membangun Logistik Nasional Berdampak Ekonomi Efisien

Share

Sebagai praktisi bisnis dan konsultan, telah membangun reputasi dalam berbagai bidang. Mulai menjadi Ketua Umum Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (APTISI) Pusat pada 2016 sampai saat ini. Juga aktif sebagai asesor Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi. Saat ini menjadi Komisaris Utama PT Pos Indonesia.

Pengalamannya terus berkembang. Ia pernah menjadi konsultan Texmaco yang mendirikan kampus untuk mencetak insinyur, sekaligus memproduksi truk, bus, dan angkutan niaga.

Ia juga bercerita tentang proyek dari Pindad untuk membuat tank baja, mobil anti peluru, dan lainnya. Sebagai Komisaris Utama PT Pos, Prof. Budi menyadari persoalan yang mulai muncul sejak tahun 2000-an, yaitu masalah klasik sumber daya manusia (SDM).

PT Pos agak terlambat melakukan reposisi, dengan jumlah SDM yang sangat besar, baik kontrak maupun organik, sekitar 30.000 orang, dimana 80% di antaranya lulusan SMA.

Dengan kondisi SDM seperti itu, perusahaan sulit berkembang. Ia menilai perlu usaha keras dan panjang untuk membangkitkan PT Pos. Meski jajaran direksi memiliki semangat luar biasa, kondisi SDM yang kurang mendukung menjadi kendala.

Karena itu, ia menyarankan direksi untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan SDM PT Pos. Selain itu, ia juga mengusulkan agar keberanian dilatih dan para ahli diundang masuk.

Menurutnya, tantangan pemasaran harus diatasi, misalnya ketika perusahaan ingin menjadi yang terbaik dalam logistik tetapi kalah saat lelang. Hal ini memerlukan perbaikan menyeluruh.

“Semua harus diperbaiki. Harus berkolaborasi, mencari tahu kenapa perusahaan logistik lain bisa cepat maju. Karena mereka lincah, hierarkinya tidak panjang,” katanya.

Lincah dan Cepat
Prof. Budi juga menyarankan agar kebijakan diputuskan dengan cepat sehingga perusahaan menjadi lincah, tidak seperti perusahaan besar pada umumnya. Ia menggambarkan PT Pos seperti raksasa berusia 300 tahun yang sulit bergerak karena tubuhnya terlalu besar dan hierarkinya terlalu panjang.

Maka ia tekankan bahwa PT Pos menggunakan standar operational prosedur yang pendek, cepat, dan mudah untuk melakukan pergerakan. Perjuangan tersebut memang tidak mudah.

Tidak gampang untuk mengubah. Tapi ia melihat tim direksi cukup solid, tinggal memperbaiki jajaran di bawahnya, sehingga keputusan-keputusan direksi bisa dieksekusi dengan baik.

PT Pos selalu berfokus pada peningkatan Return on Assets (ROA). Menurut Budi, permintaan Presiden Prabowo adalah agar BUMN harus menghasilkan keuntungan.

Semua BUMN dipanggil Presiden dan dibandingkan dengan negara-negara maju, di mana rata-rata keuntungan sekitar 15%, sedangkan di Indonesia banyak yang merugi. Presiden menegaskan bahwa Danantara, yang membawahi semua BUMN, harus segera memberikan manfaat bagi masyarakat Indonesia.

Pengelola BUMN dituntut bekerja keras karena Presiden juga menekankan bahwa BUMN harus menguntungkan. Jika mengalami kerugian atau tidak mampu memberikan keuntungan,

meskipun pengelolanya adalah teman Presiden, mereka tetap akan diganti. Direksi hingga komisaris BUMN akan diawasi langsung oleh Presiden, sehingga yang tidak produktif harus mundur.

“Alhamdulillah, PT Pos termasuk BUMN yang terus meraih keuntungan. Saya berharap pencapaian yang baik ini dapat dilanjutkan dan terus ditingkatkan. Seluruh jajaran harus kompak dan bekerja sama,” ujar Budi.

Bantu UKM
Budi Djatmiko menyadari bahwa PT Pos memiliki aset luar biasa hingga ke tingkat kecamatan dan memiliki pengalaman panjang di bidang logistik dan memiliki jaringan keuangan yang luar biasa. Dengan modal tersebut, cukup untuk membuka jaringan distribusi dan logistik dengan biaya murah.

Tantangan saat ini adalah logistik PT Pos yang masih tergolong mahal. Selain itu, bersama anak perusahaannya, PT Pos Properti Indonesia, mereka juga berupaya membantu masyarakat di bidang properti.

Jaringan-jaringan di daerah pun bisa dimanfaatkan untuk mendukung Usaha Kecil Menengah (UKM). PT Pos berkomitmen membina UKM hingga ke tingkat kecamatan.

Mereka juga akan bekerja sama dengan perguruan tinggi untuk memberikan pelatihan terkait inovasi dan pemasaran. Melalui jaringan yang dimiliki, PT Pos membantu UKM melakukan penjualan.

Cara ini diharapkan mampu meningkatkan keuntungan. Namun, PT Pos menegaskan bahwa tujuannya bukan semata-mata mencari keuntungan, melainkan juga memberdayakan UKM.

Sebab, sebagai BUMN, tugasnya tidak hanya menghasilkan uang untuk pemerintah, tetapi juga memberikan peluang bagi masyarakat. Artinya, BUMN harus memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar.

Oleh karena itu, ia mengajak jajarannya di daerah untuk terus berkeliling, membangkitkan, dan mendampingi UKM agar mereka bisa tumbuh dan berkembang.

Harapannya, ketika UKM berkembang, mereka akan berkontribusi kembali kepada PT Pos. “Kembalinya ke Pos, karena nanti distribusi dan logistiknya Pos yang akan menangani,” ujarnya.

Kolaborasi
PT Pos kini diarahkan untuk memperluas kolaborasi, termasuk dengan para kompetitor. Dalam konteks negara, jika masyarakat sudah berhasil mengelola perusahaan logistik yang maju, itu adalah hal yang positif.

Artinya, PT Pos telah memberikan kontribusi bagi masyarakat. Kehadiran BUMN bukan untuk bersaing dan menghancurkan kompetitor, karena kompetitor juga bagian dari rakyat.

Saat ini, PT Pos tengah fokus mengembangkan layanan kargo haji untuk membantu logistik jemaah haji Indonesia yang menuju Makkah dan Madinah. Sebelumnya, layanan ini ditangani oleh perusahaan asing.

“Sekarang PT Pos lebih dekat untuk membantu masyarakat, sekaligus menjadi keuntungan dalam bersaing dengan negara lain,” kata Prof. Budi Djatmiko.

PT Pos memiliki pengalaman bekerja sama dengan perusahaan pos dunia, namun mereka juga menghadapi tantangan yang sama, yaitu disrupsi teknologi. Era disrupsi ini berdampak pada semua perusahaan pos di dunia.

Hanya mereka yang cepat beradaptasi dengan teknologi yang akan menjadi pemenang. Misalnya di Indonesia, sampai hari ini masih tergagap-gagap dengan perubahan tersebut. Mereka yang lahir tahun 1960-an, kadang-kadang tergagap menghadapi teknologi, dan sulit menyesuaikan diri.

Kenalkan ke GenZ
Salah satu upaya saat ini adalah menghidupkan kembali budaya surat menyurat seperti di Belanda. Sebagai contoh, tanda atau bukti seseorang pernah ke Amsterdam adalah dengan mengirim surat atau kartu pos dari kota tersebut, sebuah kebiasaan yang sudah berkembang di Eropa.

Sayangnya, hal ini belum menjadi tradisi di Indonesia sebagai bukti otentik. Di Eropa, kartu pos juga dimanfaatkan untuk menyampaikan ucapan selamat,

seperti ulang tahun, wisuda, atau pernikahan. Saat ini, PT Pos tengah mengkampanyekan program pos untuk filateli, kartu pos, dan perangko Prisma sebagai kenang-kenangan.

“Jadi, untuk acara wisuda, ulang tahun, atau pernikahan, kami menjual perangko Prisma yang memiliki tanggal otentik,” katanya.

Selain itu, kampanye untuk menghidupkan kembali tradisi surat menyurat juga diiringi dengan mengenalkan benda-benda pos kepada Gen Z. Namun, anak muda saat ini cenderung tidak mengenal pos.

Dari hasil survei terhadap 35 kuisioner di Kantor Pos Bandung, 95% responden tidak mengenal pos, dan yang mengenal pos kebanyakan berusia di atas 30 tahun. Hal ini menjadi tantangan bagi PT Pos untuk kembali memperkenalkan produk-produk pos yang sebenarnya luar biasa.

Dampak Ekonomi
Prof. Budi bermimpi PT Pos di masa depan dapat memberikan solusi bagi perekonomian bangsa dan negara. Dengan efisiensi dan teknologi, logistik bisa ditransformasikan menjadi jauh lebih murah, sehingga harga di berbagai penjuru tanah air, seperti Jakarta, Ambon, dan Papua, bisa sama.

Menurutnya, masalah ini berkaitan dengan logistik. Meski tidak mudah, hal itu bisa terwujud jika Danantara mampu menyatukan perusahaan-perusahaan logistik dan memberikan orkestra yang baik. Dengan begitu, mimpi tersebut bisa menjadi kenyataan.

Salah satu alasan Indonesia Tengah dan Timur tidak maju adalah harga semen yang mahal. Harga semen di Jawa Barat, Makassar, dan Papua berbeda. Ide besar Prof. Budi Djatmiko adalah membangun daerah-daerah tertinggal, terdepan, dan terluar.

Dengan demikian, Indonesia akan berubah. Apalagi dengan mengintegrasikan konsep pendidikan berbasis pedesaan, logistik akan menjadi murah karena orang pintar dari desa tidak perlu ke kota.

Orang pintar di desa bisa berkembang melalui pendidikan yang sesuai dengan kondisi desanya, ditambah teknologi terkini. Bersama dengan kekuatan lainnya, PT Pos bisa membawa Indonesia menjadi jauh lebih maju.

“Ini harapan saya ke depan, agar orang Indonesia di bagian barat, tengah, dan timur maju bersama untuk bangsa ini dengan logistik yang murah. Orang tidak perlu berebut ingin ke Jakarta lagi karena semua daerah menjadi maju,” tambahnya.

Tonton Video Selengkapnya

Artikel Terkait

Scroll to Top