Bagaimana prosepk ekonomi Indonesia ke depan, berikut wawancara majalah Ekonomi Indonesia, dengan Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Teguh Dartanto Ph.D.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat melambat menjadi 4,87% pada kuartal I-2025, turun dari 5,11% pada 2024. Apa yang bisa dimaknai fari angka ini ? Apakah ini gejala krisis struktural yang lebih dalam?
Angka pertumbuhan ini menunjukkan kondisi ekonomi Indonesia di Q1 2025 tidak baik-baik saja karena pertumbuhan kurang dari 5% sehingga memiliki implikasi yang besar terhadap penciptaan lapangan kerja.
Terjadi kenaikan yang cukup besar pengangguran kelompok sarjana dari 5.25% di Feb 2024 menjadi 6.23% di Feb 2025, serta terjadinya penurunan daya beli masyarakat. Penurunan pertumbuhan ekonomi ini merupakan gejala yang komplek dari 3 faktor.
Faktor ketidakpastian di eksternal, kebijakan pemerintah yang belum optimal dan juga ada aspek structural, kapasitas perekonomian Indonesia untuk terus tumbuh semakin berkurang atau faktor pendukung pertumbuhan semakin berkurang terutama produktivitas.
Di tengah pelambatan ekonomi, seberapa realistis target pertumbuhan 8% yang sering disampaikan oleh pemerintah? Apakah target tersebut masih dapat tercapai di tahun tahun mendatang?
Target pertumbuhan 8% sangat tidak realitis untuk dicapai dalam 5 tahun mendatang. Kondisi saat ini, potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya berada di 5%, sehingga menggenjot perekonomian tumbuh sampai dengan 8% sangat berbahaya terhadap kelangsungan perekonomian dan daya dukung lingkungan.
Misalnya untuk mencapai pertumbuhan tinggi maka dilakukan eksploitasi besar-besaran sumber daya alam. Selain itu, sejarah negara-negara lain yang telah memasuki kelompok upper middle class seperti Indonesia cenderung mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi.
Apa saja faktor utama yang mendorong
perlambatan ekonomi Indonesia saat ini,
dan langkah strategis apa yang seharusnya
diambil oleh pemerintah untuk menghadapinya?
Faktor yang mendorong pelambatan adalah faktor eksternal (gejolak perekonomian dunia) dan juga faktor internal salah satunya adalah kebijakan efisiensi yang dilakukan pemerintah, karena banyak sekali sektor yang bergantung dari belanja pemerintah.
Selain itu, dunia swasta juga cenderung wait and see melihat kebijakan pemerintah saat ini terutama mengenai arah dan juga realisasi terhadap program-program yang dicanangkan oleh pemerintah.
Pemerintah harus melakukan relaksasi anggaran dan menggenjot konsumsi sehingga mendorong adanya multiplier effect. Memulihkan kepercayaan investor (dunia usaha) dengan menunjukkan dan meningkatkan kredibilitas pemerintah dalam implementasi kebijakan.
Indonesia sangat rentan terhadap dampak perlambatan ekonomi global. Apa yang harus dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap faktor eksternal dan meningkatkan ketahanan ekonomi domestik ?
Ekonomi Indonesia sebenarnya sangat resilience terhadap gejolak ekonomi global karena pasar Indonesia tidak begitu terintegrasi dengan global market dan global value chain sehingga gejolak ekonomi global meskipun berdampak tetapi tidak begitu besar.
Pemerintah harus mendorong aktifitas dan konsumsi domestik melalui percepatan realisasi anggaran pemerintah dan relaksasi efisiensi anggaran pemerintah.
INDEF menilai Indonesia masih bergantung pada ekspor komoditas mentah, yang membuat perekonomian rentan terhadap fluktuasi eksternal. Apakah upaya hilirisasi yang dilakukan sejauh ini belum efektif?
Ekspor Indonesia masih didominasi oleh ekspor komoditas mentah sehingga sangat rentan dengan gejolak ekonomi eksternal. Strategi industrialisasi melalui hilirisasi merupakan langkah bagus tetapi belum memberikan hasil yang optimal karena sektor hilirisasi berada di sebagian sektor pertambangan (nikel),
belum menyeluruh di berbagai sektor ekonomi salah satunya adalah di sektor pertanian, blue economy, dan lain lain. Kebijakan hiliriasi saat ini belum optimal
menciptakan nilai tambah, perlu ada kebijakan jangka panjang dan konsisten mengawal hilirisasi.
Survei Bank Indonesia menunjukkan adanya pelemahan daya beli masyarakat, sementara dunia usaha juga menunjukkan kelesuan. Apa yang menyebabkan kondisi ini?
Pelemahan daya beli masyarakat dan kelesuan dunia usaha terlihat nyata hal ini disebabkan oleh rendahnya penyerapan tenaga kerja, kenaikan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan juga menurunnya aktifitas dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Berdasarkan catatan Bank Indonesia, aliran modal asing terus keluar dari pasar keuangan domestik. Apa yang menyebabkan
fenomena ini, dan seberapa besar potensi dampak negatifnya terhadap perekonomian Indonesia?
Terjadi capital outflow akhir-akhir ini karena adanya gejolak global salah satunya adalah perang tarif Amerika Serikat dengan banyak negara salah satunya Indonesia yang dikenakan tarif tinggi juga sehingga banyak investor berlari keluar Indonesia mencari safe haven.
Selain itu, ketidakjelasan sikap pemerinah terhadap berbagai isu mengakibatkan dunia usaha/investor melakukan wait and see.
INDEF mencatat efisiensi anggaran sebesar Rp 300 triliun justru mengkontraksi pertumbuhan ekonomi. Apakah strategi ini sudah tepat, berdasarkan teori ekonomi ?
Efisiensi fikal yang dilakukan saat ini dapat mendorong kontraksi perekonomian banyak sektor yang tergantung pemerintah seperti jasa pemerintahan, jasal hotel dan jasa keuangan mengalami penurunan penyerapan tenaga kerja.
Strategi fiskal pada kondisi seperti saat ini, kurang tepat, yang dibutuhkan adalah strategi yang lebih teknoktratis bukan sekedar akomodasi berbegai kepentingan.
Apa reformasi ekonomi yang paling mendesak untuk dilakukan agar sektor- sektor kunci dapat kembali menjadi motor penggerak perekonomian Indonesia?
Menurut saya bukan sektor yang harus didorong untuk menjadi penggerak perekonomian, tetapi faktor utama yang perlu diperbaiki adalah kualitas sumber daya manusia (SDM) kita sebagai faktor penting dalam fungsi produksi.
Jika SDM tenaga kerja bekualitas maka bisa mendukung perkembangan perekonomian Indonesia melalui produktifitas, inovasi dan gagasan-gagasan baru dalam sistem produksi perekonomian Indonesia.
Apakah Indonesia masih memiliki peluang untuk kembali menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi yang stabil dan berkelanjutan? Bagaimana peran perguruan tinggi, termasuk FEB UI?
Kunci utama perekonomian yang inclusive, stable and sustainable adalah kualitas institusi baik eksekutif, legislatif, yudikatif harus ditingkatkan sehingga mampu menghasilkan kebijakan-kebijakan yang tepat, efektif, dan efisien dalam menyelesaikan berbagai persoalan bangsa dan negara.
Selain itu, peningkatan kualitas SDM tenaga kerja Indonesia sehingga mampu menyimbangi dan mendukung transformasi perekonomian Indonesia. Kondisi saat ini, terdapat mismatch antara dunia pendidikan dan dunia kerja dimana skill yang diajarkan atau kemampuan lulusan tidak cukup dengan tuntutan dunia kerja.
FEB UI berperan untuk menciptakan SDM Unggul dan Berdampak baik bagi masyarakat dan perekonomian. Selain itu, FEB UI akan aktif memberikan sumbang saran pemikiran terkait dengan kebijakan perekonomian Indonesia.