Ir. Yuliot Tanjung, M.M - Wakil Menteri ESDM (image: Radar Malang)

Ir. Yuliot Tanjung, M.M – KEK Industropolis Batang Magnet Baru Investasi

Share

Pembentukan Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) bertujuan untuk mengantisipasi relokasi besar-besaran investasi perusahaan multinasional dari China pada awal 2020. Saat itu, Indonesia tidak memperoleh relokasi industri karena tingginya harga lahan kawasan industri di dalam negeri.

Untuk meningkatkan daya saing dalam menarik investasi, pemerintah mengambil langkah progresif dengan melakukan perbaikan regulasi.

Beberapa kebijakan yang diterapkan meliputi pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja beserta aturan turunannya, penerapan sistem perizinan terintegrasi secara elektronik (Online Single Submission/OSS), serta pembangunan kawasan industri yang memiliki daya saing tinggi di tingkat ASEAN.

Setelah mempertimbangkan beberapa alternatif lokasi, yaitu Brebes dan Batang, pilihan akhirnya jatuh ke Batang karena letaknya yang strategis serta dukungan infrastruktur yang memadai. Wakil Menteri ESDM sekaligus Komisaris Utama KEK Batang,

Yuliot Tanjung, menegaskan pembangunan KITB telah berhasil menarik minat investor besar dari berbagai sektor industri. Keberhasilan ini menunjukkan potensi kawasan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang strategis.

“Untuk lebih meningkatkan daya saing serta memberikan insentif dan kemudahan bagi investor dalam dan luar negeri, status KITB ditingkatkan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Industropolis Batang,” jelasnya.

Target Investasi
KEK Batang berfokus pada tiga sektor utama, yaitu industri, logistik, dan pariwisata. Segmentasi industri yang ditargetkan mencakup industri berbasis teknologi, ekosistem kendaraan terutama kendaraan listrik, solar panel, semikonduktor, serta manufaktur yang berorientasi ekspor dan padat karya.

Daya saing KEK Batang terus meningkat berkat dukungan infrastruktur kelas dunia, menjadikannya pilihan utama bagi investor. Potensi investasi yang besar dan berkelanjutan semakin menarik minat pelaku industri untuk menanamkan modal di kawasan ini.

Yuliot Tanjung menjelaskan, respon terhadap status baru KEK Batang sangat positif. Hingga awal Maret 2025, sebanyak 16 calon investor telah menyatakan minat untuk berinvestasi. Hal ini menunjukkan tingginya kepercayaan terhadap prospek kawasan sebagai pusat industri masa depan.

Terlebih lagi, peresmian KEK Batang oleh Presiden Prabowo Subianto pada 20 Maret 2025 semakin memperkuat daya tariknya sebagai destinasi investasi unggulan. Dengan momentum ini, Dengan status KEK, KITB diproyeksikan akan menarik tambahan investasi senilai Rp75,8 triliun serta menciptakan 58.145 lapangan kerja baru.

Saat beroperasi penuh, KEK Industropolis Batang ini berpotensi menyerap hingga 250.000 tenaga kerja, membuka peluang lebih luas bagi pertumbuhan ekonomi nasional.

Keunggulan Kompetitif
Yuliot Tanjung menyatakan, KEK Batang memiliki keunggulan kompetitif yang menjadikannya pilihan utama bagi investor. Salah satu keunggulannya adalah
lokasinya yang sangat strategis di tengah pusat kegiatan ekonomi di Pulau Jawa, sehingga memberikan kemudahan akses bagi pelaku industri dan perdagangan.

KEK Batang juga didukung oleh ketersediaan infrastruktur kelas dunia. Pembangunan pelabuhan terminal multi-purpose yang diperkirakan selesai pada Agustus 2025 akan semakin memperkuat konektivitas kawasan. Selain itu, keberadaan jaringan gas industri serta jalur kereta api di dalam kawasan menjadi faktor penting dalam meningkatkan efisiensi logistik dan distribusi.

Daya tarik lainnya adalah fasilitas fiskal yang lebih kompetitif. Salah satu insentif utama yang ditawarkan adalah Tax Holiday dengan jangka waktu hingga 20 tahun, memberikan keuntungan besar bagi investor yang ingin menanamkan modal di KEK Batang.

“Insentif ini menjadi faktor kunci dalam meningkatkan daya saing kawasan dibandingkan dengan lokasi investasi lainnya,” katanya.

Dengan ditetapkannya sebagai KEK, seluruh layanan perizinan yang menjadi kewenangan pemerintah dan pemerintah daerah didelegasikan kepada administrator KEK, sehingga terdapat percepatan dan kepastian dalam layanan perizinan yang berdampak pada efisiensi pelaksanaan investasi.

Infrastruktur Utama
Sejumlah perusahaan telah berinvestasi di KEK Batang, beberapa di antaranya adalah KCC Glass yang bergerak di industri kaca sebagai bagian dari program hilirisasi,

PT Rumah Keramik Indonesia di industri keramik, serta PT Wavin Indonesia dari Belanda yang berfokus pada produksi pipa PVC. PT Yih Quan juga berinvestasi dalam produksi sepatu berorientasi ekspor, bersama berbagai perusahaan lain yang bergerak di bidang solar panel dan industri manufaktur.

Untuk mendukung kelancaran operasional industri, berbagai infrastruktur utama telah dikembangkan di kawasan ini. Pematangan lahan industri menjadi langkah awal dalam memastikan kesiapan lahan bagi para investor.

Pembangunan jalan kawasan dan akses tol di dalam kawasan turut mempercepat distribusi logistik dan mobilitas tenaga kerja. Pembangunan jaringan ketenagalistrikan juga menjadi prioritas, termasuk pemasangan trafo serta pemanfaatan energi baru terbarukan guna mendukung efisiensi dan keberlanjutan industri.

Kawasan ini telah dilengkapi dengan jaringan pipa gas industri yang memastikan pasokan energi yang stabil bagi berbagai sektor manufaktur. KEK Batang juga mengembangkan fasilitas transportasi dan logistik, seperti pelabuhan atau terminal multipurpose serta dry port untuk angkutan kereta api.

Kehadiran kawasan komersial di dalamnya turut melengkapi ekosistem bisnis yang terintegrasi, menjadikan KEK Batang sebagai destinasi investasi unggulan di Indonesia.

War Game
Menurut Yuliot Tanjung, KEK Batang menghadapi tantangan yang cukup kompleks, terutama akibat kebijakan war game yang diterapkan oleh Presiden Donald Trump. Kebijakan ini berdampak pada pelemahan permintaan global serta meningkatkan persaingan dalam menarik investasi, sehingga menuntut strategi yang lebih adaptif agar tetap kompetitif.

Meski demikian, status sebagai KEK memberikan nilai tambah melalui berbagai insentif dan percepatan proses perizinan. Dengan kemudahan tersebut, diharapkan investasi dapat mengalir lebih cepat, mendukung pembangunan infrastruktur, serta menciptakan ekosistem industri yang semakin kuat.

Lebih dari itu, KEK memiliki potensi besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi melalui multiplier effect. Kehadiran investasi tidak hanya membuka lapangan kerja baru, tetapi juga meningkatkan daya beli masyarakat serta menggerakkan berbagai sektor pendukung, seperti perdagangan, jasa, dan infrastruktur.

Ir. Yuliot Tanjung, M.M, sendiri lahir di Padang Panjang, Sumatera Barat, 6 Oktober 1963. Menyelesaikan S1 di Fakultas Peternakan Jurusan Produksi/Sosial Ekonomi di Universitas Andalas dan S2 Manajemen Bisnis di Sekolah Tinggi Manajemen PPM.

Memulai karier di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pada 1988, pernah menjabat berbagai jabatan, di antaranya Kepala Bidang Investasi pada Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia di Taipei, Direktur Deregulasi Penanaman Modal,

Deputi Bidang Pengembangan Iklim Penanaman Modal, Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan di Kementerian Investasi/BKPM, Wakil Menteri Investasi, dan saat ini menjadi Wakil Menteri ESDM sekaligus Komisaris Utama KEK Industropolis Batang.

Artikel Terkait

Scroll to Top