Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam dan cadangan mineral batu bara yang sangat besar. Selian akan memajukan peradaban Indonesia, hal ini juga mengangkat posisi negara di kancah global. Oleh karena itu, pengelolaan yang profesional sangat diperlukan guna meningkatkan nilai manfaat dari mineral batu bara Indonesia dalam mendukung industri strategis Indonesia. Berikut petikan wawancara dengan Pemimpin Redaksi Ekonomi Indonesia, Bambang Sadono.
Bagaimana posisi strategis MIND ID sebagai grup holding tambang milik negara?
Indonesia diberkahi dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Kita harus menggali potensi terbaik dari kekayaan alam ini dan mengembangkannya demi kemajuan bangsa. Saat ini, Indonesia menguasai 75% supply chain dunia untuk nikel, dan hampir seluruh pasokan global dikuasai oleh Indonesia. Banyak negara yang terpaksa menutup industri nikelnya karena tidak mampu bersaing dengan industri nikel Indonesia. Selain nikel, Indonesia juga memiliki komoditas mineral strategis lainnya, seperti tembaga, timah, dan bauksit, yang juga masih bisa dimaksimalkan nilai tambahnya.
Sejak memasuki era hilirisasi pada 2020- an, pertumbuhan MIND ID sangat positif. Laba perusahaan mencapai Rp14 triliun pada 2021, tumbuh menjadi Rp21 triliun pada 2022, dan hampir menyentuh Rp28 triliun pada 2023. Diperkirakan mencapai Rp35 triliun hingga Rp39 triliun pada 2024. Kontribusi hilirisasi sangat signifikan, salah satunya terlihat pada bauksit. Dulu, ketika kita hanya mengekspor bauksit dalam bentuk mentah, harga jual yang diterima sekitar US$17 per ton. Dengan pengembangan smelter alumina, harganya melonjak hampir mencapai US$400 per ton, peningkatan 34 kali sampai 36 kali lipat.
Cerita serupa terjadi pada tembaga. Sebelumnya, Indonesia hanya mengekspor konsentrat tembaga melalui Freeport, sedangkan olahan dan ekstraksi produk turunannya belum ada di dalam negeri. Kini, dengan beroperasinya smelter tembaga terbesar dunia di Manyar, Gresik, Indonesia dapat memproduksi katoda tembaga yang digunakan dalam industri hilir yang menggunakan tembaga, seperti copper foil dan copper wire. Produk ini tentunya dapat mencukupi kebutuhan dari Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang masih membutuhkan banyak kabel jaringan transmisi tegangan tinggi.
Dengan adanya smelter Precious Metal Refinery yang juga terletak di Gresik, anoda slime dapat diolah lebih lanjut untuk menjadi emas, yang diperkirakan mencapai 50 ton hingga 70 ton per tahun, dengan nilai sekitar US$2 miliar atau setara Rp30 triliun.
Tentu hilirisasi dapat memberikan manfaat besar, lantas apa yang MIND ID harapkan?
Multiplier yang signifikan ini dapat dimanfaatkan secara optimal melalui program hilirisasi. Adapun sebagai Holding tambang, fokus hilirisasi kami adalah pada pengolahan bahan mentah mineral menjadi bahan baku industri.
Kami berharap bahan baku ini dapat diolah lebih lanjut oleh pelaku usaha di sektor industri manufaktur Indonesia menjadi produk akhir yang berteknologi tinggi dan memiliki nilai tambah yang maksimal.
Dalam grup holding kami terdapat PT Aneka Tambang yang menjadi satu-satunya perusahaan pertambangan yang mampu melakukan purifikasi bahan mentah menjadi logam mulia bersertifikasi internasional, dari London Bullion Market Association (LBMA). Bahan baku dari Freeport dibeli oleh PT Aneka Tambang dan dipurifikasi menjadi logam mulia, sehingga nilai tambah yang dihasilkan sangat besar. Indonesia memiliki cadangan emas cukup besar. Ke depan bisa membuat Bullion Bank yang bisa mengintegrasikan ekosistem emas ini.
Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, bagaimana MIND ID mengelola cadangan tersebut?
Kami memiliki tujuh anak usaha, enam di antaranya adalah perusahaan pertambangan. Dua dari enam perusahaan tersebut mengelola tambang nikel, yaitu PT Aneka Tambang Tbk dan PT Vale Indonesia Tbk. Dari segi cadangan, Vale Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di Indonesia, sementara Aneka Tambang berada di posisi kedua. Nikel memiliki nilai tambah yang besar karena dapat diolah menjadi feronikel, yang merupakan bahan baku untuk stainless steel, serta menjadi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP), yang digunakan sebagai bahan baku baterai kendaraan listrik.
Sebagaimana kita ketahui, hampir 60% nilai mobil listrik berasal dari komponen baterainya. Indonesia memiliki potensi untuk menjadi produsen baterai NMC (Nickel Manganese Cobalt). Ini adalah komponen baterai yang digunakan untuk mobil listrik dengan kelas upscale dan luxury, seperti Mercedes, BMW, Volkswagen, dan merek upscale lainnya. Hal itu dikarenakan baterai ini memiliki daya isi dan jarak tempuh yang panjang.
Kami pun telah menjalin kerja sama dengan produsen baterai nomor 1 di dunia, yakni Contemporary Amperex Technology Co., Limited (CATL), yang merupakan pemasok baterai untuk Mercedes, BMW, dan Tesla. Sementara itu Vale Indonesia, kami akan bekerja sama dengan Ford Motor Company di Amerika Serikat dan Volkswagen di Jerman untuk baterai kendaraan Listrik. Kami percaya dan mengadopsi dengan politik luar negerinya Presiden Prabowo Subiato, yakni bebas dan aktif. Kami tidak condong ke Timur atau Barat. Semua kami rangkul sebagai mitra.
Dari tujuh anak perusahaan MIND ID, mana yang memiliki pendapatan tertinggi?
Pendapatan tertinggi tetap dikontribusi oleh Freeport, karena nilai emasnya yang sangat besar. Terkait dengan Freeport, pemerintah Indonesia melalui MIND ID telah berinvestasi untuk membeli saham Freeport. Manajemen sebelumnya, yang dipimpin oleh Bapak Budi Gunadi Sadikin, mengeluarkan surat utang senilai US$3,8 miliar. Kami dapat sampaikan bahwa dana yang digunakan untuk mengakuisisi saham Freeport kini sudah terbayar sepenuhnya. Dividen yang diterima sudah melebihi jumlah pinjaman yang diambil.
Bagaimana dengan potensi batu bara PT Bukit Asam?
Periode terbaik batu bara terjadi pada tahun 2022, permintaan sangat tinggi sehingga mempengaruhi harga. Tahun 2023, harga sudah mulai terkoreksi. Tadinya harga batu bara masih di atas US$130, sekarang sudah berada di sekitar US$80 hingga US$70 dolar. Meski demikian, saya yakin bahwa batu bara tetap merupakan komoditas energi yang sangat potensial.
Bahkan, batu bara masih menjadi komoditas paling potensial karena cadangan yang sangat besar dan kebutuhan dalam negeri yang masih tinggi, terutama untuk pembangkitan listrik. Selain itu, batu bara tetap menjadi sumber energi yang paling murah.
Bukit Asam memiliki program untuk meningkatkan produksinya, mengingat cadangan hampir 3 miliar ton, terbesar di Indonesia. Produksinya saat ini masih sekitar 40 juta ton. Dikarenakan kendala lokasi yang berada di tengah pulau, kami perlu mengembangkan infrastruktur, salah satu proyek yang didorong adalah pembangunan double track jalur kereta.
Bagaimana kinerja Inalum?
Potensi Inalum menurut saya sangat positif. Kita saat ini memasuki era elektrifikasi, transisi energi beralih dari bahan bakar fosil diubah menjadi energi tenaga listrik. Untuk mendukung industri elektrifikasi ini, komponen utama yang dibutuhkan sangat bergantung pada aluminium, tembaga, nikel, dan kobalt. Indonesia memiliki semua sumber daya tersebut.
Berbicara tentang elektrifikasi, seperti pembangkit tenaga surya (solar fotovoltaik), pembangkit tenaga angin, dan lainnya, komponen yang paling dominan adalah tembaga, aluminium, dan turunan nikel. Pemerintah dapat memanfaatkan peluang ini dengan mendorong industri mobilitas elektrik.
Mobilitas elektrik tidak hanya terbatas pada mobil, tetapi juga sepeda motor, yang jumlahnya mencapai sekitar 110 juta unit, sementara mobil sekitar 30 juta unit. Ini akan menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk mengurangi subsidi BBM, sekaligus menghemat devisa dalam importasi crude oil.
Bagaimana dengan produksi timah?
Kebutuhan timah juga akan terus tumbuh, perannya yang sangat penting dalam berbagai barang yang kita gunakan sehari-hari. Seperti notepad, jam, kamera, laptop, hingga TV, semuanya menggunakan solder yang berbasis timah. Perkembangan teknologi solder saat ini sangat pesat. Sebagai contoh, motherboard kini dapat dicetak menggunakan teknologi ini, dan semuanya berbasis timah.
Selain itu, produk sampingan dari penambangan timah juga sangat berharga. Beberapa di antaranya adalah logam tanah jarang, seperti torium yang digunakan dalam industri nuklir dan lebih aman dibandingkan uranium. Ada pula komoditas lain, seperti pelapis pesawat siluman atau anti-radar.
Lantas apa yang perlu dilakukan untuk dapat mengoptimalkan potensi-potensi tersebut?
Kita memiliki kekayaan sumber daya alam, tetapi untuk mengoptimalkannya, kita memerlukan teknologi dan capital expenditure (capex) dalam jumlah besar. Oleh karena itu, kami kita menjalin kemitraan dengan berbagai pihak, khusunya yang memiliki properti intelektual, teknologi, dan pengalaman membangun industri serupa di negara lain. Terlebih, MIND ID sudah memiliki seluruh jenis bahan baku mineral yang mereka butuhkan.
Kita harus mampu mengundang mereka untuk berinvestasi di Indonesia, sehingga tercipta lapangan kerja, dampak juga memberi dampak positif terhadap lingkungan, serta berkembangnya sarana dan prasarana pendukung lainnya.
Berapa sumbangan MIND ID pada keuangan negara?
Meskipun bukan penyumbang dividen terbesar, MIND ID menempati posisi kedua setelah BRI. Namun, kontribusi terhadap negara pada tahun 2023 mencapai hampir Rp68 triliun, mencakup dividen, royalti, pajak, dan penerimaan negara bukan pajak.
Bagaimana proyeksi performance MIND ID pada 2025?
Sampai saat ini, pertumbuhan terus menunjukkan tren positif. Untuk tahun 2025, kami optimistis akan terjadi kenaikan signifikan. Namun, kami menyadari bahwa komoditas tidak selalu stabil atau mengalami kenaikan linear. Dinamika permintaan dan pasokan global, pengaruh politik, serta fluktuasi ekonomi dapat memengaruhi harga komoditas hasil tambang.
Salahudin Surya Amin

Hendi Prio Santoso, Best CEO Sukses Hilirisasi Tambang
Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso telah mendapatkan penghargaan sebagai Best CEO Holding Company of The Year dalam acara CNBC Indonesia Award 2024 yang diadakan Media Ekonomi CNBC Indonesia. Hendi dinilai berhasil dalam mendorong transformasi perusahaan dan mampu merealisasikan berbagai program hilirisasi strategis guna memberikan dampak signifikan bagi ekonomi nasional.

Penghargaan ini mencerminkan kepemimpinan profesional dari Hendi yang mampu memimpin MIND ID integrasikan seluruh operasional grup guna menciptakan nilai tambah bagi perusahaan dan negara. Hendi adalah sosok pemimpin berpengalaman yang berperan penting dalam mendorong MIND ID mencapai target jangka panjang, khususnya menjadi bagian dari Global Fortune 500.
Hendi mengatakan, pencapaian yang diperoleh MIND ID tidak lepas dari dukungan dan kolaborasi dari berbagai pihak mulai dari mitra BUMN, serta Kementerian dan Lembaga terkait, khususnya Kementerian ESDM yang selalu mendukung dengan berbagai kebijakan yang akomodatif, dan juga Kejaksaan Agung yang mendukung dalam penertiban hukum yang berjalan di Grup MIND ID.
“Kami mengapresiasi penghargaan yang diberikan kepada Grup MIND ID. Ini menjadi penyemangat bagi seluruh insan MIND ID untuk terus berkarya dan memberikan dampak lebih besar bagi masa depan Indonesia Emas 2045,” ungkapnya.
Adapun, Grup MIND ID mengelola cadangan mineral strategis, termasuk tembaga sebesar 13,1 juta ton-Cu, nikel 1.330 juta wmt, timah 338.000 ton-Sn, bauksit 121,7 juta wmt WBX, dan batu bara 2,9 miliar ton.
Dengan pengelolaan yang optimal, Perusahaan yang dipimpin Hendi ini berhasil mencatatkan pertumbuhan aset dan ekuitas yang solid. Pada 2022, total aset perusahaan mencapai Rp229,3 triliun dengan ekuitas Rp110,2 triliun, sementara pada 2023, aset meningkat menjadi Rp259,18 triliun dengan ekuitas Rp129,6 triliun.
Di bawah kepemimpinan Hendi, Grup MIND ID juga telah merampungkan berbagai proyek strategis, seperti Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Fase 1 di Mempawah, Kalimantan Barat. Smelter dengan investasi sekitar Rp16 triliun menyerap sekitar 3,3 juta bijih bauksit per tahun dan menghasilkan 1 juta ton alumina sebagai bahan baku aluminium.
Selain itu, Grup MIND ID juga telah mengoperasikan smelter tembaga melalui PT Freeport Indonesia di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Gresik, Jawa Timur, dengan kapasitas pemurnian 1,7 juta ton konsentrat tembaga per tahun. Smelter ini tidak hanya menghasilkan katoda tembaga, tetapi juga lumpur anoda yang akan dimurnikan lebih lanjut di Precious Metal Refinery (PMR) menjadi emas, perak batangan, dan Platinum Group Metals (PGM).
Grup MIND ID juga menjadi pelopor hilirisasi mineral dengan menciptakan terobosan inovatif, seperti proyek konversi batu bara menjadi Artificial Graphite dan Anode Sheet untuk bahan baku baterai Lithium-ion.
Proyek ini merupakan yang pertama di dunia dan memberikan solusi strategis bagi ekosistem industri baterai Indonesia, terutama karena Indonesia tidak memiliki tambang grafit alam yang ekonomis.
Selanjutnya, MIND ID mampu konsisten menjalankan operasionalnya secara profesional dengan penerapan good mining practices. Hal ini berhasil meningkatkan kepercayaan dari para pemangku kepentingan dan masyarakat Indonesia.
Menjawab Tantangan Global
Lebih lanjut, Hendi menyadari bahwa sektor industri pertambangan sangat terkait dengan dinamika permintaan dan pasokan, pengaruh politik, kondisi ekonomi, serta kebijakan dagang internasional.
Kendati demikian, dia menegaskan bahwa MIND ID berada dalam posisi yang sangat siap untuk menjawab tantangan tersebut. Perseroan memiliki strategi operasioal cost leadership yang mampu menyerap risiko geopolitik, sehingga tetap mampu menjaga daya saing. Di samping itu, Grup MIND ID telah memiliki rencana investasi pengembangan usaha jangka menengah, dan diikuti dengan integrasi yang solid di internal Grup MIND ID.
Bahkan, Hendi menekankan MIND ID berkomitmen mendukung target pertumbuhan ekonomi agresif yang dicita-citakan oleh Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto yaitu 6% hingga 8% per tahun.
Menurutnya, aspirasi tersebut sangat memungkinkan, khususnya dengan mengoptimalkan sektor industri mineral dan batu bara. Indonesia memiliki ketersediaan bahan baku komoditas di dalam negeri, dan nilai tambahnya dapat ditingkatkan melalui hilirisasi untuk menjawab kebutuhan pasar, baik domestik maupun global.
Oleh karena itu, memprioritaskan strategi hilirisasi yang mencakup 8 sektor prioritas dan 21 komoditas, termasuk nikel, tembaga, timah, emas, aluminium, serta batu bara yang menjadi andalan grup MIND ID.
“Kami konsisten melanjutkan inisiatif strategis untuk pengelolaan dan peningkatan nilai tambah komoditas tersebut sehingga dapat membuka peluang investasi dan memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional yang lebih progresif lagi, sehingga mampu meningkatkan penciptaan lapangan kerja, ekspor produk bernilai tinggi, serta pengurangan ketergantungan terhadap impor bahan baku,” pungkasnya.
***