Menurut pebisnis yang saat ini menjadi Utusan Khusus Presiden RI Bidang Iklim dan Energi, Hashim S. Djojohadikusumo, dana penghematan tersebut dialihkan ke program yang lebih penting dan berguna buat masyarakat.
“Jangan mikir duit Rp 300 triliun ini hilang. Ini cuma dipindah dari program yang kurang manfaat ke yang lebih dibutuhkan rakyat,” katanya di acara Economic Outlook 2025, Rabu (26/2/2025) di Westin Hotel Jakarta.
Misalnya uang yang sebelumnya dipakai buat program yang dianggap kurang efektif, sekarang bakal dimaksimalkan buat Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Pemerintah sudah siapin Rp 71 triliun buat MBG tahun 2025, dan kemungkinan bakal naik sampai Rp 100 triliun agar makin memperkuat program ini.
Ekonomi Tumbuh 8 Persen
Hasyim juga mengatakan, jangan dikira penghematan itu hanya untuk makan gratis, efeknya juga bakal memperkuat ekonomi nasional.
Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasiona (PPN)/ Bappenas memprediksi pertumbuhan ekonomi bakal naik 1,99% karena program ini. Hashim bahkan yakin Indonesia bisa tembus 8% pertumbuhan ekonominya.
“Bayangin aja, tiap hari kita butuh 82 juta butir telur, sayursayuran, daging ayam, susu, dan makanan lainnya. Ini bukan cuma buat makan, tapi juga buat dorong ekonomi di pedesaan,” jelasnya.
Hemat Rp 326 Triliun,
Tidak cuma tahun ini, pemerintah juga bakal terusmenghemat anggaran US$ 20 miliar atau Rp 326 triliun setiap tahun. Selama 5 tahun pemerintahan Prabowo, negara bisa dapet US$ 100 miliar. Bahkan, kalau uang ini dimasukin ke Danantara dan diinvestasikan bareng asing, nilai investasinya bisa naik 3-4 kali lipat.
“Kita co-invest 50% sama asing. US$ 20 miliar plus US$ 20 miliar, itu US$ 40 miliar dolar ekuitas. Terus kita leverage 3-4 kali, jadi bisa US$ 160 miliar satu tahun” tambahnya.
Fat-Fat Dihapus
Hashim juga menegaskan bahwaefisiensi ini bukan asal-asalan. Pemerintah misalnya memotong anggaran buat seminar nggak penting, perjalanan luar negeri pejabat yang nggak perlu, studi banding yang cuma jalan-jalan, sampai belanja alat tulis kantor yang berlebihan.
“Ini US$ 20 miliar setahun. Karena APBN tetap ada, tapi yang fat-fat kita stop. Ini langkah besar buat Indonesia,” tegasnya.
Hasim juga mengatakan, pemerintah yakin, dengan efisiensi ini, ekonomi bakal naik, rakyat makin sejahtera, dan uang negara nggak terbuang sia-sia. “Jadi, jangan takut kalau ada penghematan. Ini bukan pemotongan, tapi pemanfaatan yang lebih tepat sasaran” tegasnya.
Investor Perumahan
Hashim juga mengatakan, pemerintah Indonesia semakin serius dalam mendorong pembangunan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Ia menegaskan bahwa program pembangunan 3 juta rumah per tahun memiliki potensi multiplier effect yang besar bagi perekonomian nasional.
Untuk mendukung proyek tersebut, Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR)/Badan Pertanahan Nasional (BPN) telah menyiapkan bank tanah yang akan difokuskan pada pengadaan lahan bagi kelompok masyarakat menengah ke bawah.
Hashim mengungkapkan bahwa investor dari Qatar telah menyatakan komitmennya untuk membangun 1 juta apartemen rakyat. Mereka siap menggelontorkan US$ 18-20 miliar untuk pembangunan 1 juta unit apartemen.
“Ini adalah langkah besar dalam mendukung sektor perumahan rakyat,” ungkapnya.
Selain Qatar, sebuah perusahaan BUMN dari Uni Emirat Arab (UEA) juga menunjukkan minat untuk berinvestasi dalam proyek serupa. Mereka berencana membangun 1 juta unit apartemen dan rumah dengan total investasi sekitar US$ 1 miliar. Ada Foreign Direct Investment (FDI) yang langsung masuk ke sektor properti.
“Model seperti ini sudah terbukti di negara-negara seperti China, Jepang, Singapura, dan Korea Selatan, perumahan menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi,” kata Hashim.
Siap Bergabung
Tidak hanya Qatar dan Uni Emirat Arab, Hashim juga mengungkapkan bahwa investor dari India, Singapura, dan Turki telah menyatakan minat untuk berpartisipasi dalam program pembangunan 3 juta rumah per tahun di Indonesia.
“Kami sudah berbicara dengan beberapa investor dari berbagai negara yang siap membantu dalam penyediaan hunian layak bagi masyarakat Indonesia,” tambahnya.
Program ini diharapkan dapat meningkatkan akses masyarakat terhadap hunian yang lebih terjangkau, sekaligus mendorong pertumbuhan sektor konstruksi yang menjadi salah satu pilar utama dalam perekonomian Indonesia.
Bisnis & Politik
Hashim Sujono Djojohadikusumo, lahir 5 Juni 1953 di Jakarta, adalah seorang pengusaha dan filantropis terkemuka di Indonesia. Ia merupakan pendiri dan pemimpin Arsari Group, sebuah konglomerat dengan berbagai investasi di sektor perkebunan kelapa sawit, pertambangan, dan logistik.
Sebagai adik dari Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, Hashim memiliki latar belakang pendidikan yang kuat. Ia menempuh pendidikan dasar hingga menengah di Eropa sebelum meraih gelar Sarjana di bidang Politik dan Ekonomi dari Pomona College, California, Amerika Serikat.
Dalam karier bisnisnya, Hashim pernah mengakuisisi PT Semen Cibinong melalui perusahaannya, PT Tirta Mas, serta berinvestasi di Bank Niaga dan Bank Kredit Asia.
Meskipun menghadapi tantangan selama krisis finansial Asia pada akhir 1990-an, ia berhasil membangun kembali usahanya dan mengonsolidasikan berbagai perusahaannya di bawah bendera Arsari Group.
Selain kiprahnya di dunia bisnis, Hashim juga dikenal sebagai filantropis yang aktif dalam pelestarian budaya dan lingkungan Indonesia. Ia mendirikan Yayasan Arsari Djojohadikusumo yang berfokus pada berbagai isu sosial, termasuk konservasi satwa liar seperti orangutan dan harimau Sumatera.
Hashim juga pernah menjabat sebagai ketua dewan pengawas Kebun Binatang Ragunan di Jakarta dan terlibat dalam upaya pelestarian situs arkeologi Trowulan.
Aktif di Politik
Dalam ranah politik, Hashim menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dan berperan sebagai penasihat dekat bagi kakaknya, Presiden Prabowo Subianto.
Pada Oktober 2024, ia ditunjuk sebagai Utusan Khusus Presiden untuk Energi dan Lingkungan dan memimpin delegasi Indonesia dalam Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (COP29) di Baku, Azerbaijan.
Secara pribadi, Hashim menikah dengan Anie Hashim Djojohadikusumo dan dikaruniai tiga anak: Aryo, Rahayu Saraswati, dan Indra. Ia dikenal sebagai seorang Kristen Protestan yang taat dan aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan budaya di Indonesia.