Edwin Nugraha Putra - Dirut PT PLN Indonesia Power (image : MSN)

Edwin Nugraha Putra – Pelopor Energi Hijau Ke Net Zero Emisson

Share

Dalam mengelola lingkungan PLN IP tidak hanya patuh terhadap regulasi, namun sudah beyond compliance dan memberikan manfaat nyata kepada kehidupan sosial masyarakat.

PT PLN Indonesia Power (PLN IP) terus memperkuat posisinya sebagai subholding pembangkitan listrik terdepan di Indonesia dengan mengusung prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG).

PLN IP merupakan Subholding Pembangkitan dari PT PLN (Persero) yang bertanggung jawab atas penyediaan listrik nasional melalui berbagai unit pembangkit di seluruh Indonesia. Sebagai perusahaan yang berperan strategis dalam ketahanan energi nasional, PLN IP terus berinovasi dalam meningkatkan efisiensi operasional serta mendorong transisi menuju masa depan energi yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Dirut PT PLN Indonesia Power Edwin Putra Nugraha, mengatakan dengan mengoptimalkan sumber daya yang tersedia telah mengimplementasikan pemanfaatan fly ash bottom ash (FABA)—sisa pembakaran batu bara dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)—menjadi bahan material bangunan dan pupuk pertanian.

‘’Program ini tidak hanya mengurangi limbah industri tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar,‘’ jelasnya.

PLN IP telah menggandeng komunitas lokal dalam penyediaan biomassa sebagai energi primer pembangkit listrik. Melalui teknologi cofiring, secara bertahap mengurangi ketergantungan pada batu bara sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui program ekonomi hijau.

Terbesar di Asia Tenggara
Menurut Edwin, sebagai pembangkit listrik terbesar di Asia Tenggara kinerja PLN IP, baik dari aspek operasional maupun keuangan, menggunakan standar kinerja kelas dunia untuk mengukur kinerja operasional, yaitu NERC (North American Electric Reliability Corporation). Salah satu indikatornya adalah Equivalent Availability Faktor (EAF) yang menunjukkan tingkat kesiapan pembangkit dan Equivalent Forced Outage Rate (EFOR) yang menunjukkan tingkat keandalan pembangkit.

Pada tahun 2024, sebanyak 47% mesin pembangkit memiliki kinerja EAF Top 10 standar NERC dan 75% mesin pembangkit memiliki kinerja EFOR Top 10 standar NERC. Sedang untuk aspek keuangan secara rata-rata, Biaya Pokok Penyediaan (BPP) Listrik negara ASEAN berada pada rentang 10-12 cents USD per kilowatthour (kWh).  Agar berada pada Top 5 most competitive Power Generation in ASEAN, PLN IP harus menjaga BPP di bawah 10 cents USD /kWh atau setara Rp1.600/kWh.

Menurut Edwin kontribusi PT PLN IP kepada PT PLN (Persero) terus meningkat, Penjualan tenaga listrik di tahun 2024 mencapai 83.082 GWh dari target Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) 72.714 GWh pencapaian 114 %.

“Laba Bersih dari tahun ke tahun meningkat, pencapaian tertinggi di tahun 2024 dengan peroleh laba bersih Rp 11.829 Milyar,” katanya.

Penjualan tenaga listrik terus meningkat, ditahun 2024 mencapai 83.082 GWh dari target RKA 72.714 GWh pencapaian 114 %. Kinerja Organisasi PLN IP yang dinilai oleh PLN dan diaudit oleh Kantor Akuntan Publik juga meningkat terus.

“Pencapaian 2024 terbaik sepanjang masa,” tambahnya.

Energi Terbarukan
Sebagai bagian dari strategi efisiensi dan optimalisasi pembangkit, PLN IP menerapkan sistem Digital Power Plant melalui Reliability and Efficiency Optimization Center (REOC). Dengan sistem ini, performa pembangkit listrik dapat dimonitor secara real-time, memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan Equivalent Availability Factor (EAF) dan menurunkan Equivalent Forced Outage Rate (EFOR).

Menurut Edwin untuk mempercepat transisi energi, PLN IP tengah mengembangkan dua mega proyek energi terbarukan yang pertama melalui Hijaunesia Project yang mengusung kapasitas 1.055 MW, terdiri dari 12 Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan 1 Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB). Yang kedua dengan Hydronesia Project , Proyek 1.345 MW yang berfokus pada pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) secara bertahap hingga 2035.

Dalam menjalankan proyek – proyek tersebut, PLN IP aktif mencari investor melalui forum investasi seperti Mandiri Investment Forum (MIF) 2025. Langkah ini bertujuan untuk mempercepat pengembangan infrastruktur energi hijau di Indonesia.

Penghargaan Lingkungan
Atas dedikasi dan inovasi dalam penerapan prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG), PLN IP meraih tiga penghargaan prestisius dalam ESG Initiative Awards 2024, masing-masing The Best Climate Transition Excellence Leadership, ESG Initiative of the Year dan Best CEO of ESG Initiatives & Commitment in Green Energy Innovations untuk Edwin Nugraha Putra.

Edwin juga mendapatkan penghargaan Green Leadership dalam Anugerah Lingkungan 2024, yang mengakui kepemimpinannya dalam mendorong praktik bisnis ramah lingkungan. Menurut Edwin Penghargaan PROPER Emas yang diraih oleh PLN IP untuk 19 unit pembangkit sangat strategis bagi perusahaan. Penghargaan ini menunjukkan bahwa PLN IP telah berhasil memenuhi standar tinggi dalam hal kepatuhan lingkungan dan tanggung jawab sosial perusahaan, yang merupakan indikator penting dalam industri energi.

Dalam mengelola lingkungan PLN IP tidak hanya patuh terhadap regulasi, namun sudah beyond compliance dan memberikan manfaat nyata kepada kehidupan sosial masyarakat secara berkelanjutan melalui program pemberdayaan masyarakat dan ini tercermin dari penghargaan PROPER Emas.

Unit-unit yang yang mendapatkan proper emas antara laian PLTA Mrica,PLTA Saguling, PLTG Pemaron, PLTGU Semarang, PLTGU Cilegon, PLTGU Grati, PLTGU Indralaya ,PLTGU Keramasan,PLTGU Priok ,PLTP Gunung Salak, PLTP Lahendong Unit 1-2, PLTP Kamojang Drajat. PLTU Suralaya, PLTU Banten 1 Suralaya, PLTU Banten 2 Labuan, PLTU Banten 3 Lontar,PLTU Pelabuhan Ratu, PLTU Adipala, dan PLTDG Pesanggaran.

Faktor Utama keberhasilan peraihan PROPER emas, menurut Edwin tidak terlepas dari komitmen manajemen PLN IP dalam menerapkan praktik pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan.

“Penerapan sistem manajemen lingkungan yang baik, terstruktur dan efektif serta program program pemberdayaan masyarakat yang disesuaikan dengan kebutuhan stakeholder dan bersifat keberlanjutan,” tambahnya.

Pelopor Energi Hijau
Dengan strategi transisi energi yang terstruktur, PLN IP optimis dapat mencapai target 2,4 GWh kapasitas pembangkit listrik berbasis Energi Baru Terbarukan (EBT) pada 2035. Komitmen ini menunjukkan bahwa PLN IP bukan hanya sekadar penyedia listrik, tetapi juga pelopor energi hijau yang berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan dan kesejahteraan sosial.

“PLN IP terus berkomitmen untuk mempercepat transisi energi guna mencapai Net Zero Emission pada 2060,” katanya.

Sesuai misi perusahaan, menyediakan solusi energi hijau, inovatif, dan terjangkau, dengan portofolio lebih dari 80% pembangkit bertenaga bahan bakar fosil (batubara, gas, dan diesel), telah menargetkan untuk menurunkan emisi karbon lebih dari 100 juta ton hingga tahun 2030.

Pada tahun 2024, telah mengimplementasikan biomass cofiring pada 20 unit pembangkit dengan produksi listrik yang dihasilkan 814 GWh yang setara dengan penurunan emisi 921 ribu ton CO2. yaitu : PLTU Suralaya 1-4, PLTU Suralaya 5-7, PLTU Lontar, PLTU Labuan, PLTU Pelabuhan ratu, PLTU Adipala, PLTU Suralaya 8, PLTU Jeranjang , PLTU Sanggau, PLTU Barru, PLTU Sintang, PLTU Pangkalan Susu, PLTU Berau, PLTU Ombilin, PLTU Holtekamp, PLTU Asam-asam, PLTU Bengkayang, PLTU Teluk Sirih, PLTU Tanjung Balai Karimun, PLTU Kabuan Angin.

Di tahun 2025 , menargetkan dapat meningkatkan produksi Listrik dari biomass sebesar 2,104 GWh sehingga dapat menurunkan emisi 2,4 juta ton CO2. Juuga telah bekerjasama dengan Bank Indonesia untuk melakukan cofiring limbah racik uang kertas  LRUK) serta pengembangan Hutan Tanaman Energi (HTE).

Upaya lain yang telah dilakukan PLN IP antara lain untuk menurunkan emisi karbon dengan membangun infrastruktur charging di beberapa unitbisnis. Dengan membangun infrastruktur charging untuk kendaraan listrik, sehingga memudahkan untuk mengisi baterai. Mislanya dengan pembangunan Hydrogen Refueling Station (HRS) atau SPBU Hidrogen Hijau di Senayan Jakarta.

Sebagai bagian dari komitmen lingkungan, PLTU Ombilin yang dikelola PLN IP telah berhasil mengolah Fly ash bottom ash (FABA),limbah hasil pembakaran batu bara, menjadi pupuk silika. Pupuk ini telah dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk pertanian, membantu meningkatkan hasil panen sekaligus mengurangi dampak lingkungan dari limbah pembangkit listrik.

“Berbagai novasi ini mmerupakan bagian dari prinsip circular economy,” kata Edwin.

Tantangan dan Peluang Pimpin Transisi Energi
Edwin Nugraha telah mengabdi selama lebih dari tiga dekade di sektor ketenagalistrikan Indonesia. Karirnya dimulai dari PLN Distribusi, tempat ia membangun fondasi teknis dan manajerial yang kuat dalam mengelola sistem kelistrikan nasional.

Pada tahun 2010, ditugaskan ke PLN Unit Penyalur dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Jawa Bali, salah satu unit strategis dalam pengelolaan distribusi energi di Indonesia. Di sini, ia berperan dalam meningkatkan efisiensi sistem tenaga listrik yang menghubungkan wilayah Jawa dan Bali, yang merupakan pusat konsumsi listrik terbesar di Indonesia.

Setelah 9 tahun di P3B Jawa Bali, pada 2019 ia bergabung dengan Direktorat Bisnis Regional Jawa Bagian Tengah, berkontribusi dalam pengembangan strategi bisnis untuk optimalisasi operasional pembangkitan.

Tahun 2020, Erwin mendapatkan kepercayaan untuk menjabat sebagai Executive Vice President Electricity System Planning. Bertanggung jawab atas perencanaan dan pengembangan sistem kelistrikan nasional yang lebih efisien dan andal.

September 2022, ia diangkat menjadi Direktur Utama PLN Indonesia Power, bertugas mengelola lebih dari 21,5 GW kapasitas pembangkit listrik yang tersebar di berbagai wilayah.

Tantangan dan Peluang
Edwin menghadapi berbagai tantangan besar, di antaranya menuju Transisi Energi dan Target Net Zero Emission 2060. Sebuah tantangan besar bagi PLN IP yang saat ini masih didominasi oleh pembangkit berbasis batu bara. Untuk mengatasi ini, harus ada percepatan transisi ke Energi Baru Terbarukan (EBT) dengan tetap menjaga keseimbangan antara keandalan sistem dan keberlanjutan finansial perusahaan.

Tantangan utama lain dalam pembangkitan listrik adalah menjaga efisiensi operasional agar tetap kompetitif di tengah perubahan industri. Pengembangan energi hijau membutuhkan investasi besar dan kolaborasi dengan berbagai pihak. PLN IP berhasil menarik minat investor untuk mendukung berbagai proyek energi hijau, termasuk: Pembangkit tenaga surya skala besar (PLTS), Pengembangan PLTA dan hidrogen sebagai sumber energi masa depan Meskipun menghadapi banyak tantangan, juga memiliki peluang.

PLN IP memiliki potensi untuk menjadi pemimpin dalam inovasi energi hijau. Investasi dalam PLTS, PLTA, dan teknologi hidrogen akan semakin memperkuat posisi perusahaan sebagai pelopor transisi energi di Indonesia dan Asia Tenggara. PLN IP juga berpeluang melakukan Pengembangan Teknologi dan Digitalisasi
Pembangkitan. Ada juga peluang untuk memperluas cakupan bisnisnya ke tingkat regional dan global, baik dalam bentuk kolaborasi energi hijau maupun penyediaan layanan manajemen energi untuk negara lain.

PLN IP terus berupaya menjadi “Perusahaan Listrik Global Berkinerja Terbaik dan Berkelanjutan.” Fokus utama meningkatkan kinerja operasional dan efisiensi pembangkitan; mengekspansi proyek-proyek energi baru terbarukan (EBT); menurunkan emisi karbon lebih dari 100 juta ton hingga 2030; dan menjadi pionir dalam pengembangan pembangkit berbasis hidrogen dan amonia

“Kami ingin memastikan PLN Indonesia Power tidak hanya menjadi penyedia listrik terbaik di Indonesia, tetapi juga pemimpin dalam transisi energi global” tambah Edwin.

Artikel Terkait

Scroll to Top