ANTAM berhasil mencatat pertumbuhan profitabilitas yang signifikan pada 1H25, dengan laba periode berjalan meningkat 240% menjadi Rp5,14 triliun dibandingkan Rp1,51 triliun pada 1H24.
Selaras dengan itu, EBITDA juga tumbuh 194% menjadi Rp7,11 triliun dari Rp2,42 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Direktur Utama ANTAM, Achmad Ardianto, menyatakan bahwa keberhasilan ini mencerminkan keberhasilan seluruh Insan ANTAM dalam mengimplementasikan strategi diversifikasi yang adaptif dan selaras dengan dinamika pasar global.
Dengan mengedepankan inovasi, disiplin biaya, dan efisiensi operasional, ANTAM mampu menjaga fundamental bisnis tetap kuat serta memastikan pertumbuhan yang berke lanjutan, sekaligus memperkuat posisinya sebagai perusahaan pertambangan terdepan di Indonesia.
Pada 1H25, ANTAM menunjukkan pertumbuhan profitabilitas yang signifikan, terlihat dari pencapaian laba kotor sebesar Rp8,24 triliun, naik 311% dibandingkan 1H24 sebesar Rp2 triliun.
Laba usaha Perusahaan juga tumbuh positif dengan mencapai Rp6,14 triliun, melonjak 1.053% dari 1H24 sebesar Rp532,33 miliar. Pencapaian tersebut mendorong kenaikan laba bersih per saham dasar ANTAM pada 1H25 menjadi Rp195,43, meningkat 203% dari Rp64,52 pada 1H24.
“ANTAM berkomitmen menjaga ketahanan keuangan melalui pengelolaan bisnis yang bijaksana dan navigasi keuangan yang tepat. Dengan disiplin dalam mengendalikan biaya, mengoptimalkan efisiensi, dan menyesuaikan strategi dengan kondisi pasar,
Perusahaan berhasil mempertahankan stabilitas operasional serta biaya produksi yang kompetitif,” ujar Ardianto.
Dari sisi keuangan, ANTAM mencatat kenaikan aset 23% pada 1H25 menjadi Rp48,38 triliun dari Rp39,18 triliun di 1H24. Ekuitas juga tumbuh 14% menjadi Rp33,71 triliun dibandingkan Rp29,69 triliun di 1H24.
Strategi operasional yang efektif mendukung arus kas bersih dari aktivitas operasi sebesar Rp2,29 triliun, naik 277% dari 1H24. Hal ini memperkuat struktur keuangan ANTAM,
yang tercermin dari saldo kas dan setara kas akhir 1H25 sebesar Rp10,51 triliun, naik 20% dari Rp8,75 triliun pada akhir 1H24, menunjukkan likuiditas yang solid, manajemen kas yang efektif, dan kapasitas untuk investasi.
Ketangguhan Operasional Mendorong Pertumbuhan Produksi dan Penjualan
ANTAM terus konsisten menerapkan praktik pertambangan yang baik (Good Mining Practices) dan keunggulan operasional dalam menjalankan aktivitasnya.
Pada 1H25, ANTAM berhasil mempertahankan kinerja positif di tengah tantangan industri pertambangan domestik. Penjualan bersih ANTAM pada 1H25 mencapai Rp59,02 triliun, meningkat signifikan sebesar 155% dibandingkan 1H24 yang hanya Rp23,19 triliun.
Penjualan domestik menyumbang Rp57,11 triliun atau 97% dari total penjualan bersih 1H25, mencerminkan strategi perusahaan dalam memperkuat basis pelanggan lokal untuk produk emas, bijih nikel, dan bijih bauksit.
Segmen emas menjadi penyumbang utama penjualan dengan pertumbuhan signifikan sebesar 163% pada 1H25, mencapai Rp49,54 triliun dibandingkan 1H24 senilai Rp18,83 triliun.
Produk emas berkontribusi 84% terhadap total penjualan 1H25. Pertumbuhan ini didorong oleh kondisi geoekonomi dan geopolitik global serta strategi bisnis yang efektif. ANTAM bahkan mencetak rekor penjualan emas triwulanan tertinggi sepanjang sejarah pada 2Q25.
Dalam merespons tingginya permintaan emas domestik, perusahaan terus mengoptimalkan strategi pemasaran yang mengedepankan kualitas produk, keamanan, dan kemudahan akses bagi pelanggan.
Basis pelanggan pun diperkuat untuk menjaga momentum pertumbuhan penjualan emas. Peningkatan penjualan ritel emas juga didukung oleh aplikasi mobile “ANTAM Logam Mulia,” yang diluncurkan pada Maret 2025, memberikan kemudahan transaksi emas fisik yang aman dan praktis bagi pelanggan..
Pada periode 1H25, ANTAM berhasil memenuhi peningkatan permintaan dalam negeri dengan capaian volume penjualan produk emas ANTAM pada 1H25 mencapai 29.305 kg (942.178 troy oz.), meningkat signifikan 84% dari capaian penjualan pada 1H24 sebesar 15.969 kg (513.415 troy oz.).
Sementara produksi emas dari tambang Perusahaan tercatat mencapai 438 kg (14.082 troy oz.), relatif stabil dengan capaian produksi emas pada 1H24 sebesar 440 kg (14.146 troy oz.).
Adapun untuk segmen nikel (produk feronikel dan bijih nikel), pada 1H25 mencatatkan kontribusi mencapai 13% atau sebesar Rp7,87 triliun dari total penjualan Perusahaan pada 1H25.
Penjualan segmen nikel melonjak 125% dibandingkan capaian penjualan segmen nikel pada 1H24 sebesar Rp3,5 triliun. Pencapaian positif ini turut didukung oleh masih solidnya permintaan industri dalam negeri terhadap produk bijih nikel ANTAM yang memiliki kualitas terpercaya dan ketersediaan pasokan yang memadai.
Kondisi ini menunjukkan peran strategis ANTAM dalam mendukung perkembangan ekosistem industri hilir nikel nasional, serta memperkuat posisi perusahaan sebagai penyedia bahan baku utama untuk sektor pengolahan dan pemurnian nikel di Indonesia.
Produksi bijih nikel pada 1H25 tercatat sebesar 9,10 juta wet metric ton (wmt), meningkat signifikan 117% dibandingkan produksi bijih nikel 1H24 yang mencapai 4,19 juta wmt.
Penjualan bijih nikel pada 1H25 mencapai 8,20 juta wmt, melonjak 144% dibandingkan penjualan 1H24 sebesar 3,36 juta wmt. Kinerja penjualan bijih nikel pada triwulan kedua menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah perusahaan, mencerminkan penguatan posisi ANTAM di pasar domestik.
Untuk produksi feronikel, ANTAM berhasil mencatatkan kinerja optimal di 1H25 dengan produksi sebesar 9.067 ton nikel dalam feronikel (TNi) dan penjualan mencapai 5.763 TNi.
Pada segmen Bauksit dan Alumina, kontribusi segmen ini pada 1H25 mencapai 2% dari total penjualan ANTAM, dengan nilai penjualan sebesar Rp1,46 triliun, meningkat 102% dari 1H24 yang mencapai Rp724,66 miliar.
Volume produksi bauksit pada 1H25 mencapai 1,38 juta wmt, meningkat signifikan 155% dibandingkan produksi 1H24 sebesar 542.929 wmt. Penjualan bauksit pada 1H25 tercatat sebesar 1,03 juta wmt. Melalui entitas anaknya,
PT Indonesia Chemical Alumina, ANTAM mencatatkan produksi alumina pada 1H25 sebesar 89.385 ton, meningkat 42% dibandingkan produksi 1H24 sebesar 62.736 ton. Sementara itu, volume penjualan alumina pada 1H25 mencapai 91.109 ton alumina, naik 3% dibandingkan penjualan 1H24 sebesar 88.441 ton alumina.
Strategi Hilirisasi dan Pengembangan Usaha Berkelanjutan
ANTAM menegaskan komitmennya untuk memperkuat hilirisasi mineral nasional sekaligus menciptakan nilai tambah berkelanjutan bagi perekonomian Indonesia.
Untuk meningkatkan kapasitas produksi dan daya saing bisnis emas secara berkelanjutan, selama 1H25 ANTAM terus mempersiapkan proyek pengembangan fasilitas manufaktur logam mulia di Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE), Gresik, Jawa Timur.
Langkah ini merupakan upaya memenuhi permintaan pasar yang meningkat dan memperluas pengembangan pasar emas.
Pada segmen nikel, beberapa pencapaian penting telah diraih dalam Proyek Kerja Sama Pengembangan Ekosistem EV Battery di Indonesia, termasuk pekerjaan awal, perizinan, dan persiapan pendanaan untuk mendukung konstruksi sesuai target.
Pada 29 Juni 2025, pembangunan pabrik baterai terintegrasi di Karawang, Jawa Barat, dan Halmahera Timur, Maluku Utara, telah diresmikan.
Untuk komoditas bauksit, ANTAM berkomitmen menyukseskan hilirisasi melalui Proyek Smelter Grade Alumina Refinery (SGAR) Mempawah. Sebagai langkah menuju fase operasi komersial,
ANTAM memastikan suplai bauksit tetap terjaga guna mendukung kestabilan produksi alumina selama proses commissioning. Selain itu, uji coba pengiriman alumina ke smelter aluminium di Kuala Tanjung telah dilakukan sebagai bagian dari pengujian rantai pasok terintegrasi.
Memasuki paruh kedua 2025, ANTAM memahami bahwa dinamika industri pertambangan global maupun domestik serta fluktuasi pasar menghadirkan tantangan bagi pertumbuhan kinerja.
Namun, ANTAM tetap optimistis menjaga momentum pertumbuhan dengan mengandalkan fundamental operasi yang kuat dan struktur keuangan yang sehat.
Melalui strategi diversifikasi adaptif, efisiensi operasional, dan inovasi berkelanjutan, ANTAM berkomitmen untuk terus memberikan nilai tambah tidak hanya bagi pemegang saham, tetapi juga berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat sekitar wilayah operasi serta mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.***