Sebagai seorang pemimpin, H. Achmad Afzan Arslan Djunaid yang biasa disapa Aaf dikenal memiliki komitmen kuat, visi yang jelas, dan kerja keras yang telah membawa perubahan bagi masyarakat Kota Pekalongan.
Kiprahnya di dunia bisnis memberikan pemahaman mendalam tentang perekonomian daerah, khususnya di sektor industri batik dan perikanan, yang menjadi identitas utama Kota Pekalongan.
Dedikasinya terhadap masyarakat mendorongnya untuk masuk ke dunia pemerintahan. Ia memulai karier politik sebagai Wakil Wali Kota Pekalongan sebelum akhirnya terpilih menjadi Wali Kota Pekalongan periode 2020-2025.
Dalam Pilkada 2024, Aaf mengakui adanya dinamika dan tantangan. Namun, ia menekankan pentingnya menjaga kondusivitas selama Pemilu, baik sebelum pemungutan suara, saat kampanye, hingga setelah proses pencoblosan.
“Memang ada sedikit ketegangan di tingkat akar rumput, terutama di kalangan relawan, tetapi semua dapat berakhir dengan baik,” ujarnya.
Atasi Banjir dan Rob
Pada periode kedua kepemimpinannya, Aaf bertekad untuk menyelesaikan berbagai program yang belum tuntas pada jabatannya yang pertama. Menurutnya, tantangan kota akan terus berkembang, dan setiap masalah yang terselesaikan akan diikuti oleh tantangan baru.
Salah satu pencapaian signifikan pada periode pertama adalah pengendalian banjir dan rob. Saat ini, sekitar 70 persen dari program tersebut telah rampung, membebaskan lebih dari 100.000 warga dari ancaman banjir. Jika sebelumnya 20 kelurahan terdampak banjir, kini hanya tersisa dua.
Namun, Aaf menegaskan bahwa penyelesaian permasalahan banjir masih menjadi prioritas utama, terutama di Kecamatan Pekalongan Barat yang masih terdampak.
“Durasi genangan sudah berkurang dari satu bulan menjadi sekitar satu minggu, tetapi saat puncak banjir, masih ada sekitar 1.000 pengungsi,” ungkapnya.
Aaf juga menargetkan penyelesaian pembangunan Pasar Banjarsari, yang terbakar pada Februari 2018 dan menyebabkan 3.700 pedagang harus menempati pasar darurat di Lapangan Sorogenen dan Jalan Pati Unus.
“Setelah pasar utama diresmikan kembali, seluruh pedagang bisa kembali ke kios mereka, meningkatkan aktivitas perdagangan dan ekonomi Kota Pekalongan,” jelasnya.
Pelabuhan Perikanan
Dalam bidang infrastruktur, Aaf juga menekankan pentingnya pembangunan Jalan Lingkar Kota Pekalongan. Jalan lingkar ini akan mengurangi kemacetan dan risiko kecelakaan akibat lalu lintas kendaraan berat seperti truk dan bus yang saat ini masih melewati jalur dalam kota.
Sementara itu, untuk sektor perikanan, Aaf mengatakan akan dibangun Pelabuhan Onshore guna mengatasi sedimentasi yang menghambat kapal besar di atas 150 GT untuk berlabuh di pelabuhan lama. Banyak nelayan saat ini memilih melelang hasil tangkapannya di pelabuhan Juwana, Banyuwangi, atau NTT. Dengan adanya Pelabuhan baru, sektor perikanan Pekalongan akan kembali bergairah dan mendukung industri galangan kapal.
‘’Proyek ini telah disurvei oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) serta mendapat dukungan dari APBN. Jika lancar, pelaksanaan pembangunan akan dimulai pada 2026 dengan kemungkinan kerja sama dengan Japan International Cooperation Agency (JICA),’’ tambahnya.
Di sisi lain, pengelolaan sampah juga menjadi perhatian besar Aaf. TPA Kota Pekalongan saat ini sudah mencapai kapasitas maksimal dengan ketinggian sampah mencapai 20 meter. Diperkirakan pada 2025, TPA tidak lagi mampu menampung sampah.
Oleh karena itu, ia berencana menerapkan metode pengelolaan sampah yang telah sukses di Banyumas, Madiun, Cilegon, dan Malang agar Kota Pekalongan lebih bersih dan berkelanjutan.
Andalkan Batik
Sebagai kota yang diakui UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) sebagai Kota Batik Dunia, Walikota Pekalongan H. Achmad Afzan Arslan Djunaid, SE, MM memahami bahwa industri batik adalah pilar ekonomi. Namun, industri ini menghadapi tantangan besar dari produk tekstil impor serta batik printing yang sering disalahartikan sebagai batik asli.
“Batik bukan sekadar kain, tetapi seni yang merepresentasikan identitas bangsa,” tegasnya.
Aaf optimis bahwa masyarakat akan tetap memilih batik cap dan batik tulis berkualitas sebagai bagian dari budaya Indonesia.
Di bidang pendidikan, Aaf turut berperan dalam pengembangan universitas-universitas lokal seperti Unikal, UIN Gusdur, STMIK, dan UMPP. Dulu, banyak lulusan SMA yang memilih berkuliah di luar kota, tetapi kini kampus-kampus di Pekalongan mengalami perkembangan pesat hingga harus menolak mahasiswa karena keterbatasan kuota.
Sementara di sektor kesehatan, Aaf menginisiasi program Universal Health Coverage (UHC), yang memungkinkan masyarakat mendapatkan layanan kesehatan hanya dengan menunjukkan KTP. Program ini telah membantu ribuan warga mendapatkan akses kesehatan gratis tanpa terbebani biaya pengobatan.
Memimpin dengan Hati
Salah satu ciri khas kepemimpinan Aaf adalah kedekatannya dengan masyarakat. Ia sering turun langsung ke lapangan untuk mendengar aspirasi warga dan memastikan bahwa kebijakan yang diambil benar-benar membawa manfaat bagi rakyat.
Baginya, menjadi pemimpin bukan hanya tentang jabatan, tetapi tentang bagaimana meninggalkan warisan perubahan bagi generasi mendatang.
Fokus utamanya dalam lima tahun ke depan adalah menyelesaikan pengendalian banjir dan rob secara total, membangun infrastruktur yang berbasis kebutuhan masyarakat, meningkatkan daya saing ekonomi kreatif, mengembangkan pariwisata berbasis budaya dan religi, serta memastikan pengelolaan sampah yang lebih modern dan ramah lingkungan.
Dengan pengalaman, dedikasi, dan visi yang kuat, Achmad Afzan Arslan bukan hanya seorang pemimpin, tetapi juga inspirasi bagi banyak orang.
“Menjadi pemimpin bukan sekadar tentang memegang jabatan, tetapi tentang bagaimana kita bisa meninggalkan jejak perubahan bagi generasi mendatang,” katanya.
Penghargaan Kota Terbaik dan Keterbukaan Informasi
Achmad Afzan Arslan Djunaid, selama memimpin Kota Pekalongan sejak 26 Februari 2021 telah banyak menorehkan berbagai prestasi.
Namun demikian dalam memimpin Kota Pekalongan lima tahun kedepan ia juga masih bakal menghadapi beberapa tantangan yang tidak ringan.
Beberapa prestasi yang diraih Pemkot Pekalongan antara lain, tahun 2022, dinobatkan sebagai kota terbaik pertama dalam Penghargaan Pembangunan Daerah di Provinsi Jawa Tengah. Ini merupakan kali kedua Kota Pekalongan meraih penghargaan tersebut, setelah sebelumnya diraih pada tahun 2017.
Dalam hal Keterbukaan Informasi Publik, Kota Pekalongan meraih kategori Pemerintah Kabupaten/Kota Informatif dalam Keterbukaan Informasi pada tahun 2022, menunjukkan komitmen pemerintah dalam transparansi dan akuntabilitas pelayanan publik.
Pada tahun yang sama, Kota Pekalongan mendapatkan Penganugerahan Predikat Standar Pelayanan Publik, sebagai pengakuan atas kualitas pelayanan publik yang efektif dan efisien.
Pada tahun 2023, Kota Pekalongan menerima Anugerah Meritokrasi, mengakui upaya pemerintah kota dalam menerapkan prinsip-prinsip meritokrasi dalam manajemen sumber daya manusia.
Selama dua tahun kepemimpinan Aaf, Kota Pekalongan meraih penghargaan peningkatan mutu pendidikan melalui dukungan program sekolah penggerak dan implementasi kurikulum merdeka, serta juara 1 program daerah rintisan dalam penurunan angka stunting.
Sementara itu beberapa Pekerjaan Rumah yang masih akan akan dihadapi Aaf ke depan Aaf ke depan antara lain: adalah penanganan banjir dan rob. Meskipun telah mendapatkan anggaran dari Kementerian PUPR sebesar Rp 1,24 triliun untuk penanganan banjir rob melalui Sungai Loji dan Sungai Banger, masih dibutuhkan tambahan anggaran sekitar Rp 800 miliar untuk menangani banjir melalui Sungai Bremi dan Meduri.
Pemerintah Kota Pekalongan terus berkoordinasi dengan daerah tetangga untuk menuntaskan permasalahan pencemaran sungai dan limbah. Pemkot menekankan pengurangan sampah melalui berbagai metode.