Saat itu, ia merasakan perjuangan yang sangat berat. Dr. Eri Cahyadi, ST, MT sadar bukan orang politik, tiba- tiba harus bertarung di Pilkada. Ia pun menjalaninya seperti air yang mengalir, menyampaikan hal-hal yang sudah dikerjakan ketika menjabat kepala Dinas Cipta Karya, Kepala Dinas Kebersihan, dan Kepala Bappeko.
Terpilih sebagai wali kota tahun 2021. Di depan kedua orang tuanya, Eri pun bersumpah.
“Abah dan Umi, meminta saya meniatkan untuk menerangi makam Abah dan Umi, kalau keduanya sudah meninggal. Sekarang, Abah sudah meninggal waktu periode pertama saya,” tuturnya.
Eri bergerak seperti yang diinginkan kedua orang tuanya. Ia melihat angka kemiskinan, angka stunting, kematian ibu dan anak, pertumbuhan ekonomi, sekaligus pengangguran terbuka. Itu menjadi prioritas kerjanya. Bermodal semangat tolong menolong dan gotong-royong seperti pesan Bung Karno, ia merasakan hasil yang luar biasa.
Masyarakat Surabaya pun puas atas kepemimpinannya. Karena pada periode pertamanya sebagai wali kota, angka stunting 28,5 %, tertinggi di Jawa Timur, pada tahun 2023, menjadi 4,6 % terendah, bahkan tahun 2024 turun lagi menjadi 1,6 %, terendah se-Indonesia. Kota Surabaya pun dijadikan percontohan BKKBN pusat.
“Bahkan staf khusus presiden hingga WHO datang untuk secara langsung melihat bagaimana Kota Surabaya menurunkan angka stunting,” katanya.
Kepada mereka, ia mengatakan bahwa keberhasilan tersebut merupakan kerja masyarakat Surabaya. Dengan konsep semua perusahaan di Surabaya menjadi orang tua asuh. Akhirnya, konsep tersebut diadopsi daerah-daerah lain.
Dicintai Masyarakat
Eri Cahyadi selalu menggugah perasaan warga Surabaya. Sehingga angka kemiskinan yang semula sekitar 7 %, menjadi 3,9 %, targetnya 2 %. Pengangguran terbuka dari 9,8 %, menjadi 4,9 %. Bahkan pertumbuhan ekonomi menjadi 5,76 %, lebih tinggi daripada pertumbuhan nasional dan Jawa Timur.
Itulah modalnya menjadi walikota untuk periode kedua, lebih banyak dicintai masyarakat karena kepuasan mereka. Sehingga pada waktu pemilihan, ia tinggal memetik hasilnya. Sebanyak 85 persen masyarakat Surabaya memilihnya untuk menjadi walikota kedua kalinya.
Apakah ia bangga? Tidak. Karena ia merasa bahwa hasil yang dicapai selama kepemimpinannya adalah hasil kerja seluruh warga Kota Surabaya, baik masyarakatnya, pengusaha, maupun kalangan perguruan tinggi.
“Saya membangun Surabaya, bukan atas siapa yang lebih berjasa, siapa yang lebih berharga, tapi siapa kita? Ini adalah satu keluarga besar yang menjadi satu bagian, sehingga semuanya bisa kita rasakan dan dirasakan oleh masyarakat,” paparnya.
Pada periode kedua ini, Eri Cahyadi mengajak warga untuk menjadi jauh lebih baik sebagai keluarga besar. Ia menjaga agar sekolah selalu ada untuk rakyat. Bahkan di Surabaya ada Kampung Madani, yang berjalan sejak 2023. Konsepnya, orang yang mampu membantu orang yang lemah. Jadi ada donatur. Prinsipnya, jangan sampai ada orang miskin yang tidur dalam keadaan lapar.
“Sementara kita ini tidur dalam keadaan kenyang seperti Al-Bukhari Muslim, itu selalu saya sampaikan,” ujarnya.
Selain Kampung Madani, ada program satu keluarga miskin satu sarjana. Ada sekitar 200 orang yang masuk dalam program tersebut. Setiap anak sampai kuliah dibiayai orang tua asuh dari perusahaan- perusahaan yang ada di Surabaya. Gotong-royong, dan tolong menolong, kekuatan Pancasila dan kekuatan agama, menjadi kekuatan Kota Surabaya.
Juga bisa membangun Universal Health Coverage (UHC) 100 % di tahun 2023, ada juga bebas jamban. UHC atau cakupan kesehatan semesta adalah sistem jaminan kesehatan yang memberikan akses pelayanan kesehatan yang adil dan bermutu kepada seluruh warga.
Medical Tourism
Sebagai kota besar, perekonomian Surabaya bertumpu pada bidang perdagangan dan jasa. Tetapi di tangan Eri Cahyadi, dikembangkan menjadi kota pariwisata. Saat ini misalnya, ada kegiatan susur sungai yang sedang naik daun, seperti di Venesia.
Ia juga menghidupkan kawasan yang selama ini menjadi ciri khas Surabaya, dengan menghadirkan Tunjungan Romansa. Seluruh kawasan full menjadi tempat kafe dan tempat makan, dengan jumlah pengunjung harian sekitar 5.000 orang di hari biasa, dan 8.000 orang pada Sabtu-Minggu.
Surabaya juga memiliki jetski di Kalisari. Ada juga kebun binatang kecil, dengan tiket hanya Rp 5.000. Ada all-terrain vehicle (ATV), termasuk perahu kano. ATV adalah kendaraan bermotor yang dapat melewati medan off-road. ATV juga dikenal dengan nama mobil mini atau traktor mini.
Ada juga Kota Lama, yang terdiri atas kawasan Pecinan, Eropa, dan Arab. Di Kota Lama, cerita Eri Cahyadi, pengunjung bisa melihat suasana bangunan-bangunan bergaya Eropa. Salah satu yang favorit di kawasan itu adalah pemandangan sunset-nya.
“Jadi setiap sore penuh, untuk melihat matahari terbenam di kota lama,” katanya.
Keberadaan Ibu Kota Nusantara (IKN), juga jadi peluang untuk membuat lebih banyak orang menginap di Surabaya. Bahkan saat ini sudah mengajukan surat ke Kementerian Pariwisata dan Kesehatan, untuk membuka medical tourism.
Potensi Surabaya sangat mendukung, baik infrastruktur seperti bandara, dan pelabuhan, rumah sakit, maupun tenaga medisnya berstandar internasional. Bahkan ada rumah sakit khusus kanker yang dibangun oleh Kementerian Kesehatan.
“Kerja sama dengan beberapa rumah sakit, Angkasa Pura, dan biro travel pun dirintis,” katanya.
Optimis Tembus 8 Persen
Eri Cahyadi menuturkan bahwa saat ini terus memacu pertumbuhan ekonomi. Targetnya meningkatkan pertumbuhan ekonomi dari 5,7 persen sampai pada kisaran angka 7 lebih. Ia pun yakin dari perhitungannya, masih bisa menembus angka 8 persen pada akhir 2025.
Untuk itu, Surabaya bersama daerah-daerah penyangga seperti Sidoarjo, Gresik, Lamongan, dan Bangkalan, bergerak menumbuhkan ekonomi. Satu sama lain meyakinkan dan menguatkan bahwa tiap daerah bukan pesaing. Bukan untuk menjadi kepala daerah yang terbaik, tapi bekerja sama sebagai bagian dari Indonesia, bergerak menciptakan pekerjaan, dan menumbuhkan perekonomian.
Eri berusaha untuk menarik investasi. Saat ini baru Rp 38 triliun. Targetnya Rp 43 triliun. Semakin banyak investasi, akan berpengaruh juga pada kota-kota penunjang. Sehingga ia pun optimis pertumbuhan ekonomi Surabaya bisa mencapai 8 %.
Pemerintah Kota Surabaya juga memiliki beberapa Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang bergerak di berbagai bidang, seperti rumah potong hewan, perumahan (Yayasan Kas Pembangunan), Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), juga PD Pasar. Ada juga Bank Surya Artha Utama Perseroda Milik Pemerintah Kota Surabaya. Bank SAU tersebut menggerakkan UMKM, memberikan bantuan dengan bunga 3%.
Bantuan itu menggerakkan perekonomian, dan pengentasan kemiskinan. Orang-orang miskin dilatih dan diajarkan mendirikan koperasi. Ada pula program pavingisasi dengan menggerakkan warga miskin untuk memproduksi paving.
Pemerintah mengumpulkan warga miskin, memberikan alat kepada mereka, didampingi kalangan perguruan tinggi, untuk membuat paving berkualitas. Setelah jadi, dijual di katalog dan diambil oleh Kota Surabaya. Jadi BPR itu menggerakkan semuanya.
Di sisi lain, Surabaya juga mengembangkan ducting dengan menempatkan kabel listrik, serta fiber optik di bawah tanah. Ducting adalah rangkaian saluran ventilasi yang digunakan untuk mengalirkan udara dari satu tempat ke tempat lainnya, Contohnya sudah ada di Kota Lama.
Kontrak Kinerja
Eri Cahyadi meminta direksi BUMD membuat kontrak kinerja seperti yang dilakukan kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD). Kontrak kinerja tersebut bahkan sudah diterapkan saat periode pertama kepemimpinannya. Dalam kontrak tersebut, kepala dinas yang tidak mencapai target, siap mengundurkan diri, dan dipindah ke bagian lain. Selama menerapkan itu sejak 2021, ada 13 orang yang harus diganti karena kinerjanya tidak mencapai target.
Juga menerapkan lelang jabatan secara terbuka lewat media sosial. Sehingga seluruh warga kota bisa melihat, dan memberikan penilaian. Selain itu juga mengundang wartawan, praktisi, perguruan tinggi untuk memberikan penilaian.
“Sehingga mereka yang menjadi kepala OPD benar-benar layak, profesional, dan mampu bekerja untuk rakyat, bukan figur yang semata dekat dengan Walikota,” katanya.
Di bidang kesehatan, mewajibkan semua rumah sakit menerima BPJS. Kalau ada yang menolak, tidak bakal diberikan izin operasi. Disisi lain, ia juga menjadikan rumah sakit milik pemerintah sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), dan didorong untuk bekerja sama pihak lain dalam penyediaan alat- alat canggih. Prinsipnya, warga Surabaya tidak perlu antri kalau harus dirawat di rumah sakit.
Pengendalian Banjir
Kota Surabaya merupakan hulu dari beberapa sungai, sehingga mendapat kiriman air dari Mojokerto, Kediri, dan Malang.
Itu yang kadang menyebabkan banjir. Sehingga salah satu solusinya untuk mengeliminasi banjir, pemerintah membuat saluran besar untuk membuang air langsung ke laut. Selain itu juga membuat banyak gorong-gorong besar yang berfungsi sebagai penampung air.
“Ketika hujan deras, Kali Jagir, Kali Surabaya meluap tidak bisa menampung. Alhamdulillah karena kita masih memiliki gorong-gorong besar, drainase yang bagus, ketika hujan ada genangan, hujan selesai genangan hilang,” katanya.
Ia juga membuat tanggul di Kali Lamongan. Sehingga kawasan yang semula langganan banjir, bahkan sampai sepinggang orang dewasa, saat ini bebas banjir. Bahkan pemerintah kota sampai harus mengeruk sungai yang bukan kewenangan, karena penuh eceng gondok dan menyebabkan banjir. Pihak yang berwenang mengurusi sungai itu sempat menegur, namun karena demi rakyatnya yang kebanjiran, Eri Cahyadi nekat.
“Dulu pernah kami mengeruk ditelepon, katanya itu bukan kewenangan Surabaya. Tapi karena ada banjir besar, alat saya keluarkan semua, saya keruk. Kami sudah tidak lagi memikirkan wilayah, kami harus membantu saudara-saudara kami yang ada di situ,” katanya.
Ubah Sampah Jadi Listrik Mimpi Jadi Kota Dunia
Sebagai kota besar, otomatis produksi sampahnya juga besar. Dalam satu hari, bisa mencapai 16.600 ton di Surabaya. Namun Eri Cahyadi menggunakan teknologi gasifikasi untuk menangani produksi sampah yang jumbo. Sehingga tidak mengalami problem sampah sebagaimana kota-kota besar lainnya.
Ia mengungkapkan dalam proses gasifikasi tersebut sampah diubah menjadi gas metan untuk memproduksi listrik. Lumayan, bisa menghasilkan daya 11 Megawatt (MW). Residunya juga diolah menjadi Refuse Derived Fuel (RDF), juga minyak. Sejak diresmikan Presiden Jokowi tahun 2021, sampai saat ini masih berjalan. RDF adalah bahan bakar alternatif yang berasal dari pengolahan sampah. RDF merupakan solusi inovatif untuk mengurangi volume sampah dan menyediakan energi yang berkelanjutan.
“Kami menjadi acuan, seperti di Singapura. Katanya kalau di Surabaya ada, kenapa harus belajar di Singapura,” ujarnya
Kota Dunia
Sekalipun banyak kemajuan telah dicapai, Eri Cahyadi masih punya mimpi, yaitu membawa Surabaya bertransformasi menjadi kota dunia yang maju, humanis, dan berkelanjutan yang berakhlak dan berbudaya arek Surabaya. Sehingga pada akhirnya mampu mewujudkan tujuan utama,seperti mengurangi kemiskinan, mengurangi pengangguran terbuka, mengurangi stunting, angka kematian ibu dan anak, menaikkan indeks pembangunan manusia, menurunkan gini rasio kesenjangan antara si miskin dan si kaya, dan pertumbuhan ekonomi.
Menurut Eri apapun yang dilakukan kota atau daerah, apabila tujuh tujuan tersebut tidak tercapai, artinya kota tersebut telah gagal. Seharusnya sebuah kota atau daerah yang berhasil, maka tujuh indikator harus tercapai yakni kemiskinan, pengangguran, stunting, Gini rasio, angka kematian ibu, semua turun. Namun Indeks Pembangunan manusia (IPM) dan pertumbuhan ekonomi harus naik. Gini rasio atau koefisien Gini adalah ukuran tingkat kesenjangan pembagian pendapatan antar penduduk suatu wilayah. Nilai Gini ratio berkisar antara 0 hingga 1.
“Jadi sekalipun banyak berinovasi dan memperoleh penghargaan, tetapi tujuh tujuan tersebut tidak tercapai, maka itu kegagalan,” tandasnya.
Karena itulah ia mentargetkan selama lima tahun ke depan, angka kemiskinan dan pengangguran terbuka harus di bawah 2 %, stunting harus di bawah 1 %, IPM harus mencapai 80-90%, dan Gini rasio bisa menjadi 0,1, maksimal 0,2.
Data Base Warga
Ia sangat optimis Gini rasio Kota Surabaya bisa turun dari 0,3 menjadi 0,2. Salah satu modalnya adalah data base warga. Ia menuturkan, daerahnya merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang memiliki data komplit sampai tingkat RW. Jumlah KK, jiwa, siapa yang stunting, siapa yang menganggur, siapa pula yang miskin, pemerintah mengetahui. Bahkan data sudah bayar PBB atau belum, juga bangunan ber-IMB atau tidak, ada. Banyak daerah lain sudah belajar ke Surabaya.
Seandainya semua kota bisa tahu data tersebut, ujar dia, maka semua kota bakal memiliki kebijakan yang tepat.Contohnya, ketika akan menurunkan angka Gini rasio menjadi 0,2 tahun ini, maka Eri bakal melihat jumlah orang miskin, alamat tempat tinggalnya, jumlah yang tinggal dalam keluarga itu, hingga pendidikannya.
“Sehingga tidak ngawur ketika membuat anggaran. Siswa miskin, anak SMP/SMA kasih beasiswa, yang lulus SMA dikuliahkan sampai sarjana, yang umur produktif diikutkan kerja padat karya,” katanya.
Sebagai Ketua Asosiasi Pemerintah Kota Indonesia (Apeksi), ia sampaikan hal itu ke wali kota dan bupati lainnya. Mereka kaget, dan bertanya bagai membuat data tersebut.
Ia pun menyampaikan ke Kemendagri, setiap kota atau kabupaten memiliki data lengkap penduduknya. Sehingga kota harus memiliki data lengkap per rumah. Sehingga bantuan sosial pun tidak bakal dobel.
Hal itu juga menuntut keaktifan kecamatan, lurah, dan OPD sebagai menjadi pengampu. Mereka setiap bulan akan datang ke setiap rumah di setiap RW untuk memantau perkembangan warga. Sehingga pemerintah kota mengetahui data pergerakan warga, termasuk warga yang tidak miskin lagi.
Digitalisasi
Kota Surabaya pun sudah menerapkan digitalisasi. Sehingga ketika pemerintah pusat mengkampanyekan efisiensi anggaran, Eri Cahyadi sudah melakukannya sejak 2023, pegawai tidak bekerja di kantor, tetapi di lapangan juga di balai-balai RW. Laporannya, cukup lewat aplikasi. Itu sebagai bagian untuk menjadi kota dunia, yaitu dengan digitalisasi untuk mempermudah dan membantu pekerjaan.
“Saya bilang kalau menjadi pegawai negeri di kantor saja, bagaimana tahu kondisi lapangan,” ujarnya.
Lewat aplikasi pula kinerja pegawai hingga kepala dinas terpantau. Apabila kinerjanya tidak memenuhi target, maka tunjangan tambahan penghasilannya tidak bakal cair.
Kota akan sejahtera ketika tidak ada kesenjangan yang sangat tinggi antara si miskin dan si kaya, kemiskinan hilang, pengangguran terbuka hilang, maka secara otomatis stunting juga hilang, dan pertumbuhan ekonomi naik.
“Saya ingin membangun Surabaya dengan budaya Arek. Menjadi kota dunia yang humanis, berkelanjutan, dan berakhlak,” tambahnya.