Sukirman Kepala RSPAD Gatot Subroto – RS Kepresidenan, Rujukan RS TNI Terbuka untuk Masyarakat Umum

Share

Mayor Jenderal TNI (Purn) Dr. dr. Sukirman, SH, Sp.KK, M.Kes memulai karier sebagai perwira militer sukarela pada tahun 1989-1990. Kala itu, ia masih menempuh pendidikan di semester tujuh Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM) dan mendapat beasiswa untuk mengikuti pendidikan militer di Bumimoro Kodikal, Komando Pendidikan Angkatan Laut di Surabaya.

Setelah menyelesaikan masa koasistensi, ia merasakan pengalaman pertamanya sebagai dokter batalyon, sebuah fase yang menurutnya sangat membentuk karakter kemiliteran. Ditempatkan di tengah hutan sawit, Deli Serdang. Lima kali ganti Danyon, di sanalah ia betul- betul merasa menjadi tentara pada masa-masa sulit namun penuh pembelajaran.

Karier militer dan medisnya terus menanjak. Dari Kodam I Bukit Barisan, melanglang ke berbagai wilayah, Pekanbaru, Batam, Meulaboh, hingga kembali ke kampung halaman di Jogja untuk melanjutkan pendidikan spesialis kulit dan kelamin. Setelah itu, karier rumah sakitnya dimulai, dari Salatiga, Balikpapan, Medan, hingga Aceh, sebelum akhirnya dipercaya menduduki berbagai jabatan strategis di lingkungan Kesehatan Angkatan Darat dan RSPAD.

Posisi Kepala RSPAD bukanlah hadiah instan, melainkan hasil dari puluhan tahun kerja keras, loyalitas, dan komitmen terhadap pelayanan kesehatan militer.

“Passion saya memang kelihatannya lebih banyak di rumah sakit ya” ungkapnya.

Standar Kepresidenan mau RSPAD begitu dikenal dan diperhitungkan. Rumah sakit ini memang memiliki posisi strategis, bukan hanya bagi TNI, tetapi juga negara. RSPAD merupakan rumah sakit rujukan tertinggi untuk TNI, dan juga rumah sakit rujukan utama untuk kepresidenan.

Ia mengungkapkan bahwa sejak lama RSPAD menjadi tempat rujukan kesehatan bagi Presiden, Wakil Presiden, serta tokoh-tokoh penting nasional. Termasuk dalam tahapan Pemilihan Presiden, untuk pemeriksaan kesehatan para calon.

Didukung dengan fasilitas medis berstandar tinggi dan kesiapan personel yang prima, RSPAD menjadi pusat layanan kesehatan kelas utama, baik bagi militer maupun masyarakat luas. Banyak pejabat negara, rutin menjalani pemeriksaan di sini.

RSPAD menurut Sukirman, sejak awal memang dirancang sebagai rumah sakit tipe A pendidikan dengan kelengkapan sarana prasarana, SDM berkualitas tinggi, serta teknologi alat kesehatan mutakhir. Penetapan RSPAD sebagai rumah sakit rujukan tertinggi bagi TNI didasarkan pada Peraturan Panglima TNI tahun 2019.

RSPAD menjadi rumah sakit militer tingkat satu, tertinggi dari seluruh tingkatan rumah sakit militer di Indonesia. Kelengkapan fasilitas yang dimiliki memungkinkan memberi pelayanan pkesehatan untuk prajurit, baik dalam konteks perang maupun operasi selain perang, termasuk evakuasi korban tempur dari daerah konflik atau misi internasional.

Tidak hanya untuk militer, RSPAD juga telah lama dipercaya sebagai rumah sakit utama kepresidenan. Penunjukan itu tertuang dalam berbagai regulasi, termasuk Keputusan Presiden tahun 2018 dan 2020. Kepercayaan ini tak lepas dari kesiapan dalam menangani pasien-pasien VVIP dengan pendekatan medis paripurna.

Peralatan Mutakhir

RSPAD terdiri dari dua unit utama, yakni unit umum dengan kapasitas 610 tempat tidur, dan Paviliun Kartika sebanyak 123 tempat tidur yang dikhususkan untuk melayani pasien VVIP. Dalam hal fasilitas penunjang, memiliki tiga unit MRI 3,5 Tesla, salah satu teknologi pencitraan medis tercanggih yang jarang dimiliki rumah sakit di Indonesia.

Juga telah mengembangkan pusat layanan unggulan seperti Cardiovascular Center, layanan stem cell Sel Cure, hingga DSA (Digital Subtraction Angiography) yang pernah dimotori oleh Prof. Dr. Terawan.

Tak melupakan akarnya sebagai institusi militer, RSPAD mempunyai unit khusus Kedokteran Militer (Dokmil) disiapkan untuk merawat prajurit yang mengalami luka tempur atau cedera latihan, termasuk mereka yang kembali dari penugasan di daerah rawan konflik.

RSPAD melayani kalangan pejabat tinggi negara, tokoh nasional, hingga pasien prioritas dengan kebutuhan layanan eksklusif. Mempunyai 121 sub spesialis dan 262 spesialis aktif. Nama Prof. Dr. Terawan Agus Putranto tak bisa dilepaskan dari perkembangan DSA di RSPAD. Teknologi ini, dikembangkan, awalnya digunakan untuk menangani kasus stroke, namun kini terus diperluas, termasuk untuk terapi kanker prostat melalui metode embolisasi non-operatif.

Hingga kini, Prof. Terawan telah menangani puluhan ribu pasien dengan teknik ini dan terus berinovasi, bahkan menjadi narasumber di Harvard University untuk imunoterapi yang sedang ia kembangkan.

“Inovasi DSA ini kini merambah ke berbagai kota. Rumah sakit di Surabaya, Solo, hingga Medan kini menggandeng Prof. Terawan untuk membuka layanan serupa,” ujarnya.

Teknik DSA melibatkan tim multidisiplin dari spesialis jantung, paru, saraf, hingga anestesi.

Pelayanan Prima

Meski menjadi rumah sakit rujukan pejabat tinggi, RSPAD tetap terbuka untuk masyarakat luas. Dari total 610 tempat tidur reguler, sekitar 95 persen diperuntukkan bagi pasien BPJS, termasuk prajurit aktif. Tingkat hunian tempat tidur (Bed Occupancy Rate/BOR) mencapai 70–75 persen, sedangkan BOR di Paviliun Kartika berkisar antara 50–60 persen.

RSPAD Gatot Soebroto tak hanya dikenal sebagai rumah sakit rujukan tertinggi bagi TNI dan instansi kepresidenan, namun juga menjadi teladan nasional dalam pengelolaan keuangan mandiri serta pelayanan kesehatan yang inklusif dan prima bahkan bagi pasien BPJS.

Sejak 2016, RSPAD telah berstatus sebagai satuan kerja Badan Layanan Umum (BLU). Dengan status ini, rumah sakit memiliki fleksibilitas lebih dalam mengelola keuangan, meningkatkan efisiensi layanan, serta mengembangkan mutu tanpa tergantung sepenuhnya pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Dana dari pemerintah, hanya untuk belanja pegawai organik saja. Selebihnya, untuk belanja barang maupun modal, itu dikelola dari pendapatan BLU, termasuk Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan sumber lainnya. Pasien BPJS umum dilayani setara dengan pasien dinas. Tidak ada perbedaan dalam penatalaksanaan, walaupun tentu penyesuaiannya tetap mengikuti ketentuan BPJS.

Komitmen ini membuahkan hasil. Pada November tahun lalu, RSPAD meraih Juara 2 Nasional dari lebih dari 1.300 rumah
sakit seluruh Indonesia dalam kategori komitmen terhadap pelayanan pasien BPJS. Capaian ini mencerminkan dedikasi dan konsistensi pelayanan yang dijalankan di tengah tantangan sistem kesehatan nasional.

Tak kurang dari 2.500 pasien per hari dilayani oleh RSPAD, terutama melalui layanan rawat jalan, instalasi gawat darurat (IGD), dan klinik spesialis. Menariknya, hanya sekitar 30–40 persen yang merupakan pasien dinas, yakni prajurit aktif, purnawirawan, dan keluarga mereka. Sisanya adalah pasien umum, yang semakin hari menunjukkan kepercayaan besar terhadap pelayanan RSPAD.

Sementara itu, Paviliun Kartika, unit layanan VVIP RSPAD, sebagian besar dihuni oleh pasien umum dan pasien atensi, yakni mereka yang mendapat perhatian khusus dari pimpinan nasional.

Di balik pelayanan tersebut, RSPAD didukung oleh tenaga medis unggulan dari berbagai bidang. Tidak semua dokter di RSPAD merupakan personel organik militer. Sebagian besar adalah mitra profesional
yang diperkenankan untuk tetap berpraktik di luar rumah sakit selama di luar jam dinas.

“Kami tidak membatasi praktik di luar. Yang penting, mereka tetap fokus memberikan pelayanan terbaik kepada pasien di bawah tanggung jawabnya di RSPAD. Di luar jam dinas, jika masih punya waktu, silakan praktik di tempat lain,” katanya.

Fleksibilitas ini memberi ruang bagi para tenaga medis untuk tetap berkembang profesional tanpa mengurangi tanggung jawab pelayanan di institusi militer yang mereka wakili.

“Kalau sudah pakai baju hijau, termasuk dokter, ya itu berarti TNI Angkatan Darat. Militansi mereka luar biasa,” ujarnya.

Meskipun kesejahteraan terus diperbaiki, militansi tetap menjadi ruh yang menggerakkan semangat pelayanan.

Jadi RS Pendidikan Utama dengan Banyak Unggulan

RSPAD bukan hanya rumah sakit pelayanan, tetapi juga menjadi pusat pendidikan kedokteran terkemuka. Sebagai rumah sakit pendidikan utama Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Negara (UPN) Veteran Jakarta dan jejaring bagi banyak fakultas kedokteran lain di Jakarta seperti YARSI dan UKRIDA, RSPAD juga menerima dokter program pendidikan spesialis (PPDS) dari hampir seluruh penjuru Indonesia, dari UI, UGM, Unair, Unpad, hingga Unsyiah di ujung barat dan Unhas di timur.

Sebagai Rumah Sakit Penyelenggara Pendidikan Utama (RSPPU), RSPAD
kini memegang peran penting dalam sistem pendidikan spesialis berbasis rumah sakit, bukan hanya Penyelenggara Pendidikan Utama (RSPPU), RSPAD kini memegang peran penting dalam sistem pendidikan spesialis berbasis rumah sakit, bukan hanya universitas. Beberapa spesialisasi unggulan yang dikembangkan antara lain ortopedi, anestesi, oftalmologi (kerja sama dengan RS Mata Cicendo), hingga radiologi intervensi.

Unggulan Nasional

Menurut Sukirman, di bidang radiodiagnostik dapat dibilang yang terbaik. RSPAD memiliki perangkat MRI 3,5 Tesla, sebuah teknologi pencitraan mutakhir yang jarang dimiliki rumah sakit lain. Di bidang onkologi, rumah sakit ini unggul dalam layanan radioterapi, termasuk proton therapy dan Brachytherapy. Juga ada Positron Emission Tomography (PET) scan dan layanan radio nuklir menjadi keunggulan tersendiri.

Bidang ortopedi juga menjadi kebanggaan, sesuai dengan identitas RSPAD sebagai rumah sakit militer dan pusat traumatologi. Tim ortopedi dan anestesi RSPAD bahkan menjadi bagian penting dalam penanganan medis Presiden Prabowo Subianto, meskipun operasinya dilakukan di RSPPN.

“Tapi tim utama medisnya dari kita,” jelasnya.

Keunggulan lain yang jarang disorot adalah kemampuan RSPAD dalam menangani transplantasi ginjal secara mandiri, bedah torak kardiovaskular, THT dengan fasilitas Cochlea Center, hingga layanan dermatologi kosmetik berbasis laser, yang kini menjadi pusat unggulan nasional. Tak kalah penting, RSPAD juga telah memiliki renal center sebagai bagian dari penguatan layanan ginjal.

Untuk Umum

Sebagian masyarakat mungkin masih menyimpan persepsi lama, RSPAD Gatot Soebroto adalah rumah sakit khusus militer, tempat berobatnya prajurit berseragam dan para purnawirawan. Kesan eksklusif yang membuat sebagian warga sipil ragu untuk mendekat, apalagi berobat.

“Faktanya, dari total 610 tempat tidur yang kami miliki, 60 hingga 70 persen sudah dimanfaatkan oleh pasien umum, termasuk peserta BPJS,” ungka Sukirman.

Rumah sakit ini kini bukan hanya milik TNI, tetapi telah menjadi bagian dari denyut nadi pelayanan kesehatan nasional.

Untuk mendekatkan diri ke masyarakat, RSPAD berbenah dalam bidang komunikasi publik. Jika dahulu fungsi kehumasan hanya berada di bawah ranah penerangan (pen), kini telah dikembangkan menjadi unit humas tersendiri yang lebih proaktif dan profesional. “Kita berharap masyarakat semakin tahu bahwa rumah sakit ini terbuka untuk semua,” tambahnya.

Tak hanya soal keterbukaan, RSPAD juga sedang bersiap memasuki era baru layanan kesehatan modern. Salah satu langkah besar yang akan diwujudkan dalam waktu dekat adalah pengoperasian penuh Proton Center, pusat terapi radiasi tercanggih yang memungkinkan pengobatan kanker dengan presisi tinggi.

“Mudah-mudahan Oktober atau Desember tahun ini kita sudah running penuh, mulai dari PET Scan, radioterapi, Gamma Knife, hingga Brachytherapy,” katanya.

RSPAD juga sedang mempersiapkan Onkologi Center dengan teknologi baru, termasuk alat yang terintegrasi langsung dengan CT scan, satu-satunya di Indonesia.

“Ini akan memberikan akurasi lebih tinggi dalam diagnosis dan terapi,” jelasnya.

Dalam waktu bersamaan, sebuah Renal center baru juga akan dibangun, lengkap dengan gedung baru yang didesain khusus untuk layanan ginjal secara terpadu. Semua ini, adalah bagian dari komitmen RSPAD sebagai satuan kerja Badan Layanan Umum (BLU) untuk terus meningkatkan kinerja pelayanan dan efisiensi keuangan.

“Goal-nya satu, kepuasan masyarakat. Baik masyarakat dinas maupun masyarakat umum. Karena kami hadir bukan hanya untuk prajurit, tetapi untuk Indonesia,” pungkasnya.

Tonton Video Selengkapnya

Artikel Terkait

Scroll to Top