dr. Agus Ujianto, M.Si, Med, Sp.B - Dirut RSI Sultan Agung

dr. Agus Ujianto – Melayani Stem Cell Syariah, Siapkan PPDS Hospital Base

Share

Perbedaan dengan rumah sakit umum, jelas dia, selain mengacu pasien safety mutu, ada penambahan mutu secara Islam pada rumah sakit yang berstandar syariah. Contoh, orang sakit tetap salat. Perawat akan menuntun pasien untuk salat dan berwudhu saat sakit.

dr Agus Ujianto, bersyukur merasa segala yang diraihnya merupakan pemberian Tuhan. Terkait jabatan sebagai dirut RSI Sultan Agung, ia menganalogikannya dengan wong legan golek momongan. Jabatan, katanya, bagian dari sunatullah. Sekalipun untuk mencapainya, ia harus melalui seleksi ketat.

Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung yang menaungi RSI Sultan Agung, menurutnya, saat ini dipimpin seorang ketua yang sangat progresif dan berkeinginan menjadi yang terdepan, terkemuka, dan unggul. Dengan tiga platform kegiatan, yaitu kesehatan, pendidikan, dan ekonomi, yayasan bercita-cita mempunyai rumah sakit di manamana, melengkapi RSI Sultan Agung yang saat ini juga sebagai teaching hospital.

Yayasan sangat bersemangat untuk merealisasikan itu. dr Agus Ujianto yang berpengalaman bekerja di berbagai rumah sakit pun, ditarik. Sebagai salah satu alumni, ia diminta membuat legacy bagi RSI Sultan Agung ke depan. Targetnya, tahun ini, menyiapkan pondasi sebagai landasan take off bagi RSI Sultan Agung menjadi Islamic Global Teaching hospital.

Menurut Agus itu berarti menjadikan rumah sakit bertaraf internasional, ini pekerjaan berat. Namun ia terbantu dengan posisinya sebagai ketua umum perhimpunan digital Indonesia dan aktif di aliansi Telemedicine. Karena posisinya itu membuat RSI Sultan Agung pun, terdigitalisasi secara internasional, dan terhubung dengan berbagai rumah sakit di luar negeri.

“Rumah sakit ini sudah 54 tahun menuju 55 tahun. Jadi sebenarnya resource-nya sudah banyak, tinggal meyakinkan untuk berjamaah. Saf diperkuat, kita sudah siap take off,” paparnya.

Stem Cell Standar Syariah
dr Agus Ujianto menyebut RSI Sultan Agung termasuk rumah sakit tipe B paripurna. Beberapa layanannya antara lain, Pusat Layanan Eye Center, dan Cardiac Center. Saat ini pun tengah mengejar layanan unggulan sebagaimana aturan dalam Permenkes.

Layanan pusat unggulan yang dikembangkan yaitu Layanan Pusat Jantung Islam terintegrasi internasional serta Pusat Autologous dan Allogeneic Hematopoietic. Itu semacam stem cell, yang dikembangkan dengan biohacking, serta rekayasa genetik. Namun hal itu tetap sesuai Syariah Islam.

Kebetulan, dr Agus Ujianto juga Ketua Musyawarah Kedokteran Islam (Mukisi). Dengan begitu, nilai-nilai syariah diterapkan dalam kesehatan. Diharapkan ke depannya, menjadi rumah sakit rujukan internasional yang berstandar syariah. Ia menambahkan bahwa penerapan syariah dalam kesehatan tidak memberatkan. Dalam hal penyajian halal, misalnya suplai telur harus bersih, dan higienis.

Perbedaan dengan rumah sakit umum, jelas dia, selain mengacu pasien safety mutu, ada penambahan mutu secara Islam pada rumah sakit yang berstandar syariah. Contoh, orang sakit tetap salat. Perawat akan menuntun pasien untuk salat dan berwudhu saat sakit. Sehingga walaupun memakai infus tetap bisa beribadah.

Kemudian saat operasi, penyiapannya kalau pasien perempuan, harus dengan perawat perempuan. Setelah yang dianggap aurat sudah tertutup, dan dokter bedah hanya fokus pada lokasi operasi. Teknologi Stem cell yang mulai diterapkan pun mengacu standar syariah. Reagenyang dipergunakan, tersertifikasi halal.

Hanya saja, jumlahnya masih sedikit, sehingga mahal. Sedangkan pengembangan autogenik, pasti halal karena diambil dari tubuh pasien sendiri. Stemsel, banyak diterapkan pada program regeneratif, kemudian untuk penyembuhan kanker.

Menurut Agus Stem cell yang populer menggunakan tali pusar yang disebut mesenkimal. Sel itu sudah dewasa dan keluar dari tubuh ibu, sehingga lebih mudah diambil dan secara legal etik medicolegal baik. Sebagai dokter bedah, ia punya dua keahlian, yaitu meningkatkan dan mengembangkan allogenik dari tali pusat, dan autogenik dari tubuh pasien. Saat ini RSI Sultan Agung sudah bisa melayani stemsel, baik metode autogenik maupun metode Autologous.

“Hanya karena belum punya laboratorium, sementara membeli produk-produk yang sudah CPOB, dan sesuai standar Balai POM,” katanya.

Stem cell bisa untuk menyembuhkan pegal-pegal atau nyeri tubuh, karena meregeneras, baik sel saraf, sel tulang, atau apapun. Sel otot bisa memperbaiki diri sehingga seperti sel muda lagi. Sehingga untuk mengobati nyeri sendi, maka disuntikan di sendi. Untuk awet muda disuntikkan di wajah. Menumbuhkan rambut, di kepala. Bahkan di luar negeri, seperti Cina, gigi yang tanggal bisa ditumbuhkan lagi.

Saat ini ungkap dr Agus Ujianto, RSI Sultan Agung sudah mempraktikan suntik stemsel. Regulasinya sudah dibuka. Bahkan banyak klinik stemsel sudah berkembang, dan berani menyuntik. Sedangkan RSI Sultan Agung, rumah sakit tipe B, yang merupakan RS pendidikan dan rujukan.

Digitalisasi Medis
Agus Ujianto menegaskan bahwa saat ini digitalisasi medis adalah keniscayaan. Ketika konsultasi online merebak, beli obat pun cukup lewat whatsapp, akhirnya legalisasi tidak jelas, maka perlu didorong digitalisasi medis. Alat digital pun berkembang, ada yang bisa menscan jantung, menjaga suhu tubuh, hingga laboratorium lebih baik dan presisi.

Perkembangan digital di dunia medis itu tidak bisa dinafikan. Di satu sisi, hal itu merupakan transformasi kesehatan, tetapi di sisi lain, menggerus profesi kedokteran. Hanya saja, dokter harus menjadi subjek dan menjadikan perkembangan digital tersebut sebagai objek.

“Ke depan semoga kita bisa mendirikan hospital base. Nanti kita kembangkan beberapa spesialis lain di Sultan Agung,”

Ia mengungkapkan bahwa di Dubai, sudah ada anjungan Telemedicine, untuk mendeteksi kesehatan, tanpa kehadiran dokter. Hanya saja, alat tersebut sudah diverifikasi oleh dokter dan rumah sakit. Pasien cukup menyampaikan keluhan, selanjutnya akan muncul diagnosa. Selanjutnya, pasien tinggal setuju atau tidak. Dengan demikian, dokter tetap sebagai subjek, dan mesin adalah objeknya. Digitalisasi itulah yang saat ini ia perjuangkan.

Ia menandaskan bahwa alat tersebut bukan menggantikan dokter, tetapi memudahkan. Misalnya mesin digital tersebut sudah mendiagnosa, pasien datang, dokter tinggal memverifikasi. Kalau tidak setuju, bisa diedit. “Jadi 100 pasien sudahdidiagnosa, dokter datang, jasa tidak berkurang. Mesin juga sudah jalan,” katanya.

Selain bisa lebih cepat, katadia, waktu dokter tidak habis. Dokter pun bisa hidup lebih enak, bisa beribadah, punya waktu untuk keluarga, atau berkarir  untuk lainnya. Sehingga harus disadari bahwa teknologi tidak menggerus para dokter. Hanya saja, perkembangannya harus tetap dikontrol. Ia yakin ke depan, Kemenkes, juga BPJS, mengarah ke digitalisasi medis.

Telemedicine tersebut, butuh pembiasaan. Saat pandemi, hal itu sejatinya sudah berkembang yang disebut sebagai era baru, paradigma baru, atau kebiasaan baru. Dan kode etik kedokteran, harus berubah sesuai peradaban. Digitalisasi medis di RSI Sultan Agung akan sangat maju sekali.

Sebagai teaching hospital, tentu harus lebih memiliki kematangan digital di banding puskesmas atau rumah sakit tipe B lainnya.
Itu pekerjaan besar yang terus didorong, dan berharap ide-idenya bisa terlaksana.

Buka PPDS
RSI Sultan Agung, menurutnya tidak hanya melayani, tapi memberikan ilmu kepada masyarakat, juga kalangan medis lainnya, lewat teaching hospital . RSI Sultan Agung siap memberikan supervisi misalnya dalam hal stemsel. Dan sebagai pusat pendidikan, terus melakukan riset. Data pasien yang masuk menjadi bahan riset untuk pengembangan kebijakan dan ilmu.

Agus menuturkan Fakultas Kedokteran Unisula sudah membuka PPDS. RSI Sultan Agung pun menyiapkan PPDS basis. Universitas base penyakit dalam bekerja sama dengan UGM. Bahkan program hospital base itu melakukan pelatihan mahasiswa PPDS dari universitas lain atau rumah sakit lain.

“Ke depan semoga kita bisa mendirikan hospital base. Nanti kita kembangkan beberapa spesialis lain di Sultan Agung,” katanya.

Ia mengakui bahwa saat ini kapasitas pendidikan dokter spesialis masih terbatas. Hal itu juga terkait fasilitas dan tenaga pengajar yang juga terbatas. Karena itulah, pemerintah ingin membuka pendidikan selebar-lebarnya.

Tetapi tetap harus ada kompetensi. Ia pun berharap ke depan, PPDS Hospital Base tidak harus di rumah sakit pemerintah. Dengan catatan, harus dipenuhi standar dan kompetensinya. Ia merasa RSI Sultan Agung yang berumur 54 tahun sanggup menyelenggarakan PPDS hospital base.

Sebagai direktur utama baru, dr Agus Ujianto, kebijakannya akan melanjutkan pejabat sebelumnya. Hanya saja dia akan beradaptasi sesuai dengan perubahan perundangan. Kemudian, berusaha mewujudkan cita-cita yang belum tercapai.

Dalam seratus hari pertama, misalnya, membuka sentral bedah jantung, yang diberi nama Sultan Agung Islamic Global Cardiac Center. Selanjutnya stemsel, Islamic Global Autolog and Alogenic, Islamic Global Stemsell, serta Teaching hospital.

Ia menegaskan bahwa RSI Sultan Agung berada di bawah naungan yayasan bersatus badan wakaf. Sebagai badan wakaf, yayasan bersifat sosial. Namun saat ini ada wakaf produktif dan wakaf tetap. Wakaf abadi atau tetap seperti masjid. Sedangkan rumah sakit termasuk wakaf produktif.  Untuk fungsi pelayanan, bersifat sosial.

Sementara sisi bisnisnya, mengembangkan fasilitas premium seperti stemsel. Layanan stemsel saat ini tidak menerima pasien BPJS. Tapi tidak tertutup peluang di masa depan untuk melanjutkan dengan layanan stemsel murah. Apalagi regulasi sangat dinamis. Rumah sakit pun bisa bertransformasi, dari rumah sakit pendidikan menjadi bisnis. Polapola transformasi tersebut banyak dilakukan rumah sakit swasta lain.

RSI Sultan Agung sejak awal didesikasikan menjadi teaching hospital. Hal itu bakal dikloning di tempat lain. Dengan begitu, kelak RSI Sultan Agung bakal berada di mana-mana dengan standar seperti itu.

“Kita lagi mengejar itu, karena memang kita baru ada dua ya, di sini dan di Banjarmasin. Ke depannya silakan investor yang ingin kolaborasi,” katanya.

Artikel Terkait

Scroll to Top