Seiring berjalannya waktu, terus berkembang dengan menambah prodi lainnya, seperti Keperawatan dan Kedokteran Gigi, untuk memenuhi kebutuhan pendidikan di bidang kesehatan di Provinsi Aceh.
Perjalanan FK USK sempat terhenti ketika terjadi Tsunami Aceh pada 2004 yang berdampak besar pada berbagai aspek. Termasuk penghentian sementara kegiatan pendidikan dan pengalihan mahasiswa profesi dokter ke berbagai fakultas kedokteran di luar Aceh, mulai dari Medan, Jawa, hingga Makassar.
Pasca-tsunami, bangkit dengan cepat berkat dukungan dari dalam dan luar negeri, baik dalam bentuk rekonstruksi fisik maupun bantuan pendidikan, seperti perbaikan fasilitas Rumah Sakit USK oleh Jerman dan beasiswa untuk studi ke luar negeri.
Safrizal menyebutkan bahwa saat itu, banyak staf diberi kesempatan melanjutkan studi S2, S3, bahkan spesialisasi di universitas dalam dan luar negeri. Kesempatan ini menjadi modal utama bagi FK USK dalam mengadopsi pola pendidikan kedokteran modern serta menjadikan kebencanaan sebagai keunggulan.
“Hari ini kita sudah sangat established dengan keunggulan di bidang kebencanaan dan telah menghasilkan banyak penelitian serta pengabdian masyarakat,” ujarnya.
Prodi Terbanyak
Program Studi Keperawatan dan Kedokteran Gigi berkembang menjadi fakultas tersendiri, dan pada tahun 2003 didirikan Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Ilmu Bedah. Meskipun akreditasi saat itu belum unggul, pembukaan PPDS dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dokter spesialis yang masih sangat terbatas di Provinsi Aceh.
Pada tahun 2008, Safrizal ditunjuk sebagai Koordinator Pendidikan Bedah. Prodi Kedokteran mulai melaksanakan
proses akreditasi dan berhasil meraih hasil Sangat Baik atau akreditasi B pada masa itu.
Dengan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan memperbaiki sistem manajerial, berhasil memperoleh akreditasi Unggul pada tahun 2015. Sejak meraih akreditasi Unggul, jumlah program studi di FK USK berkembang pesat. Dari semula hanya 7 program studi, kini telah mencapai 27, termasuk berbagai program pendidikan spesialis. FK USK menjadi fakultas dengan jumlah Prodi terbanyak di USK.
“Dalam periode 2016 hingga 2024, kami telah membuka kurang lebih 20 program studi,” katanya.
Kelas Internasional
Kemajuan FK USK juga diikuti perkembangan Sumber Daya Manusia (SDM), yang awalnya hanya memiliki sekitar 40 dosen, kini hampir mencapai 300 dosen. Saat ini, memiliki lebih dari 2.100 mahasiswa yang tersebar di berbagai jenjang pendidikan, mulai dari program S1, S2, S3, hingga Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).
Setiap tahunnya, program S1 menerima sekitar 250 mahasiswa sesuai regulasi yang berlaku, dengan sekitar 10 kuota di antaranya diperuntukkan bagi mahasiswa asing. Sementara itu, untuk PPDS, sekitar 160 mahasiswa diterima setiap tahunnya.
Tidak hanya menarik minat mahasiswa dari Aceh, tetapi juga dari luar provinsi dan luar negeri. Lebih dari 50% mahasiswa berasal dari luar Aceh, termasuk dari berbagai negara seperti Vietnam, Korea, Pakistan, dan Madinah. Saat ini, memiliki lebih dari 50 mahasiswa asing, menjadikannya salah satu fakultas kedokteran di Indonesia dengan jumlah mahasiswa asing terbanyak.
Beragam alasan mendorong mahasiswa dari luar Aceh untuk memilih FK USK, di antaranya karena iklim akademis yang kondusif dan Aceh yang kaya akan nilai-nilai Islami, memberikan rasa aman bagi orang tua mahasiswa, terutama dalam hal iklim pergaulan yang lebih terjaga.
“Untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa asing, kami membentuk kelas internasional yang memungkinkan kuliah, meskipun belum menguasai bahasa Indonesia dengan baik,” katanya.
Spesialis Unggulan
Menurut Safrizal FK USK memiliki dua Prodi spesialis unggulan, yaitu Bedah Plastik dan Mikrobiologi Klinik. Prodi Bedah Plastik merupakan satu-satunya di Sumatera dan telah berhasil meluluskan. Prodi Mikrobiologi Klinik, yang baru dibuka dua tahun lalu, juga menjadi yang pertama di Sumatera.
Prodi ini didirikan pasca-pandemi COVID-19 dengan tujuan mengkaji lebih mendalam tentang kuman, virus, dan bakteri. Keahlian dalam mikrobiologi klinik semakin penting mengingat dampak perubahan iklim yang dapat menyebabkan munculnya penyakit baru. Oleh karena itu, Prodi ini memiliki peran strategis dalam mengantisipasi ancaman kesehatan yang dapat timbul akibat perubahan iklim dan bencana alam yang tidak terduga.
“Keahlian mikrobiologi klinik sangat penting untuk menghadapi tantangan kesehatan global di masa depan,” katanya.
Pengembangan Soft Skill
Di luar kegiatan akademik, FK USK turut memperhatikan pengembangan Soft Skills mahasiswa. Safrizal Rahman menjelaskan, fakultas menyediakan berbagai kesempatan bagi mahasiswa untuk berkarya di bidang non-akademik, didukung oleh sembilan pusat kegiatan mahasiswa yang mencakup bidang ilmiah, pengabdian masyarakat, manajerial, dan lainnya.
Pentingnya pengembangan karakter dan Soft Skills mahasiswa juga diwujudkan dalam pembangunan Student Center Building, yang akan menjadi pusat aktivitas mahasiswa. Gedung ini dirancang sebagai ruang interaksi, kreativitas, dan pengembangan diri mahasiswa di kampus.
“Dulu ada istilah mahasiswa kura-kura (kuliah rapat kuliah rapat) dan mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang kuliah pulang), sekarang kami ingin menciptakan mahasiswa belalang (belajar di kampus hingga lupa pulang),” ungkapnya.
FK USK telah menghasilkan banyak alumni yang kini menduduki posisi strategis di dunia kesehatan, baik di dalam maupun luar negeri. Beberapa alumni tersebut menjabat sebagai pimpinan di BPJS, direktur rumah sakit, dekan fakultas kedokteran lain, hingga pejabat tinggi di instansi pemerintah, seperti Kepala Dinas dan Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Aceh.
Selain itu, FK USK juga memiliki alumni yang berkiprah di organisasi internasional, seperti World Health Organization (WHO) dan berbagai Non- Governmental Organization (NGO).
“Bahkan, dua alumni FK USK tercatat sebagai bagian dari 2% peneliti terbaik dunia dan meraih penghargaan Bakrie Award di bidang Kesehatan, ” katanya.
Akreditasi Internasional
Setelah meraih banyak Prodi yang terakreditasi Unggul, FK USK terus berupaya meningkatkan kualitas pendidikannya melalui akreditasi internasional, yang membuka peluang kolaborasi dengan institusi pendidikan dari berbagai negara.
Sebagai contoh, FK USK kinitelah mendapatkan pengakuan dari Thailand, menjadikannya satu-satunya Fakultas Kedokteran di Indonesia yang diakui oleh Konsil Kedokteran Thailand. Pengakuan ini memungkinkan mahasiswa Thailand untuk melanjutkan studi kedokteran di FK USK. Juga sedang memperluas
jangkauan ke negara-negara Asia Tenggara lainnya, seperti Malaysia, Myanmar, dan Vietnam.
“Visi kami adalah menuju skala global. Dengan akreditasi internasional, minat mahasiswa asing meningkat, yang membuka peluang kerja sama lebih luas dengan negara-negara lain,” ungkapnya.
Sebagai Fakultas Kedokteran Unggul, FK USK merasa memiliki tanggung jawab besar untuk turut mengatasi masalah ini. Tidak hanya di Aceh, tetapi juga di wilayah lainnya di Indonesia. Safrizal mengungkapkan FK USK telah dilamar oleh beberapa Fakultas Kedokteran baru yang ingin mendapatkan bimbingan.
“Melalui skema afirmasi dan kerja sama dengan rumah sakit di daerah-daerah tersebut, FK USK berusaha menambah jumlah dokter spesialis yang terdidik untuk membantu pelayanan kesehatan yang lebih baik,” tambahnya.
Dr. dr. Safrizal Rahman, M. Kes., Sp. OT sendiri merupakan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Ia lahir di Kutacane, Aceh pada 9 April 1971. Menyelesaikan S1 Kedokteran di Universitas Syiah Kuala (USK), kemudian pendidikan Spesialis 1 (Sp-1) dan S2 di Universitas Airlangga, dan S3 di Universitas Padjajaran.
Mengawali karier sebagai dosen di Fakultas Kedokteran (FK) USK sejak tahun 2000, pernah menjadi Ketua Program Studi (Kaprodi) Pendidikan Bedah, Wakil Dekan 2 Bidang Sumber Daya dan Keuangan, Wakil Dekan 1 Bidang Akademik, dan saat
ini menjabat sebagai Dekan FK USK, sekaligus menjadi Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Provinsi Aceh.