Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung, Semarang

FK Universitas Islam Sultan Agung, Semarang – Mempersiapkan PPDS Perbanyak Dokter Spesialis

Share

Dr. dr. Setyo Trisnadi, S.H., Sp.KF., bersyukur dapat diterima kuliah di Fakultas Kedokteran (FK) Unissula. Proses kuliah dilalui sesuai dengan dinamika sistem pendidikan dokter waktu itu. Karena di perguruan tinggi swasta, tiap praktikum harus lewat ujian nasional.

Tiga kali tidak lulus drop out. Demikian pula saat ujian profesi, ada ujian nasional. Mengikuti ujian nasional di FK Universitas Diponegoro (Undip). Setelah menjalani Program Dokter Pegawai Tidak Tetap (PTT) di RSUD Grobogan selama tiga tahun, mendaftar sebagai dosen di FK Unissula.

Pada 2003, dia mendapat kesempatan belajar di Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Forensik Undip dan lulus pada 2006.
Karena spesialisasinya di bidang forensik, ada sentuhan dinamika yang mewarnai karier dosennya.

Ilmu kedokteran forensik ternyata berurusan dengan persoalan hukum. Karena itu, forensik termasuk medikolegal, bidang ilmu yang menggabungkan ilmu kedokteran dengan ilmu hukum.

“Konsentrasi riset saya adalah hukum kedokteran. Mata kuliah yang saya ampu, mencakup kedokteran forensik, etika, bioetika dan hukum kesehatan, serta hukum kedokteran,” katanya.

Negeri-Swasta Sama
Para calon dokter baik dari fakultas kedokteran perguruan tinggi negeri maupun swasta, tatkala akan meraih gelar dokter pun, sama-sama menempuh Uji
Kompetensi Mahasiswa Program Profesi Dokter (UKMPPD).

Penyelenggara utamanya pun sama, yaitu Kementerian Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi (Kemristekdikti). Dua tahapan yang ditempuh pun sama. Pertama, Computer Based Test (CBT), ujian teori berbasis pilihan ganda yang pelaksanaannya secara serentak dengan komputer.

Kedua, Objective Structured Clinical Examination (OSCE), ujian praktik langsung dengan pasien standar, untuk menilai pengetahuan, keterampilan, keputusan klinis, dan perilaku profesional peserta.

Angka persentasi kelulusan dalam UKMPPD yang menentukan akreditasi, pun perilakunya sama antara fakultas kedokteran perguruan tinggi negeri dan swasta. Akreditasi A atau Unggul jika kelulusan first taker (peserta yang lulus pertama kali saat mengikuti ujian) sebesar 80 persen atau lebih.

“Alhamdulillah, FK Unissula, rata-rata 100 persen untuk OSCE. Kalau yang CBT memang 93,5 persen,” ujarnya.

Pembiayaan di Swasta
Menurut Setyo Trisnadi, biaya pendidikan di kedokteran relatif tinggi karena membutuhkan peralatan mahal. Proses pembelajaran klinis itu memang
perlu dana tidak sedikit.

Setyo mencontohkan manekin, boneka untuk pemeriksaan, karena sistem pembelajarannya dibagi menjadi kelas-kelas kecil, otomatis ada biaya ekstra manakala duplikasinya lebih banyak.

Juga soal teknologi yang mesti disiapkan oleh unit pengelola program studi terkait dengan sarana dan prasarana yang perlu terus dikembangkan sesuai dengan tuntutan zaman. Akibatnya, biaya di prodi-prodi FK Unissula memang lebih tinggi.

“Kami di swasta, sumber utama pendapatan adalah dari mahasiswa. Meski demikian, kami juga bekerja sama dengan mengambil dana dari pihak luar untuk meringankan beban mahasiswa,” ungkapnya.

Dari pihak FK Unissula sendiri, tiap tahun, membebaskan biaya pendidikan bagi mereka yang hafal Alquran 30 juz, untuk semua prodi. Dan banyak lagi jenis jenis beasiswa lain, seperti beasiswa Lembaga Amil Zakat Infak dan Sedekah (LAZIS) yang sudah menjadi komitmen Yayasan Badan Wakaf Sultan Agung (YBWSA).

“Dari 240 mahasiswa FK yang kami terima pada tahun akademik 2024/2025, hampir 10 persen mahasiswa dari kalangan keluarga kurang mampu,” katanya.

Kapasitas Penerimaan
Demi memenuhi minat masyarakat yang begitu tinggi untuk masuk kedokteran, FK Unissula terus berupaya meningkatkan kapasitas jumlah mahasiswanya. Dari sebelumnya hanya 200 orang kemudian merangkak naik menjadi 210, 220, 230 dan kini menjadi 240 orang.

Peminat lulusan SMA untuk masuk FK Kedokteran memang relatif tinggi. Dalam tiga tahun terakhir ini perbandingan jumlah pendaftar antara yang diterima dan yang tidak diterima adalah 1 : 8. Artinya dari delapan pendaftar hanya satu yang diterima.

Dalam seleksi penerimaan mahasiswa baru kedokteran, FK Unissula menggunakan dua cara. Pertama, seleksi masuk berdasarkan nilai-nilai MIPA rapor pendaftar selama di SMA serta raihan prestasi nonakademik.

Penyeleksian berdasarkan wilayah sebaran kabupaten/kota yang mendaftar terbanyak dan prestasi akademik di daerah tersebut. Bila mereka diterima, maka uang kuliahnya sebesar 50 persen dari pembayaran normal.

Kedua, FK Unissula menyeleksi mahasiswa baru dengan tes menggunakan metode Computer Based Test (CBT). Kalau lewat seleksi CBT, mereka yang lolos akan membayar uang kuliah sebesar 100 persen sesuai dengan besaran yang ditentukan pada tahun akademiknya,” katanya.

Dewasa ini, mahasiswa FK Unissula datang dari seluruh Indonesia. Ada pula mahasiswa yang belajar dengan rekomendasi awal dari pemerintah daerah tempatnya berasal. Para mahasiswa itu mengusahakan pencarian beasiswa dari wilayah masing-masing.

Keistimewaan
Keistimewaan FK Unissula, kata Setyo Trisnadi sesuai dengan visinya menuju ke fakultas terkemuka yang unggul di bidang ilmu kedokteran dan kesehatan dan menghasilkan lulusan berakhlak agamis serta kompetensi profesional.

Mahasiswa baru FK Unissula selama dua bulan awal masuk Pesantren Mahasiswa Sultan Agung (Pesanmasa). Dalam pesantren ini intinya mereka disegarkan kembali ingatannya untuk berbakti dan mencintai kedua orang tuanya (birrul walidain).

Keunggulan lainnya, FK Unissula terus berupaya membangun sumber daya tenaga dokter yang profesional. Mereka pun digembleng agar secara mental, emosional, serta spiritual relatif kuat dalam menjalani profesinya.

Keberadaan Rumah Sakit Islam (RSI) Sultan Agung sebagai Rumah Sakit Syariah, juga bisa dicatat sebagai bentuk keistimewaan yang lain. Deklarasi tersebut bahkan boleh dikatakan yang pertama di Indonesia dan dunia. Demikianlah, semua aspek layanan rumah sakit, mulai manajemen, gizi, layanan dokter berdasarkan syariah.

“Para ahli kami, pernah diundang ke Serawak dan Negeri Sembilan untuk berbagi pengalaman membangun rumah sakit syariah,” tuturnya.

Alumni FK Unissula sekitar 6.000 orang tersebar di seantero wilayah Indonesia. Tidak hanya di praktik profesi dokter semata, tetapi juga di manajemen.

Bupati Demak Periode 2021-2024 dr. Hj. Eisti’anah, S.E., merupakan salah seorang alumnus. Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang Dr. dr. Mochamad Abdul Hakam, Sp.PD. FINASM juga merupakan alumnus FK Unissula. Juga Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat dr. H. L. Hamzi Fikri, M.M., MARS.

Persiapan PPDS
Terkait dengan problem kekurangan dokter dan dokter spesialis, FK dari perguruanperguruan tinggi negeri ataupun swasta yang terakreditasi A didorong untuk mendirikan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS).

Setyo mengatakan, telah membangun komunikasi dengan FK dari perguruan-perguruan tinggi besar di Indonesia. Misalnya dengan FK Universitas Indonesia, dan FK Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar.

Sebagai bagian dari proses pendirian PPDS, pihak Unissula telah pula membangun gedunggedung kuliah berlantai tujuh dan terintegrasi dengan laboratoriumnya.

Sementara itu, Dr. dr. Setyo Trisnadi, S.H., Sp.KF. sendiri merupakan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung, Semarang Lahir di Kendal, 13 Juni 1964. Spesialis kedokteran forensik, kemudian kuliah S1 dan S3 di Fakultas Hukum Unissula. Pernah menjadi Wakil Dekan, kemudian menjadi Dekan Fakultas Kedokteran (FK) Unissula Semarang Periode 2021-2026.

Artikel Terkait

Scroll to Top