Bersama sekitar 20 orang yang baru lulus dokter menjadi tim babat alas menyiapkan kurikulum, berguru kepada UGM dan tahun 2001 izin pendirian Fakultas Kedokteran UII terbit.
Diangkat sebagai dosen tetap di UII tahun 2002, dan menjadi Kepala Departemen Farmakologi hingga tahun 2004. Melanjutkan pendidikan S2 lulus pada tahun 2006, sebelumnya ditunjuk menjadi pengurus pengendali sistem mutu hingga tahun 2008 dan menjadi koordinator tahap sarjana kedokteran UII sampai
tahun 2010.
Tahun 2010-2014 diberikan amanah menjadi Dekan. Tahun 2014 melanjutkan pendidikan S3 di UGM sampai tahun 2018, begitu lulus langsung diminta menjadi ketua jurusan hingga tahun 2022. Setelah itu mendapatkan amanah untuk menjadi Dekan FK UII kali kedua hingga tahun 2026.
Perjuangan Akreditasi
Perjuangan dalam mendapatkan akreditasi unggul dimulai sejak FK UII berdiri. Tahun 2001 mendapat izin operasional dan mengajukan akreditasi pertama di tahun 2007, mendapat predikat B. Tahun 2012 dan 2017 mendapatkan akreditasi A.
Tahun 2022 penerapan akreditasi dengan menggunakan Lembaga Akreditasi Mandiri Perguruan Tinggi Kesehatan (LAMPTKes), dari 9 kriteria akhirnya mendapatkan predikat unggul.
Menurut Isnatin, akreditasi adalah ujung dari suatu proses panjang yang dilakukan sebagai proses pendidikan, penelitian, pengabdian masyarakat yang tersistem dan tertata.
Sisi lain merupakan pertanggung jawaban akuntabilitas kepada masyarakat, stakeholder, memperkuat dari sisi SDM, mahasiswa yang berorientasi pada keunggulan program studi (Prodi).
“Juga melengkapi SDM dosen dan tenaga kependidikan, mendorong dosen untuk mendapatkan berbagai pendanaan hibah penelitian maupun pengabdian masyarakat,” katanya.
Pesantrenisasi
Sebagai institusi Islam kekhasan UII yaitu mencoba untuk memberikan sistem pembelajaran yang berorientasi pada nilai-nilai keislaman. Mahasiswa dari awal masuk sudah ada pembekalan melalui pesantrenisasi.
Kemudian pada prosesnya melalui pendampingan yang berjenjang dan menjadi prasyarat untuk tahap berikutnya. Sebelum melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) dan mau lulus juga harus mengikuti pesantrenisasi.
Ketika koas juga ada prosesproses pembekalan secara berjenjang. Dari sisi kurikulum mempunyai keunggulan bidang pelayanan kedokteran kesehatan haji yang sudah berjalan selama 3 tahun bekerjasama dengan Perhimpunan Kedokteran Haji Indonesia dan Balai Karantina Kesehatan (BKK).
Prodi Kedokteran, sarjana maupun profesi rata-rata setiap tahun menerima sekitar 200 mahasiswa, sehingga kalau ditotal sejumlah 750. Kemudian koas sekitar 300, jadi student body sekitar 1000 mahasiswa.
Saat ini membuka program S2 Magister Kesehatan Masyarakat mulai dibuka. FK UII mempunyai 100 dosen aktif, beberapa dosen home basenya S2 Kesehatan Masyarakat. Namun masih mengajar ditingkat sarjana maupun profesi oleh karena itu diseimbangkan agar beban kerjanya tidak overload.
Jumlah alumni Fakultas Kedokteran UII sekitar 2.400, sebaran wilayah alumni bervariasi sebagian besar kembali ke daerah masing-masing. Aktivitasnya beragam, membuka praktek yang tentu sudah spesialis, menjadi akademisi, dan berwirausaha membuka klinik , alat medis, lembaga penelitian atau laboratorium.
Menurut Isnatin, FK UII sedang menyiapkan SDM dalam rencana pendirian Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) tahun 2026-2027, dan masih mempersiapkan Rumah Sakit Pendidikan Utama yang saat ini statusnya masih pendidikan satelit.
“Jadi kami dalam proses penyiapan infrastrukturnya, SDM, menyekolahkan klinisi untuk S3 dan spesialis konsultan” katanya.
Distribusi Dokter
Persoalan kurangnya dokter spesialis sehingga didorong untuk membuka program PPDS menurutnya permasalahannya bukan hanya jumlah. Tetapi yang lebih krusial sebenarnya adalah distribusi dokter yang baru lulus atau yang sudah agak lama lulus.
Misalnya pada saat dokter ditugaskan ke wilayah-wilayah tertentu ternyata tidak lama, sehingga berpindah ke tempat lain. Oleh sebab itu perlunya program yang sifatnya kontinuitas, misalnya regulasi dokter yang menjamin keberadaan dokter di suatu wilayah.
Biasanya dokter cenderung dengan dalih peningkatan kompetensi, peningkatan kapabilitas akhirnya melanjutkan studi mengambil spesialis konsultan. Ketika sudah menjadi konsultan akan berpindah ke wilayah yang secara fasilitas memenuhi kebutuhan kerja.
Sehingga di daerah-daerah terpencil harus mencari dokterdokter yang penggantinya. FK UII berusaha membantu program pemerintah dalam penyediaan tenaga dokter untuk mengisi wilayah-wilayah yang membutuhkan.
Kerjasama dengan beberapa Pemda Daerah Tertinggal, Daerah Terpencil Perbatasan Kepulauan (DPTK). Wujudnya memberi dukungan pembiayaan penuh bagi mahasiswa S1 hingga ke profesi.
Juga bekerjasama dengan pemerintah daerah (Pemda) yang akan mewajibkan dokter untuk kembali ke wilayahnya. Ini bisa menjadi salah satu solusi bahwa distribusi dokter itu nanti akan semakin merata apabila ada kerjasama antara pemerintah kemudian Pemda dan juga institusi pendidikan.
“Ini akan menjamin keberlangsungan karena kalau sudah disekolahkan dari awal sampai akhir dan domisili disitu saya kira mereka akan sustain” katanya.
Peminat calon mahasiswa masuk FK UII fluktuatif, karena ada proses seleksi tahap kedua yang menentukan apakah\ diterima atau tidak. Ada juga calon mahasiswa yang tidak ingin mengikuti seleksi tahap 2. Terakhir pendaftar FK UII berjumlah 3.000 calon mahasiswa, yang diterima 200 berarti 1 banding 15.
Dr. dr. Isnatin Miladiyah, M. Kes sendiri merupakan Dekan Fakultas Kedokteran Islam Indonesia. Menyelesaikan S1 Kedokeran, Pendidikan Profesi Dokter, S2 dan S3 di Universitas Gadjah Mada (UGM). Menjadi dosen di Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia (FK UII) sejak 2001, dan saat
ini menjadi Dekan.