Fakultas Kedokteran (FK) Univ. Sebelas Maret (UNS) Surakarta

Fakultas Kedokteran UNS – Fokus Kedokteran Komunitas Preventif dan Promotif

Share

Prof. Dr. dr. Reviono, Sp.P(K) menuturkan, masuk S1 Kedokteran UGM Yogyakarta sebetulnya bukan cita-citanya sejak awal. Ketika masih di bangku SMA, ingin kuliah di bidang Teknik. Bahkan pernah berangan-angan menjadi astronaut.

Sangat mengidolakan AlbertEinsten dan Isaac Newton, pernah ingin jadi fisikawan. Sampai kemudian keluarganya menyarankan dia untuk menjadi dokter. Setelah merampungkan S1 Kedokteran, Reviono berniat menjadi dokter spesialis.

Menetapkan pilihan untuk belajar di Program Studi Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Jakarta dan lulus pada 2003. Dan, untuk S3, di Universitas Airlangga Surabaya, lulus pada 2010.

Reviono mendapat kesempatan berkarier di UNS ketika selesai S2 Program Dokter Spesialis, yang penelitiannya dilakukan di RSUD Dokter Moewardi Surakarta. Pada saat proses penelitian UNS kekurangan dosen dalam upaya mendirikan Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi.

Reviono diminta ikut membantu Prof Suradi membuat kurikulum, modul-modul pendidikan dan sebagainya. Setelah dia akhirnya lulus S2, kemudian diminta untuk menjadi dosen.

“Alhamdulillah, saya menjadi dosen, ikut menyiapkan kader di pulmonologi spesialis paru,” tuturnya.

Biaya Kuliah Tinggi
Reviono tidak menampik realitas, bahwa biaya dalam pendidikan kedokteran relatif mahal. Sebab, mahasiswa kedokteran banyak menjalani praktikum yang membutuhkan fasilitas gedung, peralatan, dan juga bahan habis pakai.

Dia mencontohkan, untuk praktikum anatomi misalnya, gedungnya harus berstruktur untuk laboratorium anatomi, juga harus menyiapkan mayatnya. Preparat basah seperti itu tidak mudah untuk menyediakannya. Juga untuk yang molekuler, praktikum biokimia, praktikum biomolekuler. Dan, itu juga membutuhkan dana yang tidak sedikit.

“Ketika S1 biaya dari orang tua sepenuhnya. Tapi ketika spesialis, saya harus bekerja di mana-mana untuk bisa menabung,” katanya.

Saat ini, lulusan S1 Kedokteran bisa langsung melanjutkan ke spesialis, menurut Reviono tingkat kematangannya akan berbeda. Mereka yang sudah berpengalaman tampak lebih mandiri terutama saat harus memutuskan sesuatu yang menuntut kecepatan tinggi.

Kedokteran masih menjadi program studi favorit, realitas yang sulit terbantahkan. Banyak orang tua menguliahkan putraputrinya di Kedokteran, antara lain karena cepat mendapat pekerjaan.

“Alumni Fakultas Kedokteran UNS memang tidak sampai enam bulan setelah kelulusan, sudah 100 persen mendapat pekerjaan,” katanya.

Pembelajaran Kewirausahaan
Saat ini tidak memungkinkan semua dokter dapat menjadi pegawai negeri. Karena itu, bekerja di sektor swasta pun menjadi pilihan yang sama terhormatnya untuk mengabdi kepada kemanusiaan, terutama di bidang kesehatan.

Di UNS, ungkap Reviono, ada pembelajaran kewirausahaan (entrepreneurship). Mahasiswa di Fakultas Kedokteran juga disiapkan menjadi wirausaha. Ada kemungkinan setelah mereka lulus akhirnya memilih jalan menjadi praktisi dokter, lalu membuka klinik mandiri.

Ada juga lulusan kedokteran yang kemudian menggeluti bidang kosmetik. Ada yang mengabdikan diri di bidang telemedicine. Suatu layanan kesehatan jarak jauh yang menggunakan teknologi informasi dan komunikasi.

Dikenal juga sebagai telehealth atau konsultasi online. Telemedicine ini memberikan peluang adanya profesi kekinian bagi generasi sekarang sehingga mereka bisa lebih nyaman memasuki lapangan kerja yang sesuai dengan zaman digital dan mereka pun bisa merenda inovasi di situ.

Sebab, telemedicine memberikan ruang yang memungkinkan pasien berkomunikasi dengan dokter secara virtual melalui telepon, chat, atau video call.

“Masih ada peluang lain di sektor swasta dan karena itu mereka perlu paham kewirausahaan,” katanya.

Reputasi FK UNS
Pada 11 Maret 1976, berdiril Universitas Sebelas Maret (UNS). Merupakan merger dari Akademi Administrasi Niaga Negeri Yogyakarta, Universitas Gabungan Surakarta (UGS), dan Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Pembangunan Nasional (PTPN) Veteran Cabang Surakarta.

Fakultas Kedokteran (FK) UNS merupakan salah satu fakultas yang berdiri sejak awal terbentuk. Setelah melalui masa konsolidasi, sekitar 1990-an FK UNS meningkatkan kualitasnya dengan akreditasi. Pihak fakultas pun melibatkan auditor eksternal sesuai dengan prosedur yang ditentukan.

Dan, saat itu sukses mendapatkan Akreditasi A, tertinggi pada saat itu. Reputasi FK UNS lainnya yang patut dicatat, yaitu raihan peringkat relatif membanggakan di tingkat universitas-universitas se-Asia.

Bertengger di tempat kelima di Asian University Ranking, konsisten hingga 2022. Dalam hal peminat masuk Prodi Kedokteran, UNS menempati peringkat kelima setelah Universitas Indonesia, Universitas Airlangga, Universitas Gadjah Mada, dan Universitas Hasanuddin.

Besaran UKT
UNS sebagaimana perguruan tinggi negeri lainnya menerapkan subsidi silang. Ada kelompok mahasiswa yang karena keterbatasan kondisi perekonomian orang tuanya membayar uang kuliah tunggal (UKT) dalam jumlah yang lebih rendah.

Dari tujuh kelompok UKT, ungkap Reviono, di Fakultas Kedokteran yang paling rendah hanya Rp 500.000 dan yang paling tinggi Rp 21,8 juta per semester. Untuk yang di tengah-tengah, kelompok 4, besaran UKT-nya Rp 8 juta.

Tiap tahun, ungkap Reviono, S1 Kedokteran UNS menerima 240 mahasiswa. Biaya yang dikeluarkan tiap mahasiswa dari mulai masuk hingga selesai ada di kisaran Rp 350 juta. Dari situ kemudian akan dibagi berdasarkan kelompok-kelompok UKT.

Kedokteran Komunitas
Reviono mengemukakan, kekhasan di lingkungan FK UNS, berorientasi pada kedokteran komunitas atau kedokteran masyarakat. Kedokteran komunitas ini terutama bersifat preventif promotif.

Preventif berarti senantiasa mengupayakan agar masyarakat tidak sakit. Dan, promotif dengan sering menyosialisasikan pola hidup sehat sehingga masyarakat lebih bugar dalam aktivitas keseharian.

Selain berorientasi pada kedokteran komunitas, juga berkonsentrasi untuk capaian kompetensi kepada setiap mahasiswa, terutama pendidikan profesi. Untuk S1 Kedokteran ada 144 kompetensi.

“Di PPDS Pulmonologi dan Kedokteran Resporasi, ada 100-an kompetensi yang harus diselesaikan mahasiswa,” ungkapnya.

FK UNS kini sudah memiliki dua Rumah Sakit Pendidikan Utama. Selain RSUD Dokter Moewardi Surakarta untuk mahasiswa PPDS yang levelnya A sebagai rujukan, ada pula RS UNS untuk dokter umum pendidikan profesi.

Akreditasi Internasional
Reviono mengemukakan, tiap program studi mempunyai standar. Salah satunya mahasiswa memiliki standar kompetensi dokter. Dosennya memiliki standar harus konsultan, fasilitasnya juga standar. Standardisasi itu, juga diukur dari keunggulannya di bidang akreditasi.

FK UNS mempersiapkan lima program studi untuk akreditasi internasional. Sebenarnya 20 program studi yang nanti semua akan diupayakan akreditasi internasionalnya.

“Ini berarti dari sisi pengakuan, kami sudah selevel dengan universitas di luar negeri,” ujarnya.

Keuntungan lain dengan raihan akreditasi internasional, ungkap Reviono, kalau berkomunikasi untuk menjalin kerja sama dengan universitas lain di luar negeri rintisannya akan lebih mudah.

Bila sudah memiliki peringkat akreditasi internasional, maka jalinan kemitraan dengan universitas di luar negeri dengan peringkat 100 besar, akan lebih mudah terjalin.

Prof. Dr. dr. Reviono, Sp.P(K) sendiri merupakan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, ia lahir di Bojonegoro, 30 Oktober 1965. menyelesaikan Pendidikan Dokter di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta pada tahun 1990.

Melanjutkan ke Program Studi Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) Jakarta dan lulus pada 2003. Merampungkan Pendidikan Doktor di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya pada tahun 2010.

Artikel Terkait

Scroll to Top