Dr. dr. Mochamad Abdul Hakam, Sp, PD, FINASIM - Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang (image: Semarang-Bisnis.com)

Dr. dr. Mochamad Abdul Hakam, Sp, PD, FINASIM – CKG di Kota Semarang Belum Bisa Semua Skrining

Share

Pemerintah menjalankan program Cek Kesehatan Gratis (CKG) untuk memberikan pelayanan kesehatan berupa medical check-up (MCU) tanpa biaya kepada masyarakat. Tujuannya guna meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan secara dini.

Program ini juga dijalankan Dinas Kesehatan Kota Semarang bersama Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah di beberapa Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas).

Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Dr. dr. Mochamad Abdul Hakam, Sp, PD, FINASIM menjelaskan bahwa simulasi program pemeriksaan kesehatan gratis telah dimulai sejak Januari 2025, sebagai lanjutan dari program Integrasi Layanan Primer (ILP) yang telah dilaksanakan pada 2024.

CKG memfasilitasi skrining kesehatan bagi masyarakat, baik yang datang dengan keluhan maupun yang sehat, agar mereka dapat melakukan cek kesehatan secara rutin. Skrining dilakukan di Fasilitas Kesehatan (Faskes), tingkat pertama seperti Puskesmas dan klinik, sementara rumah sakit belum terlibat langsung pada tahap awal.

“Program ini diharapkan dapat membantu deteksi dini penyakit sehingga dapat mencegah pengobatan pada stadium lanjut. Dengan melakukan skrining lebih awal, intervensi kesehatan dapat dilakukan lebih efektif,” jelasnya.

Ketentuan Program
CKG memang diberikan secara gratis untuk seluruh lapisan masyarakat, mulai dari bayi hingga lansia. Namun, terdapat beberapa kategori yang menjadi sasaran utamanya, yaitu mereka yang berulang tahun, pelajar TK hingga SMA, serta kelompok khusus seperti ibu hamil, calon pengantin dan kelompok lainnya yang membutuhkan perhatian lebih.

Pemeriksaan yang dilakukan berbeda tergantung usia. Bayi mendapatkan 4 pemeriksaan, balita 8 pemeriksaan terkait tumbuh kembang, usia prasekolah hingga remaja memiliki 12 pemeriksaan, dewasa di bawah 60 tahun ada 24 pemeriksaan, dan lansia di atas 60 tahun melakukan 30 pemeriksaan.

“Namun karena keterbatasan logistik dari pusat mengakibatkan beberapa pemeriksaan tidak dapat dilakukan secara lengkap,” katanya.

Menurut Hakam, pemeriksaan lanjutan akan dilakukan pada kesempatan berikutnya, karena program ini menyediakan skrining yang dapat dilakukan setahun
sekali.

Tetapi, jika ada hasil pemeriksaan yang menunjukkan kondisi abnormal atau melebihi nilai ambang batas, maka peserta akan diminta untuk melakukan konsultasi lanjutan setiap bulan di puskesmas.

“Puskesmas harus memberikan informasi secara jelas agar masyarakat tidak kecewa jika tidak semua pemeriksaan dapat dilakukan pada kesempatan pertama,” katanya.

Masyarakat yang ingin memanfaatkan program ini harus mengunduh aplikasi Satu Sehat Mobile, sebuah platform yang diinisiasi oleh Kementerian Kesehatan untuk menyimpan rekam medis digital setiap individu.

Aplikasi ini telah terkoneksi dengan sistem informasi seluruh rumah sakit dan Puskesmas di Indonesia, sehingga riwayat kesehatan masyarakat dapat tercatat dengan baik, termasuk pemeriksaan, vaksinasi, dan pengobatan yang pernah diterima.

Peserta juga wajib terdaftar dalam aplikasi Mobile JKN (Jaminan Kesehatan Nasional), sebagai asuransi yang difasilitasi oleh pemerintah daerah. Aplikasi Satu Sehat Mobile telah dilengkapi dengan sistem keamanan yang memungkinkan pengguna untuk memproteksi data mereka dengan password atau PIN pribadi, mirip dengan Identitas Kependudukan Digital (IKD).

“Meskipun ada kekhawatiran mengenai keamanan data, pihak Kementerian Kesehatan memastikan bahwa aplikasi ini dilindungi dengan keamanan yang kuat, dengan dukungan tim IT,” katanya.

Edukasi Lanjutan
Menurut Hakam, Kota Semarang memiliki 39 Puskesmas, yang siap melayani masyarakat untuk program CKG setiap hari. Meskipun Puskesmas dan rumah sakit sering kali penuh, program CKG tetap berjalan dengan lancar.

Mereka bahkan melakukan evaluasi harian untuk memastikan kebutuhan masyarakat tetap terakomodasi dengan baik. Berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan dari Januari hingga 9 Februari, sekitar 1.900-2.000 orang melakukan skrining, dengan 25% di antaranya berisiko sakit.

Namun, tidak semua yang berisiko perlu dirujuk, sebagian cukup diberikan edukasi lebih lanjut sesuai hasil skrining, melalui konsultasi dengan ahli gizi, apoteker, atau tenaga kesehatan lainnya.

Mereka juga akan terus dipantau dan diingatkan melalui WhatsApp Blaster, yang berfungsi sebagai pengingat dan sarana edukasi. Dinas Kesehatan telah menyiapkan 35 materi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) untuk mempermudah proses ini.

Jika diperlukan, peserta yang harus dirujuk akan diarahkan untuk melanjutkan pengobatan di puskesmas. “Target kita 80% masyarakat sehat, jadi mudah-mudahan beberapa yang masih berisiko bisa diatasi melalui edukasi rutin dari puskesmas,” katanya.

Animo Masyarakat
Respon masyarakat terhadap program CKG cukup positif. Pada hari pertama pelaksanaan, Hakam mencatat sekitar 3.000 orang yang mengikuti program ini, menunjukkan animo yang tinggi.

Puskesmas diharapkan bekerja sama dengan camat, lurah, ketua RT, ketua RW, serta berbagai organisasi masyarakat seperti Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Forum Kesehatan Kelurahan (FKK), dan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK) untuk mensosialisasikan program ini.

Selain itu, video dan flyer juga digunakan untuk menjangkau lebih banyak orang. Tren positif ini akan dipertahankan, agar masyarakat tetap antusias mengikuti program tersebut, sekaligus memastikan bahwa layanan kesehatan berjalan dengan baik.

Skrining kesehatan ini tidak hanya bagian dari CKG, tetapi juga untuk memenuhi standar pelayanan minimal (SPM) di bidang kesehatan, yang mencakup 12 indikator yang harus dipenuhi setiap tahunnya. “Kewajiban kita untuk melakukan skrining harus tetap berjalan karena ini bagian dari skema SPM,” katanya.

Dukungan Pemerintah
Program pemeriksaan gratis ini merupakan bagian dari visi misi Presiden Subianto sekaligus agenda gubernur dan wali kota terpilih. Program yang bertujuan meningkatkan kesehatan masyarakat melalui pendekatan promotif dan preventif ini telah dimasukkan sebagai quick win dalam agenda pemerintahan.

Sehingga, menurut Hakam, program ini akan mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah pusat maupun daerah. Namun, saat ini CKG dimulai dengan menggunakan logistik yang tersedia dari program sebelumnya, karena beberapa alat untuk skrining belum sepenuhnya siap.

Beberapa peralatan dan reagen yang berlebih dari anggaran 2024 masih bisa dimanfaatkan. Hakam menyebutkan bahwa Puskesmas sedang menunggu pengiriman alat tambahan dari Kementerian Kesehatan, yang nantinya akan didistribusikan ke seluruh kabupaten/kota untuk mendukung kelancaran program ini.

“Yang tersedia di puskesmas sekarang ini bisa dimanfaatkan dulu,” ungkapnya.

Bisa Jadi Pusat Layanan Kesehatan
Kepala Dinas Kesehatan Kota Semarang, Dr. dr. Mochamad Abdul Hakam, Sp, PD, FINASIM, menyatakan sebagai kota besar, angka kesakitan di Semarang seharusnya tidak selalu tinggi, mengingat banyaknya rumah sakit baru yang telah dibangun untuk mempermudah akses pelayanan kesehatan.

Apalagi jika Puskesmas, dan Posyandu, berjalan dengan baik, angka tersebut bisa turun. Ini akan menghasilkan pergeseran tren, di mana nantinya rumah sakit mungkin tidak lagi dipenuhi pasien sakit, tetapi lebih banyak menawarkan layanan medis untuk pasien sehat, seperti medical check-up atau skrining kesehatan, yang difasilitasi oleh asuransi.

Kini, rumah sakit dituntut untuk memiliki keunggulan khusus agar dapat bersaing, misalnya dengan menjadi rumah sakit spesialis dalam penyakit tertentu, seperti stroke, jantung, jiwa, atau kesehatan ibu dan anak.

Layanan khusus ini sangat dibutuhkan karena semakin banyak masyarakat yang membutuhkan perawatan lebih terfokus pada penyakit tertentu. Semarang diharapkan bisa menjadi pusat layanan kesehatan yang menarik pasien dari luar daerah atau luar negeri dengan menurunnya angka kesakitan, yang dapat menurunkan biaya obat dan alat kesehatan.

Hal ini sudah cukup terlihat dari 40% pasien yang datang ke rumah sakit Semarang berasal dari daerah sekitar, karena masih ada kekurangan layanan di daerah tersebut. Hakam mengusulkan layanan kesehatan khusus yang dipadukan dengan wisata, seperti kuliner dan city tour, untuk menarik pasien.

“Konsep ini diharapkan menjadikan Semarang sebagai destinasi medis sekaligus wisata,” ujarnya.

Tonton Video Selengkapnya

Artikel Terkait

Scroll to Top