RSJPD Harapan Kita berdiri sejak 9 November 1985. Bukan sekadar fasilitas Kesehatan, melainkan simbol harapan, inovasi, dan pengabdian yang membentang
lebih dari empat dekade.
Sebelum RSJPD berdiri, telah ada Yayasan Harapan Kita yang diprakarsai oleh Presiden Soeharto dan Ibu Negara Tien Soeharto. Di bawah naungan yayasan ini pula berdiri Rumah Sakit Anak dan Bunda (RSAB) Harapan Kita, yang hadir lebih dulu.
Menurut Iwan Dakota, kelahiran RSJPD Harapan Kita bermula dari peristiwa menyentuh pada Kongres Ilmiah Kardiologi Nasional tahun 1974 di Jakarta. Kala itu, seorang pasien bernama Dewi Sartika membutuhkan alat pacu jantung, sesuatu yang saat itu masih langka dan mahal.
Dari rasa empati dan keprihatinan para peserta kongres, termasuk Menteri Kesehatan G.A. Siwabessy dan Gubernur DKI Ali Sadikin, lahirlah inisiatif pembentukan badan sosial yang kemudian mengumpulkan dana lebih dari tiga juta rupiah, jumlah yang cukup besar saat itu.
“Dana tersebut tak hanya mencukupi untuk alat pacu jantung Dewi Sartika, tetapi juga menjadi benih lahirnya Yayasan Jantung Dewi Sartika dan kelak berkontribusi dalam berdirinya rumah sakit khusus jantung pertama di Indonesia,” kata Iwan.
Lima tokoh kardiologi nasional, dr. Sukaman, dr. Loetfi Oesman, Prof. Lily Ismudianti Rilantono, Prof. Dede Kusmana, dan dr. Boerman, menjadi pemrakarsa yayasan yang akhirnya melahirkan RSJPD Harapan Kita.
Sosok almarhum dr. Sukaman bahkan dikenang sebagai pelopor utama, bukan hanya karena menjadi direktur pertama, tetapi juga karena visinya yang mengglobal. Dalam pertemuan dunia di Tokyo tahun 1978, dr. Sukaman menyampaikan ide besar untuk mendirikan rumah sakit jantung nasional.
Ia bahkan ikut mendirikan Asian Heart Federation dan dikenang dalam setiap Sukaman Lecture di kongres kardiologi se-Asia. RSJPD Harapan Kita yang kini
berdiri di atas lahan seluas 22.000 m² di Jalan S. Parman, Jakarta Barat, adalah realisasi dari ide itu, yang dirancang menyerupai Austin Hospital Texas, rumah sakit rujukan jantung paling bergengsi saat itu.
Bedah Jantung Pertama
Saat diresmikan tahun 1985, RSJPD Harapan Kita hanya memiliki satu gedung. Namun kini, rumah sakit ini telah berkembang menjadi lima gedung dengan berbagai layanan canggih, menjadi pusat rujukan nasional dalam penanganan penyakit jantung dan pembuluh darah.
Bahkan, operasi bedah jantung pertama di Indonesia dilakukan di sini dengan bantuan tim dari Amerika. RSJPD Harapan Kita menjadi penggerak pengampuan layanan jantung ke berbagai daerah—seperti Medan, Bali, dan Makassar.
Mulanya informal, pengampuan dilakukan secara personal oleh dokter spesialis dari Harapan Kita. Kini, pengampuan tersebut telah menjadi kebijakan nasional.
Menurut dr. Iwan, penyakit jantung tetap menjadi penyebab kematian nomor satu atau nomor dua di Indonesia dan dunia. Selain itu, berdasarkan data BPJS, biaya pengobatan penyakit ini menjadi beban paling besar dalam sistem pembiayaan kesehatan nasional.
Oleh karena itu, pemerintah menaruh perhatian besar agar kematian dan kesakitan akibat jantung bisa ditekan dengan deteksi dini dan layanan menyeluruh. Perjalanan RSJPD juga merupakan sejarah perkembangan teknologi medis di Indonesia.
Di era awal, pasien serangan jantung hanya ditangani dengan obat penghancur bekuan darah. Namun kini, tersedia berbagai teknologi canggih, antara lain: Alat Pacu Jantung, Cath Lab (Catheterization Laboratory) untuk pasang ring dan tindakan intervensi lainnya.
Ada juga Biplane dan Monoplane Cath Lab, Radiofrequency Ablation untuk koreksi gangguan irama jantung dan Hybrid Operating Room, ruang operasi terpadu dengan teknologi tinggi.
“Teknologi ini tidak hanya melayani penyakit jantung iskemik, tetapi juga digunakan untuk pemasangan stent pembuluh darah otak, ginjal, hingga aorta, termasuk penanganan aneurisma dan kelainan bawaan jantung pada anak-anak,” kata Iwan.
Harapan ke Depan
Salah satu pencapaian terbesar RSJPD Harapan Kita adalah adopsi teknologi Hybrid Operating Room, yang memungkinkan dokter melakukan tindakan minimal invasif dengan tingkat akurasi lebih tinggi.
Dulu, kata Iwan, tindakan jantung sering kali membutuhkan operasi terbuka yang berisiko tinggi. Sekarang, dengan teknologi Hybrid dan intervensi berbasis robotik, pasien bisa menjalani prosedur tanpa perlu operasi besar, bahkan dengan masa pemulihan yang jauh lebih cepat.
Teknologi ini melengkapi fasilitas Cath Lab yang semakin canggih, memungkinkan tindakan pemasangan stent (ring jantung), pacu jantung tanpa kabel (leadless pacemaker), hingga terapi ablasi untuk gangguan irama jantung dengan pemetaan tiga dimensi (3D).
Jaringan Nasional
Sebagai rumah sakit rujukan nasional, RSJPD Harapan Kita telah merancang Jaringan Kardiovaskular Nasional (Cardiovascular Network System) untuk memastikan pelayanan kesehatan jantung merata di seluruh Indonesia.
“Kami tidak ingin layanan kesehatan jantung hanya terpusat di Jakarta,” kata Iwan. Saat ini, telah dibentuk pusatpusat rujukan di berbagai daerah seperti Medan, Makassar, Bali, hingga Papua. Targetnya pada 2027, seluruh 514 kabupaten/kota di Indonesia sudah memiliki layanan intervensi jantung.
Dengan sistem ini, pasien di daerah yang mengalami serangan jantung tidak perlu lagi dirujuk ke Jakarta. Mereka bisa mendapatkan perawatan cepat dan tepat di rumah sakit rujukan terdekat.
Dua kali lipat
Salah satu tantangan terbesar dalam layanan kesehatan jantung adalah keterbatasan jumlah dokter spesialis jantung dan pembuluh darah. Namun, dalam beberapa tahun terakhir,
RSJPD Harapan Kita bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan untuk mempercepat produksi dokter spesialis melalui program Hospital-Based Training.
Menurut Iwan Dakota, saat ini, Indonesia memiliki sekitar 1.600 dokter jantung, masih kurang sekitar 1.000 dokter lagi untuk mencapai rasio ideal. Kami mempercepat pendidikan dokter spesialis dengan membuka lebih banyak program pelatihan berbasis rumah sakit, tidak hanya di universitas.
“Dengan cara ini, kami bisa meningkatkan jumlah dokter jantung dua kali lipat dalam lima tahun ke depan,”tambahnya. Program ini juga memungkinkan
dokter muda untuk menjalani fellowship internasional di Jepang, Korea, Malaysia, dan Amerika Serikat, guna meningkatkan kompetensi mereka dalam menangani kasus-kasus kompleks.
Meski teknologi medis terus berkembang, Dr. Iwan Dakota menekankan bahwa pencegahan tetap menjadi kunci utama dalam mengurangi angka kematian akibat penyakit jantung.
Saat ini, penyakit jantung masih menjadi penyebab kematian nomor satu di Indonesia. Selain pengobatan, juga ada program preventif nasional dengan skrining kesehatan di 10.000 Puskesmas.
“Kami ingin mendeteksi faktor risiko sejak dini, seperti hipertensi dan diabetes, sebelum berkembang menjadi penyakit jantung yang lebih serius,” paparnya.
Selain itu, RSJPD Harapan Kita juga memperkuat program edukasi masyarakat, bekerja sama dengan Yayasan Jantung Indonesia dan berbagai komunitas kesehatan.
“Kami ingin mengubah pola pikir masyarakat bahwa kesehatan jantung bukan hanya soal berobat saat sakit, tetapi juga bagaimana mencegahnya sejak dini,” tambahnya.
Daya Saing
Fenomena wisata medis ke luar negeri, terutama ke Singapura dan Malaysia, masih menjadi tantangan bagi layanan kesehatan di Indonesia. Namun, RSJPD Harapan Kita kini semakin siap bersaing dengan rumah sakit internasional.
“Dulu, banyak pasien Indonesia yang memilih berobat ke luar negeri karena merasa lebih nyaman dan percaya dengan sistem pelayanan di sana. Padahal, dari sisi teknologi dan keahlian, kita sudah sejajar, bahkan lebih unggul dalam beberapa hal,” kata Dr. Iwan Dakota.
Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat, RSJPD Harapan Kita telah memperbaiki sistem pelayanan. Waktu konsultasi lebih panjang, sehingga pasien merasa lebih dipahami. Digitalisasi sistem antrean, mengurangi waktu tunggu dan Layanan premium non-BPJS, dengan
fasilitas eksklusif setara rumah sakit internasional.
‘’Dengan strategi ini, diharapkan jumlah pasien Indonesia yang berobat ke luar negeri dapat berkurang hingga 50% dalam lima tahun ke depan, “ jelasnya.
Dengan berbagai inovasi yang telah dilakukan, RSJPD Harapan Kita telah membuktikan bahwa rumah sakit pemerintah tidak lagi ketinggalan zaman. Transformasi yang terjadi di rumah sakit ini mencerminkan perubahan besar dalam sistem kesehatan Indonesia secara keseluruhan.
“Kami ingin menghapus stigma bahwa rumah sakit pemerintah itu lambat, kumuh, dan tidak profesional. Dengan dukungan penuh dari pemerintah, kami memastikan bahwa setiap pasien, dari mana pun asalnya, bisa mendapatkan pelayanan terbaik tanpa harus ke luar negeri,” kata Dr. Iwan Dakota
Tak Hanya Urus Jantung
Dirut RSJPD Harapan Kita Dr. dr. Iwan Dakota, SpJP(K), MARS, mengatakan masyarakat masih sering menyederhanakan pemahaman tentang dokter jantung. Padahal, spesialis jantung tidak hanya menangani jantung sebagai organ, tetapi juga seluruh sistem pembuluh darah dari kepala hingga kaki.
“Penyempitan di pembuluh darah leher bisa memicu stroke. Gangguan di aorta bisa berakibat fatal. Bahkan gangren pada penderita diabetes juga bermula dari penyempitan pembuluh darah kaki,” jelasnya.
Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, kata dr. Iwan, memiliki kompetensi seluas cardiovascular specialist di luar negeri, menjembatani beragam masalah kesehatan dari varises hingga penyakit jantung bawaan.
Ia mencontohkan kasus di pembuluh darah, selain Jantung dan Otak, ada penyempitan pembuluh darah leher (Karotis). Jika pembuluh darah karotis menyempit, bisa menyebabkan stroke.
Deteksi dilakukan dengan USG vaskular, dan pengobatan bisa dengan carotid stenting, pemasangan stent di pembuluh darah leher. Masalah Aorta, pembuluh
besar jantung, bisa terjadi aneurisma,pelebaran abnormal atau robekan aorta.
Gangguan penyempitan pembuluh darah kaki, sering terjadi pada penderita diabetes, menyebabkan luka sulit sembuh atau gangren. Penanganannya dilakukan dengan meluaskan pembuluh darah agar aliran darah kembali lancar.
Varises, pelebaran pembuluh darah vena di kaki yang bisa menimbulkan masalah penampilan atau rasa nyeri. Pengobatannya kini sudah canggih, mulai dari laser hingga teknik lain, dan dilakukan baik oleh spesialis jantung maupun bedah vaskular.