Dr. Arfi adalah putra daerah yang membuktikan bahwa konsistensi dan semangat belajar tak mengenal batas wilayah. Pendidikan S1 dan profesi dokter ia tempuh di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang, disusul spesialis forensik dan S2 Biomedis di institusi yang sama. Tahun 2023, ia menuntaskan program doktoralnya di Universitas Hasanuddin, Makassar.
Perjalanan FKIK Unram adalah cerminan dari kerja keras kolektif dan semangat juang generasi muda akademisi yang berani membangun dari titik nol. Berdiri pertama kali pada tahun 2003 sebagai Program Studi Pendidikan Dokter di bawah struktur rektorat, embrio fakultas ini dimulai dengan hanya lima dosen awal yang bahkan dititipkan di Prodi Biologi MIPA.
“Saya sendiri masuk sebagai dosen pada Desember 2003, ketika mahasiswa angkatan pertama bahkan belum selesai semester satu,” kenang Dr. Arfi.
Jadi Fakultas
Transformasi mulai terlihat ketika tahun 2007, Prodi Pendidikan Dokter resmi ditetapkan sebagai Fakultas Kedokteran dan Kesehatan, Universitas Mataram. Meski saat itu baru memiliki dua prodi (S1 Kedokteran dan Profesi Dokter), FKIK terus meniti jalur akreditasi dengan gigih. Tahun 2009, berhasil meraih akreditasi C, yang kemudian meningkat menjadi B pada 2013, dan akhirnya melesat menjadi unggul pada tahun 2017.
Dana hibah luar negeri menjadi katalisator penting, memungkinkan pengembangan laboratorium dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
“Kami waktu itu masih muda-muda semua, semangat bekerja sangat tinggi. Semua bergerak cepat,” katanya.
Setelah status unggul diraih, FKIK kembali membuka sayap akademiknya. Tahun 2018,membuka Prodi S1 Farmasi, yang kemudian diikuti Prodi Profesi Apoteker. Keduanya kini sedang dipersiapkan untuk reakreditasi lebih tinggi. Bahkan pada 2023, akreditasi Farmasi sudah naik menjadi B.
Dokter Spesialias
Kepercayaan terhadap kualitas FKIK Unram dibuktikan lewat diberikannya izin pendirian Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS). Sejak 2022 hingga akhir 2023, lima prodi PPDS telah berdiri: Spesialis Bedah, Spesialis Kebidanan dan Kandungan (Obgyn), Spesialis Kedokteran Kelautan, Spesialis Saraf/Neurologi dan Spesialis Pulmonologi
“Ini bukan hanya pengembangan kuantitas, tetapi juga strategi pemenuhan kebutuhan tenaga spesialis di Indonesia timur,” jelas Dr. Arfi.
Dengan arah pengembangan yang terukur, FKIK Unram kini tak lagi sekadar fakultas regional, tapi telah tumbuh sebagai aktor nasional dalam peta pendidikan kedokteran Indonesia.
Hingga akhir 2023, total mahasiswa FKIK Unram mencapai 1.328 orang, tersebar dalam sembilan program studi aktif. Jumlah ini belum termasuk tambahan 250 mahasiswa baru angkatan 2024. Komposisinya didominasi oleh S1 Kedokteran dengan intake sekitar 250 mahasiswa per tahun. Program S1 Farmasi juga berkembang cepat dengan 100 mahasiswa per angkatan, sementara Program Profesi Apoteker menerima sekitar 30 mahasiswa setiap semester.
Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) yang baru dirintis, kapasitas masih terbatas: 3 hingga 5 peserta per program. Lima program PPDS yang aktif antara lain Spesialis Bedah, Obgyn, Saraf, Pulmonologi, dan Kedokteran Kelautan. “Saat ini belum ada lulusan karena baru berjalan dua hingga tiga semester. Tapi program bedah sudah mendapatkan akreditasi ‘baik sekali’,” jelas Dr. Arfi.
Kedokteran Kepulauan
Dalam lanskap geografis Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Mataram (FKIK Unram), menurut Arfi menawarkan pendekatan unik dalam pendidikan medis, Kedokteran Kepulauan. Inilah identitas kurikulum lokal yang menjadi diferensiasi utama FKIK dari banyak fakultas kedokteran lain di tanah air.
“Secara geografis kami berada di wilayah tengah Indonesia yang dikelilingi pulau-pulau kecil dan pesisir. Itu artinya tantangan kesehatan di wilayah ini tidak bisa disamakan dengan wilayah perkotaan atau daratan luas,” katanya.
Kurikulum khas FKIK Unram mengusung tiga domain utama dalam pendidikan kedokteran berbasis kepulauan. Pertama Komunitas Pesisir, okus pada layanan kesehatan masyarakat di desa pesisir dan pulau terpencil, termasuk program klinik dan edukasi untuk wisatawan yang banyak berkunjung ke pantai-pantai NTB.
Kedua Emergency Laut, mengadakan pelatihan kegawatdaruratan laut, dari penanganan kecelakaan diving, snorkling, hingga transportasi antar pulau. Mahasiswa juga dibekali kompetensi rescue dan pertolongan pertama di area laut.
Ketiga Biomolekuler, dengan endekatan terkini berbasis molekuler dalam riset penyakit degeneratif dan pengembangan vaksin.
“Setiap program studi di FKIK Unram diwajibkan mengambil minimal satu dari tiga domain ini. Sebagai implementasinya, mereka mengelola desa binaan di wilayah pesisir, yang dijadikan sebagai laboratorium sosial dan pilot project kesehatan masyarakat,’’ tambahnya.
Kedokteran Kepulauan FKIK Unram tidak berhenti pada wacana. Dalam kurikulum pendidikan profesi dokter, telah disiapkan stase khusus kedokteran kepulauan, lengkap dengan simulasi dan pengalaman lapangan. Bahkan, sejumlah alumni kini sukses membangun bisnis evakuasi laut profesional dengan armada kapal rescue, speedboat, dan kapal mini yang beroperasi di NTB.
FKIK Unram juga menjadi pionir nasional dalam membuka Program Studi Dokter Spesialis Kedokteran Kelautan, yang pertama di Indonesia, mendahului kampus maritim lainnya.
Dengan kombinasi student body yang terus berkembang, kurikulum berbasis realitas geografis, serta inovasi kurikuler dan alumni yang visioner, FKIK Unram telah menancapkan posisi sebagai fakultas kedokteran yang tak hanya membentuk dokter, tetapi juga mencetak pelopor perubahan kesehatan di wilayah pesisir Indonesia.
Menembus Global
Dr Arfi Syamsun, tak hanya mengonsolidasikan pencapaian akademik, tetapi juga menyiapkan lompatan besar ke masa depan. Ia menegaskan bahwa FKIK Unram kini telah memasuki fase pengembangan organisasi berdaya saing global.
“Visi kami sekarang bukan lagi sekadar kompetitif secara nasional. Tahun 2024–2025 kami masuk ke tahapan globalisasi,” katanya.
Kolaborasi dengan mitra internasional, seperti Jepang, Australia, India, Turki, dan Asia Pasifik, sudah berjalan dan akan terus diperluas, baik untuk riset, pengabdian, maupun kuliah tamu..
Dalam peta jalan kepemimpinannya, ada sejumlah target konkret yang menjadi fokus utamanya yaitu Akreditasi Unggul untuk Semua PPDS: Lima program spesialis yang telah berjalan (Bedah, Obgyn, Neurologi, Pulmonologi, dan Kedokteran Kelautan) ditargetkan meraih status akreditasi tertinggi.
Pembukaan tiga PPDS Baru (2025–2026): Spesialis Anestesi, THT, dan Anak (Pediatri). Launching S2 Kesehatan Masyarakat (2025). Prodi ini sudah disetujui Kementerian dan menunggu izin operasional resmi.
Langkah-langkah ini menurut Dr. Arfi dirancang tak hanya untuk memperkuat portofolio akademik FKIK, tetapi juga memperbesar kontribusi lembaga dalam pemerataan tenaga medis di wilayah timur Indonesia.