Dr. Lestari Moerdijat, S.S., M.M. – Akademik dan Jurnalistik Modal Masuk Dunia Politik

Share

Sosok Dr. Lestari Moerdijat, S.S.,M.M. dikenal sebagai perempuan tangguh yang meniti jalan dari ruang redaksi menuju ruang sidang parlemen, dari dunia pemberitaan menuju garis depan advokasi kebijakan. Rerie demikian biasa dipanggil, adalah representasi perempuan Indonesia yang menjadikan intelektualitas, empati sosial, dan kesetaraan sebagai fondasi perjuangannya.

Riwayat hidupnya mencakup dunia akademik, media massa, hingga ruang-ruang pengambilan keputusan politik nasional. Perjalanan intelektualnya dimulai di Fakultas Sastra Universitas Indonesia, dengan fokus pada studi arkeologi.

Ia kemudian melanjutkan pendidikan di bidang manajemen strategis dan manajemen riset, menyelesaikan Magister Manajemen Strategi Global dan Doktor Manajemen Riset di Universitas Pelita Harapan, Jakarta.

Latar belakang arkeologinya membentuk pola pikir yang sistematis, teliti, dan reflektif, sedangkan pendidikan manajemen di jenjang S-2 dan S-3 mengasah kemampuannya dalam perencanaan strategis serta kepemimpinan berbasis data.

Karier profesionalnya dimulai sebagai wartawan magang di Majalah Editor. Pada tahun 1992, ia bergabung dengan Harian Media Indonesia, bagian dari Media Group, dan dipercaya menjadi supervisor halaman suplemen yang memadukan konten jurnalistik dan komersial, sebuah terobosan baru di manajemen media saat itu.

Kinerjanya yang mengesankan membawanya ke berbagai posisi strategis di Media Group, termasuk Metro TV, CS Media Investment, Surya Energi Raya, Pangansari Utama, dan Emas Mineral Murni.

Keberhasilannya menjadi CEO Media Group dan Presiden Direktur Media Indonesia menjadi puncak kariernya di dunia media, menjadikannya salah satu perempuan paling berpengaruh di industri pers Indonesia.

Jadi Politisi
Pintu masuk Lestari ke dunia politik terbuka lebar ketika pendiri Media Group, Surya Paloh, memutuskan terjun ke ranah politik praktis dengan mendirikan organisasi kemasyarakatan Nasional Demokrat (Nasionalis Demokrat).

Rerie turut merintis gerakan ini sejak awal dan berperan besar dalam pembentukan Partai NasDem. Di partai yang mengusung semangat “restorasi Indonesia” ini, ia dipercaya menjadi anggota Majelis Tinggi dan Koordinator Wilayah Jawa Tengah-DIY.

Pada Pemilu Legislatif 2019, ia mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan Jawa Tengah II yang meliputi Demak, Kudus, dan Jepara. Keberhasilannya meraih suara signifikan tidak hanya karena branding politik partai, tetapi juga kredibilitas personal yang ia bangun selama puluhan tahun.

Ia kemudian diamanahkan menjabat sebagai Wakil Ketua MPR RI periode 2019–2024, dan kembali dipercaya menduduki posisi yang sama untuk periode 2024–2029.

Sebagai perempuan pertama yang menduduki posisi Wakil Ketua MPR RI dalam sejarah modern lembaga tersebut, Lestari memberi warna baru dalam tafsir nilai-nilai kebangsaan Indonesia.

Sebagai anggota DPR RI Komisi X yang membidangi pendidikan, kebudayaan, pariwisata, pemuda, dan olahraga, Lestari dikenal aktif menyuarakan isu-isu strategis, terutama yang berkaitan dengan pembangunan sumber daya manusia.

Salah satu perjuangan terobosannya adalah pengusulan Ratu Kalinyamat sebagai Pahlawan Nasional, sebuah inisiatif sejarah yang membuka kembali narasi lokal dalam diskursus nasionalisme Indonesia.

Ia menginisiasi pencarian bukti primer sejarah dan mengadvokasi pengakuan simbolik atas kepemimpinan perempuan Nusantara di masa lalu. Selain itu, ia juga gigih memperjuangkan Undang-Undang Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (PPRT) dan Undang-Undang Masyarakat Hukum Adat.

Kedua RUU ini mengalami stagnasi bertahun-tahun, tetapi Lestari termasuk sedikit legislator yang konsisten memperjuangkannya dan menjadikannya
agenda utama dalam prioritas legislasi.

Di bidang kesehatan, ia turut mendorong agar obat kanker seperti Trastuzumab —yang sangat penting untuk penderita kanker payudara, masuk dalam daftar obat yang ditanggung BPJS Kesehatan.

Ini bagian dari strategi besarnya untuk memperluas akses dan keadilan dalam sistem jaminan kesehatan nasional.

Pemikiran dan Visi Kebangsaan
Pemikiran Lestari Moerdijat tidak dapat dipisahkan dari latar belakang pers dan sejarahnya. Ia melihat kebangsaan sebagai kesadaran kolektif yang harus terus dibangun, bukan sekadar retorika politik.

Dalam pidato-pidatonya di MPR, ia sering merujuk kembali pada empat konsensus dasar bangsa — Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika — sebagai jangkar utama menghadapi tantangan zaman.

Menurutnya, tantangan terbesar Indonesia saat ini adalah membangun karakter dan integritas bangsa, bukan hanya infrastruktur fisik.

Ia percaya bahwa pembangunan sumber daya manusia harus seimbang atau bahkan lebih diutamakan dibandingkan pembangunan infrastruktur, karena bangsa besar adalah bangsa yang berkepribadian.

Ia juga menekankan pentingnya pendidikan yang berakar pada nilai-nilai, bukan sekadar berorientasi pada pasar kerja. Bagi Lestari, pendidikan harus melahirkan manusia yang utuh, bukan hanya pekerja produktif.

Soal Pemerintahan
Rerie memberikan apresiasi tinggi kepada pemerintahan Presiden Joko Widodo yang dalam satu dekade terakhir sukses membangun konektivitas nasional melalui infrastruktur.

Menurutnya, pembangunan jalan tol, pelabuhan, bandara, dan bendungan yang dilakukan Jokowi menjadi fondasi penting untuk pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Namun, ia juga menyayangkan pembangunan non-fisik, terutama dalam penguatan indeks pembangunan manusia (IPM), belum maksimal.

Ia mencatat bahwa kenaikan IPM Indonesia masih lambat setiap tahunnya dan terdapat ketimpangan tajam antara wilayah barat dan timur Indonesia. Sebagai wakil rakyat, Lestari berharap besar pada pemerintahan Prabowo-Gibran untuk melanjutkan pembangunan infrastruktur yang telah dirintis Jokowi.

Namun, ia juga menekankan pentingnya percepatan pembangunan sumber daya manusia demi menyongsong Indonesia Emas 2045.

Ia berharap pemerintah ke depan lebih fokus pada pendidikan karakter, penguatan sistem kesehatan nasional, dan pemberdayaan ekonomi berbasis komunitas, sambil memastikan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan tetap menjadi dasar dalam perumusan kebijakan.

Sikap Politik
Sebagai anggota Majelis Tinggi Partai NasDem, Lestari dengan tegas menyatakan bahwa partainya akan menghormati pilihan rakyat yang memberikan mandat kepada pasangan Prabowo-Gibran.

Ia menegaskan bahwa NasDem akan menjadi kekuatan konstruktif dalam pemerintahan, sambil tetap memegang prinsip sebagai partai restorasi yang memperjuangkan perubahan.

NasDem, menurutnya, tidak didirikan hanya untuk menjadi partai pelengkap dalam sistem multipartai, melainkan sebagai penggerak perubahan yang mengusung nilai-nilai keadilan, persatuan, dan kemajuan.

Ia mengimbau seluruh kader partai untuk menjadi pelopor perubahan yang tidak hanya berbicara di ruang publik, tetapi juga memberikan teladan melalui tindakan nyata.

Dr. Lestari Moerdijat adalah contoh bagaimana intelektualitas, ketekunan, dan kepekaan sosial dapat menjadi kekuatan perubahan. Ia bukan sekadar simbol perempuan dalam politik,

tetapi juga representasi pemikiran progresif yang lahir dari pengalaman, pengabdian, dan pemahaman mendalam terhadap jati diri bangsa. Dalam dirinya, pers dan politik menemukan jembatan; dalam perjuangannya, rakyat menemukan suara.

Artikel Terkait