Dr. Iwan Dakota mengawali pendidikan kedokterannya di Universitas Sriwijaya Palembang, tempat ia meraih gelar dokter umum.
Setelah itu, ia menjalani tugas sebagai dokter PTT (Pegawai Tidak Tetap) di Lampung selama tiga tahun sebelum akhirnya diterima di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) untuk mendalami spesialisasi jantung dan pembuluh darah.
Sejak awal, Dr. Iwan telah menunjukkan komitmennya dalam bidang kardiologi, yang membawanya ke berbagai pelatihan dan fellowship di luar negeri,
seperti di Jepang (1,5 tahun), Institut Jantung Negara Malaysia (1 tahun lebih, 2003-2004), Seoul National University, Korea Selatan (Intervensi Koroner dan Perifer, 2003-2004),
New York, Amerika Serikat (pendidikan lanjutan), Vanderbilt University Hospital, Tennessee, Amerika Serikat (Intervensi Perifer dan Aorta)
Resmi bergabung sebagai staf di RSJPD Harapan Kita pada tahun 2005. Sejak November 2017, ia menjabat sebagai Direktur Utama.
Atas dedikasi dan kepemimpinannya, ia berhasil meraih peringkat ketiga dalam Anugerah ASN 2019.
Visi Besar
Sebagai Dirut RSJPD Harapan Kita, dr. Iwan tidak hanya memperkuat layanan kuratif, tetapi membangun strategi jangka panjang berbasis pendidikan, pencegahan, dan kolaborasi.
Ia mendorong lahirnya program hospital-based education untuk mempercepat distribusi dokter jantung berkualitas di Indonesia,
sekaligus memperkuat fungsi pengampuan RS Harapan Kita.
Salah satu langkah monumental adalah mengawal distribusi alat EKG ke 10.000 Puskesmas se- Indonesia mulai 2025.
“Pencegahan dimulai dari deteksi dini. Puskesmas adalah garda depan,” katanya.
RS Harapan Kita juga meluncurkan layanan genomik dan HeartFit, sebuah pendekatan baru berbasis data genetik dan gaya hidup untuk memprediksi serta mencegah penyakit jantung.
Mendorong peningkatan soft skill tenaga medis agar pelayanan tidak hanya hebat secara teknologi, tetapi juga hangat secara kemanusiaan.
“Bukan karena kita kalah alat dari negara lain. Tapi kita perlu lebih banyak waktu mendengar pasien, bicara dari hati ke hati,” tuturnya.
Dalam dua tahun terakhir, RSJPD Harapan Kita telah memberikan subsidi hingga Rp. 300 miliar untuk pelayanan pasien BPJS—
terutama pasien anak dengan penyakit jantung bawaan.
“Rumah sakit pemerintah harus punya fungsi sosial. Kita tak boleh rugi, tapi tak bisa tutup mata pada kebutuhan rakyat,” tegasnya.